KELUARGA, SEKOLAH, MASYARAKAT


BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah
Antara keluarga, masyarakat dan sekolah secara sosiologis merupakan tiga unsur dalam ikatan, tiga komponen dalam satu sistem, yaitu sistem pendidikan nasional.[1] Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pasal 9, bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program.[2]
Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) No.2 tentang peran serta masyarakat dalam Sistem Pendidikan Nasional.[3] Masyarakat adalah komponen pendidikan nasional yang sangat berpengaruh dalam pengembangan pendidikan.Tetapi dalam masalah mutu pendidikan, bukan hanya masyarakat yang bertanggung jawab terhadap mutu dan kualitas pendidikan, tetapi juga peran keluarga dan sekolah. Menurut Hadari Nawawi, yang bertanggung jawab atau maju mundurnya kualitas pendidikan ada pada pundak, keluarga, sekolah dan masyarakat.[4] Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.
Ketiganya harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana yang memberikan motivasi, fasilitas edukatif, wahana pengembangan potensi peserta didik, dan mengarahkan agar mampu bernilai efektif dan efisien dengan perkembangan zaman, tuntutan masyarakat dan kebutuhan dunia kerja.
Pendidikan dianggap tidak berkualitas disebabkan karena selama ini belum mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan kebutuhan pasar. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan yang meliputi pengembangan potensi anak – anak, transformasi ilmu pengetahuan, kecakapan dan membangkitkan motif – motif yang seoptimal mungkin,[5] sehingga mutu pendidikan nasional sesuai dengan standar pendidikan nasional yang diatur dalam Undang – Undang No. 19 tahun 2003.
Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, harus ada hubungan yang harmonis antara sekolah, masyarakat dan keluarga. Hubungan harmonis akan terwujud apabila ada saling pengertian antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, serta lembaga – lembaga lain yang ada dalam masyarakat, termasuk dunia kerja.[6] Setiap unsur mempunyai peran masing – masing sehingga membentuk satu kesatuan dalam sebuah sistem masyarakat, seperti pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah mempunyai peran masing – masing yang saling mendukung satu dengan yang lainnya. Sekolah berada pada bagian terdepan dalam proses pendidikan, sehingga menjadi bagian utama dan juga di dalam proses pembuatan keputusan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Masyarakat dituntut untuk berpartisipasi aktif agar dapat lebih memahami, membantu dan mengontrol pendidikan, sedangkan pemerintah berperan sebagai peletak dasar kebijakan pendidikan serta menjadi fasilitator yang akan mendukung tercapainya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.[7]

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana  fungsi dan peran keluarga dalam perkembangan  anak ?
2.      Bagaimana proses pendidikan dalam keluarga ?
3.      Bagaimana fungsi sekolah dalam pendidikan ?
4.      Bagaimana peran masyarakat dalam pendidikan ?

C.    Tujuan pembahasan
1.      Untuk mengetahui fungsi dan peran keluarga perkembangan  anak
2.      Untuk mengetahui proses pendidikan dalam keluarga
3.      Untuk mengetahui fungsi sekolah dalam pendidikan
4.      Untuk mengetahui peran masyarakat dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN



A.       Fungsi dan Peran Keluarga dalam Perkembangan Anak
Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal multifungsional, yaitu fungsi pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan dan rekreasi. Menurut Oqburn, fungsi keluarga adalah kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan, rekreasi, status keluarga dan agama. Sedangkan fungsi keluarga menurut Bierstatt adalah menggantikan keluarga, mengatur, dan mengurusi impuls – impuls seksuil, bersifat membantu , menggerakkan nilai – nilai kebudayaan dan menunjukkan status.[8]
Fungsi – fungsi keluarga membuat interakasi antara anggota keluarga eksis sepanjang waktu. Waktu terus berjalan dengan membawa konsekuensi perkembangan dan kemajuan. Keluarga dan masyarakat tidak lepas dari pengaruh – pengaruh tersebut, sehingga perubahan apa yang terjadi di masyarakat, berpengaruh pula keluarga. Proses industrialisasi, urbanisasi, dan sekulerisasi telah merubah sebagian dari fungsi – fungsi keluarga tersebut. Diantara fungsi – fungsi keluarga yang berubah adalah :[9]
1.         Fungsi pendidikan. Pada awalnya, keluarga adalah satu – satunya institusi pendidikan. Secara informal, fungsi keluarga tetap penting, tetapi secara formal fungsi pendidikan itu telah diambil oleh sekolah.
2.         Fungsi rekreasi. Dulu, keluarga sebagai tempat rekreasi paling menarik tetapi sekarang sudah dialihkan ketempat lain di luar lingkungan keluarga, seperti : kebun binatang, bioskop, lapangan olah raga, dll.
3.         Fungsi keagamaan. Agama dan segala kegiatannya berpusat dalam keluarga. Sebagai pengendali nilai – nilai religius, keluarga sudah tidak dapat dipertahankan karena pengaruh sekulerisasi. Segala bentuk ajaran agama telah diambil oleh institusi keagamaan sehingga yang disebut sekolah individual tidak diakui oleh masyarakat. Sebaliknya masyarakat lebih melihat sekolah sosial sebagai tolak ukurnya.
4.         Fungsi perlindungan. Dulu, keluarga menjadi tempat yang nyaman untuk melindungi anggota keluarganya, baik fisik maupun sosial. Sekarang institusi sosial telah mengambil alih fungsi perlinungan tersebut. Seperti tempat perawatan anak cacat tubuh dan mental, yatim piatu, anak nakal, panti asuan, panti jompo dll.

Tetapi ada fungsi – fungsi keluarga yang tidak bisa lapuk oleh erosi industrialisasi, urbanisasi dan sekulerisasi yaitu :[10]
1.         Fungsi biologis. Keluarga sampai sekarang masih dianggap tempat yang paling baik dan aman untuk melahirkan anak.
2.         Fungsi sosialisai. Keluarga masih berfungsi sebagai institusi yang dominan dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari tingkah laku, sikap, keyakinan, cita – cita dan nilai – nilai masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadian.
3.         Fungsi afeksi. Dalam keluarga, terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Afeksi muncul sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Hubungan cinta kasih dalam keluarga juga mengakibatkan lahirnya hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan dan persamaan pandangan tentang nilai – nilai kehidupan.
Di samping keluarga mempunyai fungsi tersebut diatas keluarga juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Diantaranya :
1.         Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota – anggotanya berinteraksi face to face secara tetap. Dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
2.         Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak, karena anak merupakan buah cinta kasih hubungan suami istri.
3.         Karena hubungan keluarga bersifat relatif tetap, maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses pendidikan anak.
Jika suatu keluarga ingin berfungsi secara efektif dan efisien, maka anggota keluarga harus melaksanakan sejumlah besar pekerjaan sehari – hari tanpa ragu dan penuh rasa tanggung jawab. Cara yang sangat sederhana untuk menyakinkan pekerjaan anggota keluarga harus membagi sebagian pekerjaan besar tersebut menjadi serangkaian peran yang ditetapkan dan  mensosialisasikan peran tersebut kepada seluruh keluarga guna menerima dan mengisi peran yang diberikan kepada mereka. Anggota akan melaksanakan perannya masing – masing berdasarkan status yang diberikan atau yang dimiliki.[11]

B.       Proses Pendidikan dalam Keluarga
Menurut Islam, keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terbentuk melalui perkawinan yang sah, baik menurut hukum syari’ah Islam maupun menurut perundang – undangan negara.[12] Melalui perkawinan,[13] Islam selalu menciptakan kestabilan kehidupan keluarga. Sedangkan tujuan perkawinan menurul al-Ghozali, sebagaimana dikutip oleh Zuhairini adalah : 1. Untuk mewujudkan keturunan yang akan meneruskan kelangsungan kehidupan keluarga. 2. Untuk menghindarkan diri dari godaan setan serta dapat menyalurkan nafsu syahwat dengan jalan halan. 3. Untuk menenagkan jiwa yang dapat mendorong tekun beribadah. 4. Untuk membentuk dan mengatur rumah tangga yang akan menjadi basis pertama dari masyarakat. 5. Menumbuhkan kesungguhan dalam berjuang dan berusaha untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.[14]
Untuk membentuk keluarga idaman yang penuh dengan kasih sayang dan keharmonisan, harus dibangun di atas dasar iman dan taqwa, sehingga keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik – baiknya. Menurut Hasan Langgulung, supaya keluarga dapat menjalankan dengan fungsinya, maka adalah wajib bagi kepala keluarga istri menunjukkan, melalui contoh yang baik, budi bahasa Islam dan menetapkan aqidah Islam.[15] Ada landasan moral dan nilai yang dapat dijadikan oleh keluarga muslim sebagai landasan mendorong pendidikan keluarga.
Dari dasar pembangunan keluarga di atas, kemudian orang tua mulai melaksanakan pendidikan. Rasulullah saw. Memberikan garis besar tugas orang tua dalam pendidikan keluarga yaitu memberi nama yang baik, mendidik sopan santun (mendidik agama), mengajarkan baca tulis, berenang dan memanah (keterampilan), memberikan makan yang halal dan bergizi, serta mengawinkan sesudah dewasa.[16]
Untuk menjalankan tugas ini, keluarga terutama orang tua membagi tugas secara sistematis. Dari sudut pandang materi pendidikan dalam keluarga seperti dibahas di atas, dari sudut subyek dan obyek pendidikan, maka orang tua berperan sebagai guru dan anak sebagai murid, dipandang dari sudut tempat dan lingkungan, maka rumah dan segala isinya yang menjadi lingkungan yang edukatif, dilihat dari segi zaman, maka pendidikan dalam keluarga berlangsung sepanjang hayat (minal-mahdi ila al-lahdi).[17]

C.      Fungsi Sekolah dalam Pendidikan
Sekolah berasal dari bahasa Belanda school, bahasa Jerman die scrule, bahasa Inggris school yang artinya sama dengan sekolah, yaitu lembaga pendidikan.[18] Dalam kehidupan sehari – hari kata sekolah mempunyai banyak arti. Sekolah dapat diartikan sebagai gedung tempat belajar, waktu berlangsungnya pelajaran dan usaha menuntut pelajaran kegiatan belajar.
Terlepas dari pengertian ini, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa. Sekolah mempunyai dua aspek individu dan aspek sosial.[19]
Selama ini dirasakan adanya kesenjangan antara pengalaman sekolah dengan apa yang ada di masyarakat. Kesenjangan ini merupakan tantangan bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, sejauh mana sekolah merespon tantangan kesenjangan ini, adalah merupakan standar kualitas suatu lembaga pendidikan.
Menurut David Popenoe, sebagaimana dikutip oleh ST. Vembrianto, bahwa fungsi pendidikan itu ada empat, yaitu : 1. Transmisi kebudayaan masyarakat. 2. Menolong individu memilih dan melakukan peranan sosialnya. 3. Menjamin integrasi sosial. 4. Sebagai sumber inovasi sosial.[20] Menurut Bogardus, fungsi pendidikan sekolah ada dua yaitu : menolong anak untuk menjadi melek huruf, mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektualnya. 2. Mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda kebudayaan dan inteusnya.[21] Menurut ST.Vembrianto, fungsi pendidikan sekolah adalah : 1. Transmisi kebudayaan. 2. Integrasi sosial. 3. Inovasi. 4. Seleksi dan alokasi. 5. Mengembangkan kepribadian anak.[22]
Menurut S. Nasution fungsi pendidikan sekolah adalah : 1. Sekolah memberikan keterampilan dasar. 2. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib. 3. Sekolah mempersiapkan anak – anak suatu pekerjaan. 4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan. 5. Sekolah membantu memecahkan masalah – masalah sosial. 6. Sekolah mentransmisi kebudayaan. 7. Sekolah membentuk manusia yang sosial. 8. Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan.[23]
Dari beberapa pendapat ini, dapat dipahami bahwa fungsi pendidikan sosial adalah : 1. Transmisi dan transformasi kebudayaan. 2. Peranan manusia sosial. 3. Membentuk kepribadian sebagai dasar keterampilan. 4. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan. 5. Integrasi sosial.[24]
 
D.      Peran Masyarakat dalam Pendidikan
Masyarakat dapat diartikan sebagai suatu bentuk dengan tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri.[25] Dalam arti ini, masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan. Dalam arti yang terperinci, masyarakat adalah sekelompok manusia yang menempati daerah tertentu, menunjukkan integrasi berdasarkan pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang melayani kepentingan bersama mempunyai kesadaran dan kesatuan tempat tinggal dan dapat bertindak bersama.[26] Dalam pengertian ini menunjukkan betapa pentingnya arti masyarakat dan kehidupan manusia, sebab manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa kerjasama dan bantuan orang lain.
Masyarakat sebagai salah satu lembaga pendidikan dimaksudkan adalah terbinanya anggota masyarakat menjadi warga yang baik dan berdasarkan nilai, norma, etika dan kebiasaan – kebiasaan yang baik dalam masyarakat. Disamping itu, dalam masyarakat terdapat lembaga – lembaga sosial yang selalu melayani kepentingan sosial atau masyarakatnya. Terbentuknya manusia ideal, sempurna dan sukses tidak terlepas dari peran dan fungsi masyarakat. Melalui lembaga – lembaga masyarakat terjadi proses pendidikan yang dapat membentuk kepribadian masyarakat. Lembaga kemasyarakatan memberikan pelayanan secara maksimal berdasarkan fungsinya. Fungsi lembaga masyarakat adalah :
1.         Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah – masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan.
2.         Menjaga keutuhan masyarakat
3.         Memberikan pegangan pengendalian sosial, intenya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota – anggota masyarakatnya.[27]

Pelayanan lembaga kemasyarakatan dalam proses pendidikan tidak dapat dilihat secara komprehensif. Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan – kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan dan wujud konkret lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi. Lembaga – lembaga kemasyarakatan yang memberikan pelayanan pendidikan antara lain :
1.         Lembaga sekolah masyarakat
Pada prinsipnya hubungan sekolah dengan masyarakat adalah erat. Sekolah disini sebagai pelaksanaan agar masyarakat menjadi lebih baik, dan murid – murid lebih aktif di masyarakat. Sekolah masyarakat berasumsi bahwa masyarakat sebagai dasar dari pendidikan dan masyarakat sebagai pendidik. Sifat sekolah masyarakat adalah :
a.       Mengajarkan anak-anak untuk dapat mengembangkan dan menggunakan sumber – sumber dari keadaan setempat.
b.      Sekolah ini melayani keseluruhan masyarakat, tidak hanya untuk anak – anak. Dari sifat – sifat sekolah masyarakat ini didapatkan beberapa kriteria sekolah masyarakat sebagai berikut :[28]
1)     Sekolah sebagai guru kehidupan masyarakat terhadap anak – anak, mencakup :
2)     Sekolah sebagai pusat kehidupan masyarakat untuk penduduk dari semua umur dan kelas
2.         Lembaga keagamaan
Setiap agama mempunyai doktrin ajaran teologi yang menjadikan pemeluknya mencapai puncak kepribadian religius. Melalui doktrin, pemeluk suatu agama menyakini kepercayaan yang benar terhadap Tuhan. Dalam pengertian pembinaan masyarakat yang diartikan sebagai proses pendidika, semua agama memiliki pandangan yang sama, yaitu adanya Tuhan, Maha Esanya Tuhan, ajaran agama yang bersumber dari Tuhan bersifat absolut. Adanya nilai – nilai moral yang bersifat universal, dan tujuan agama adalah kebaikan umat manusia dalam kehidupan pertama maupun kedua kelak.[29]
Kesamaan pandangan semua agama ini merupakan dasar pendidikan masyarakat yang bersifat plural dan beraneka ragam kepercayaan, agama, budaya dan sebagainya. Dengan demikian agama dengan nilai dan norma – norma yang universal dan absolut perlu dipertahankan demi kebaikan dan kepentingan umat manusia, untuk itu kita harus dapat menarik perhatian masyarakat modern. Dan sanggung menolong mereka dalam mengatasi problem – problem sosial yang mereka hadapi. Bentuk – bentuk bimbingan keagamaan yang bernilai edukatif antara lain :[30]
a.       Turut berusaha menyelesaikan problem – problem sosial yang timbul di masyarakat
b.      Memberikan bimbingan keagamaan yang dirasa amat perlu dalam kehidupan masyarakat modern
c.       Memperkokoh kehidupan beragama yang telah dimulai goyah dalam masyarakat modern
d.      Lembaga keagamaan tidak membahas masalah – masalah doktriner, sehingga nilai doktriner hanya berlaku dalam internal agama.
3.         Lembaga ekonomi
Lembaga ekonomi merupakan institusi sosial yang menangani masalah kesejahteraan sosial, yaitu mengatur kegiatan atau cara – cara berproduksi, distribusi dan pemakaian yang diperlukan untuk kelangsungan hidup masayarakat. Ekonomi merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kehidupan, terutama kebutuhan biologis, tanpa ekonomi masyarakat tidak akan berkembang, bahkan kemajuan suatu bangsa diukur dari faktor ekonomi.
Lembaga ekonomi menyadari bahwa kesejahteraan masyarakat merupakan faktor utama untuk menciptakan tujuan yang harmonis. Setiap masyarakat mendambakan hidup bahagia dan sejahtera.
Lembaga ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi problem yang serius yaitu pengangguran dan kemiskinan.[31] Semakin buruk keadaan ekonomi suatu negara, semakin besar tingkat pengangguran dan kemiskinan bagi warga masyarakat. Untuk menanggulangi semakin banyaknya pengangguran dan kemiskinan, lembaga ekonomi harus membinan masyarakat untuk terampil usaha sendiri atau yang disebut wiraswasta.[32]
Untuk membina dan menciptakan manusia wiraswasta dapat melalui kegiatan akademis, non akademis, latihan, khususnya pembekalan keterampilan tepat guna. Dengan cara – cara itu akan terbentuk manusia wiraswasta yang memiliki kepribadian yang kuat, tangguh, ulet bertanggung jawab dan disiplin.

4.         Lembaga politik
Lembaga politik mencakup dua hal, yaitu : partai politik dan kelompok – kelompok kepentingan.[33] Posisi lembaga politik hanya sebagai psikologis dan kultural yang para individu berinteraksi baik di bidang politik maupun di bidang kemasyarakatan lainnya. Partai sebagai lembaga tidak dapat mendukung atau menuntut sesuatu, kegiatan – kegiatan itu dilakukan oleh individu – individu tertentu yang berbuat dan berbicara atas nama partai.[34] Partai politik muncul disebabkan ada tiga hal.[35]
Pertama, terbentuknya partai – partai politik didahului oleh munculnya kelompok – kelompok dalam parlemen yang membentuk organisasi intern, kemudian partai tersebut harus mampu merebut simpati masyarakat untuk memperoleh dukungan mereka. Kedua, partai politik dalam krisis perkembangan tertentu yang berhubungan dengan keabsahan rezim. Dengan terciptanya integrasi masyarakat secara nasional atau secara pergerakan banyak orang yang digerakkan untuk kegiatan – kegiatan politik. Ketiga, partai politik lahir karena masyarakat menghadapi ancaman dari kekuatan – kekuatan modernisasi seperti komunikasi, ekonomi, pendidikan massa, rusaknya bentuk – bentuk sosial, sikap tradisional yang menyebabkan tidak memiliki kerangka organisasi untuk mengatur diri.
Dari   berbagai model dan bentuk dari lembaga politik, seperti partai, kelompok – kelompok kepentingan, asosiasi lingkungan dan liga petani merupakan bentuk dan model lembaga politik sebagai institusi masyarakat yang berfungsi untuk mendidik masyarakat agar menjadi lebih baik. Masyarakat diharapkan dalam persoalan hidup ini pada sebuah kebutuhan. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi melalui jalur politik, baik yang menyangkut masalah pribadi maupun masalah sosial.
Dengan lembaga politik masyarakat akan lebih matang dan berfikir kritis dalam setiap langkah dan geraknya. Lembaga politik juga memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban individu dalam berserikat, berkumpul, dan berpendapat, masyarakat semakin kritis dalam memahami dan menyikapi suatu fenomena sosial, sehingga tidak mudah dijadikan obyek kepentingan suatu kelompok.[36]











BAB III
KESIMPULAN


Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :
  1. Fungsi keluarga memiliki fungsi pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan dan rekreasi, kasih sayang, ekonomi,  status keluarga dan agama, menggantikan keluarga, mengatur, dan mengurusi impuls – impuls seksuil, bersifat membantu , menggerakkan nilai – nilai kebudayaan dan menunjukkan status. Dan peran keluarga Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota – anggotanya berinteraksi face to face secara tetap, Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak, karena anak merupakan buah cinta kasih hubungan suami istri, karena hubungan keluarga bersifat relatif tetap, maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses pendidikan anak
  2. Proses pendidikan dalam keluarga orang tua berperan sebagai guru dan anak sebagai murid, menciptakan rumah dan segala isinya yang menjadi lingkungan yang edukatif, dilihat dari segi zaman, maka pendidikan dalam keluarga berlangsung sepanjang hayat
  3. Fungsi sekolah dalam pendidikan sebagai transmisi dan transformasi kebudayaan, peranan manusia sosial, membentuk kepribadian sebagai dasar keterampilan, sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan, integrasi sosial
  4. Peran masyarakat dalam pendidikan, terbinanya anggota masyarakat menjadi warga yang baik dan berdasarkan nilai, norma, etika dan kebiasaan – kebiasaan yang baik dalam masyarakat






DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya:PT Bina Ilmu, 1982)
Ary, H. Gunawan, Sosiologi, Pendidikan, Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2000)
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2004)
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta:Prenada Media,2004)
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan kelas, (Jakarta:CV Haji Masagung, 1989)
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta:PT al Hasan Zikro, 1995)
Harun Nasution, Islam Rasional, Gerakan dan Pemikiran, (Bandung:Mizan,1998)
Ishomuddin, Sosiologi Perspektif Islam, (Malang:UMM Press,1997)
Muhammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga – lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,1995)
Munandir, Ensiklopedi Pendidikan, (Malang:UM Press,2001)
Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Ciputat Press,2004)
Philip Robinsons, Sosiologi Pendidikan, Terj. Hasan Basari, (Jakarta:CV Rajawali,1986)
Robert P. Clark. Menguak Kekuasaan dan Politik di Dunia Ketiga, Terj. RG. Soekardjo, (Jakarta:Erlangga,1989)
Soerjono Soekanto, Sosiologi, Suatu Pengantar, (Jakarta:Raja Grasindo Persada,2003), cet.35
S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,1995)
ST Vembrianto, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta,Andi Offsed,1990)
Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2010)
 Zuharini, Islam dan Pendidikan Keluarga, dalam Mudjia Raharjo, Quo Vadis Pendidikan Islam, (Malang:Cendika Paramulia,2002)
  


[1]Munandir, Ensiklopedi Pendidikan, (Malang:UM Press,2001), hlm. 362-363
[2]Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta:Prenada Media,2004), hlm. xii
[3]Munandir, Ensiklopedi Pendidikan, (Malang:UM Press,2001), hlm. 363
[4]Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan kelas, (Jakarta:CV Haji Masagung, 1989), hlm. 7
[5]Ibid, hlm. 8
[6]E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 51
[7]Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Ciputat Press,2004), hlm. 90  
[8]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya:PT Bina Ilmu, 1982), hlm. 104
[9]Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2010), hlm. 118 - 119
[10]Ibid, hlm. 119 - 120
[11]Soerjono Soekanto, Sosiologi, Suatu Pengantar, (Jakarta:Raja Grasindo Persada,2003), cet.35, hlm. 243 - 244
[12]Ishomuddin, Sosiologi Perspektif Islam, (Malang:UMM Press,1997), hlm. 173
[13]Zuharini, Islam dan Pendidikan Keluarga, dalam Mudjia Raharjo, Quo Vadis Pendidikan Islam, (Malang:Cendika Paramulia,2002), hlm. 151
[14]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta:PT al Hasan Zikro, 1995), hlm. 333  
[15]Zuharini, Islam dan Pendidikan Keluarga, …, hlm. 150
[16]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, …, hlm. 335
[17]Zuharini, Islam dan Pendidikan Keluarga, …, hlm. 152
[18]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, …, hlm. 363-380
[19]Munandier, Ensiklopedi Pendidikan, (Malang:UM Press,2001), hlm. 329
[20]Philip Robinsons, Sosiologi Pendidikan, Terj. Hasan Basari, (Jakarta:CV Rajawali,1986), hlm. 70
[21]ST Vembrianto, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta,Andi Offsed,1990), hlm.80
[22]Ibid, hlm. 80
[23]Ibid, hlm. 80
[24]S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,1995), hlm. 14-16
[25]Philip Robinsons, Sosiologi Pendidikan, Terj. Hasan Basari, (Jakarta:CV Rajawali,1986), hlm. 233
[26]Soerjono Soekanto, Sosiologi, Suatu Pengantar, (Jakarta:Raja Grasindo Persada,2003), cet.35, hlm. 197
[27]Ibid, hlm. 268
[28]Ibid, hlm. 199
[29]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan,… hlm. 112-113
[30]Harun Nasution, Islam Rasional, Gerakan dan Pemikiran, (Bandung:Mizan,1998), hlm. 280
[31]Muhammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga – lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,1995), hlm. 2. Bandingkan dengan Soerjono Soekanto, Sosiologi, Ibid, hlm. 1999
[32]Ary, H. Gunawan, Sosiologi, Pendidikan, Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2000), hlm.76
[33]Ibid, hlm. 50
[34]Robert P. Clark. Menguak Kekuasaan dan Politik di Dunia Ketiga, Terj. RG. Soekardjo, (Jakarta:Erlangga,1989), hlm. 116
[35]Ibid, hlm. 114
[36]Ibid, hlm. 126 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Religius Pendidikan

PARADIGMA PENDIDIKAN

Teknik-teknik supervisi pendidikan