Landasan Religius Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Yang sudah barang tentu dalam menjalankan kelanjutan pendidikan tersebut harus ada alat sebagai pegangan yang salah satunya adalah adanya kurikulum.
Manusia sebagai makhluk Tuhan telah banyak diberi karunia, yaitu berbagai kemampuan dasar baik yang bersifat jasmani maupun rohani yang dapat ditumbuh kembangkan secara optimal. Dengan kemampuan tersebut diharapkan manusia mampu mempertahankan serta memajukan kehidupan ke arah yang lebih baik. Kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam sejarah kehidupan dan pertumbuhan merupakan modal dasar untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam kehidupan. Dengan demikian seseorang harus mampu mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai dimana titik optimal kemampuan tersebut dapat tercapai.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Adanya kehidupan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keluarga, lingkungan, masyarakat, dirinya sendiri maupun kehidupan bangsa dan negara. Adapun fungsi dari pendidikan yaitu berusaha mengembangkan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat maupun bangsa dan Negara. Adapun tujuan umum dari pendidikan mencakup beberapa aspek antara lain kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.[1]








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu mendapat awalan "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, Education (pendidikan) berasal dari kata Educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to give rise to) dan mengembangkan (to develop). Dalam pengertian sempit, pendidikan (education) berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk lain pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika pengertian seperti ini kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban mendidik (seperti guru dan orang tua) tentu harus melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) Pendidikan sebagai ……"the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. Usually term is applied to formal institution." Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (sekolah dan madrasah) yang diperguanakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal, disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi lainnya. Bahkan, menurut definisi diatas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction).
Selanjutnya, menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981) pendidikan adalah ….."usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya…….orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya
2
mempunyai kewajiban untuk mendidik. Misalnya, guru sekolah, kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kapala asrama dan sebagainya."
B.     Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama terdiri atas dua kata, yaitu “pendidikan “dan “agama.” kata “pendidikan” secara etimologi berasal dari kata didik yang berarti “proses perubahan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan.
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan kata education yang beararti pengembangan atau bimbingan.[2]
Dalam bahasa arab istilah ini dikenal debgan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurobbi-tarbiyatan yang berarti “mengasuh, mendidik, dan memelihara.[3]
Sementara itu kata “agama” atau “religi” berasal dari bahasa latin relegere yang berarti kumpulan atau bacaan.adapun secara istilah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi; kekuatan ghaib tersebut menguasai manusia; berarti pula mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang memengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. Agama dapat pula berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Secara terminologi kata Islam dapat diartikan selamat, menyerah, tunduk, dan patuh. Adapun menurut istilah Islam berarti tunduk dan menyerah diri sepenuhnya kepada Allah-lahir maupun batin-dengan melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan larangan-Nya.
Islam adalah suatu agama yang berisi ajaran tentang tata cara hidup yang diturunkan Allah kepada umat manusia melalui para rasul-Nya.
Dengan demikian, pengertian kata ”pendidikan” dan kata “agama Islam” yang masing-masing telah diuraikan diatas, dapat disatukan menjadi suatu pengertian pendidikan agama Islam secara integral.
Mengenai pengertian pendidikan agama Islam banyak para pakar pendidikan yang memberikan definisi secara berbeda diantaranya adalah sebagai berikut:
Prof. Dr. Zakiah Darajat menjelaskan sebagai berikut:[4]
a.       Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
b.      Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
c.       Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaranajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya ia dapat memahami,menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun diahirat kelak.
Prof. H. M. Arifin mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah, “Usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan.
Di dalam GBPP dan Sekolah umum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum tajun 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah : ”Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Dari pengertian tersebut, Muhaimin mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pendidikan agama Islam, yaitu:[5]
a.       Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.
b.      Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan,dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap ajaran agama Islam.
c.       Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan tertentu.
d.      Kegiatan Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar ke luar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim) ataupun yang tidak seagama (hubungan dengan non muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara, sehingga dapat terwujud persatuan nasional.
Dari sekian banyak pengertian pendidikan agama Islam diatas pada dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengalaman agama, berahlak mulia, dan berkepribadian utama, berwatak sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menekankan bukan hanya pada pengetahuan terhadap (Islam), tetapi juga terutama pada pelaksanaan dan pengalaman agama peserta didik dalam seluruh kehidupannya.
C.    Landasan Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat fundamental dalam Pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak misi pendidikan, dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan diarahkan atau dibawa.
Pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bernegara. Sehingga pendidikan dijadikan  suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa.
Pada umumnya tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan pendidikan yaitu mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekerti dan sebagainya. Sehingga ia dapat mencapai kesempurnaan dan bahagia hidupnya lahir dan batin.
Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan. Pada umumnya yang menjadi landasan dalam penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa dan negara adalah pandangan hidup dan falsafah hidupnya.[6]
Dasar pendidikan agama di indonesia erat kaitannya dengan dasar pendidikan Nasional yang menjadi landasan terlaksananya pendidikan bagi bangsa indonesia. Karena pendidikan agama Islam merupakan bagian yang ikut berperan dalam tercapainya tujuan pendidikan Nasional.
Dasar ideal pendidikan Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW. Kalau pendidikan di ibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan Haditslah yang menjadi fundamennya. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenaran yang sudah tidak dapat di ragukan lagi. Sedangkan sunnah Rasulullah SAW yang dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasullullah SAW dalam bentuk isyarat. Bentuk isyarat ini adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat atau orang lain dan Rasullullah membiarkan saja dan terus berlangsung.
Dari uraian diatas makin jelaslah bahwa yang menjadi sumber pendidikan adalah Al-Qur’an dan Sunnah yang didalamnya banyak disebutkan  ayat atau hadits yang mewajibkan Pendidikan Agama Islam untuk dilaksanakan antara lain: Allah berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا (الاحزاب: ٧۱ )
Artinya: Dan barang siapa yang mentaati Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan bahagia sebenar-benar bahagia. (QS Al-Ah-zab 71)[7]
Ayat tersebut tegas sekali mengatakan bahwa apabila manusia telah mengatur seluruh aspek kehidupannya (Termasuk pendidikannya) dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, maka akan bahagialah hidupnya dengan sebenar-benarnya bahagia baik didunia maupun di akhirat nanti. Sabda nabi Muhammad SAW:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابُ اللهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلََّمَ (رواه الاٍمام مالك)
Artinya: Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian yang membuat kalian tidak akan sesat selagi kalian berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah,(Alquran) dan sunnah Rasul-Nya. (H.R.Imam Malik)[8]
1)      Dasar Yuridis
Dasar-dasar pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung dan tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, disekolah-sekolah ataupun dilembag-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a.      Dasar Ideal.
Dasar ideal adalah dasar dari falsafah negara pancasila dimana sila pertama dari pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P4 (PRASETIA PANCAKARSA) disebutkan bahwa dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia  menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk merealisasi hal tersebut, diperlukan adanya pendidikan agama, karena tanpa pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut.
b.      Dasar Struktural atau Konstitusional
Yakni dasar dari UUD 1945, dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1.      Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.
2.      Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Bunyi ayat diatas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama dan negara melindungi umat beragama untuk menunaikan ajaran agama dan beribadah sesuai agamanya masing-masing.
c.       Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan kembali pada Tap MPR No.IV/MPR/1978 Jo Ketetapan MPR No.II/MPR/1983, Ketetapan MPR No.II/MPR/1988, dan ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum disekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri. Dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999 disebutkan bahwa meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sitem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sitem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Kemudian dikuatkan lagi dengan Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut. (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidakan   agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (c) bahasa; (d) matematika; (e) ilmu   pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial; (g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani, dan (i) ketrampilan/kejujuran dan muatan lokal. (2) Pendidikan tinggi wajib memuat: (a) pendidikan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan, dan (c) bahasa.                                                                        7
Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
2)      Dasar Religius.
 Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Quran maupun Hadits Nabi menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan yang merupakan ibadah kepadanya.[9]
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain berikut ini:
a)      Dalam Surat An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالحِْكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ (النحل:     )
Artinya: Ajaklah kepada Agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasihat yang baik.[10]
b)      Dalam Surat Ali-Imron ayat 104, yang berbunyi:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ اُمَّةٌ يَدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ (ال عمران: ۱۰٤)
Artinya: Hendaknya ada diantara kamu segolongan ummat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah dari perbuatan mungkar.[11]

c)      Dalam Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا قُوْا  اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا(التحريم: ٦)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.[12]
Selain ayat-ayat tersebut , juga disebutkan dalam hadits antara lain sebagai berikut:
بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ ايَةً (رواه البخارى)                                                 
Artinya: Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit. (HR.Bukhari)[13]
كُلُ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يَهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ                                  
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه مسلم)
Artinya: Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR.Baihaki)
3)      Dasar dari Sosial Psikologis
Semua manusia didunia ini membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan. Hal semacam itu terjadi pada masyarakat primitif maupun pada masyarakat yang modern, dan sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’ad ayat 28, yang berbunyi:[14]
اَلاَ بِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ (الرعد:   )
Artinya: Ketahuilah, bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram.[15]
Oleh karena itu, manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka kearah yang benar sehingga mereka dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi ke generasi berikutnya, manusia akan semakin jauh dari agama yang benar.[16]
Selanjutnya untuk mengenai tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[17]
Dalam merumuskan tujuan-tujuan diatas, kiranya perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.      Harus memenuhi situasi masyarakat indonesia sekarang dan yang akan datang.
2.      Memenuhi hakiki masyarakat.
3.      Bersesuaian dengan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
4.      Menunjang tujuan yang secara hirarki berada diatasnya.
Dari uraian di atas dapatlah dilihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam harus mendukung tujuan instusional dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan agama harus mengarahkan tujuannya untuk memenuhi tuntutan dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tersebut, dan secara umum harus memenuhi tujuan pendidikan  nasional.[18]
Singkatnya tujuan pendidikan agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda pemudi dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya bahkan sesama umat manusia.[19]











BAB III
PENUTUP
          
Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan kata education yang beararti pengembangan atau bimbingan.
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dasar pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat fundamental dalam Pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak misi pendidikan, dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan diarahkan atau dibawa.
Pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bernegara. Sehingga pendidikan dijadikan  suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa.
Adapun landasan pendidikan adalah landasan yuridis, landasan religius, dan landasan sosial psikologi.















           
                                                                                                                                                        11                              

DAFTAR PUSTAKA


A.Warson Munawir. 1984. Kamus almunawwir. Jogjakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan.

A. Rahman Saleh. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: Raja grafindo persada.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Intermasa.

Mansyur dkk, 1981. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Forum.

Mahmud Yunus. 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: Hidakarya.

Muhaimin, et.al.1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.

Syekh Mansur Ali Nashif. 2002. Mahkota Pokok-Pokok Hadits Rasulullah Saw. Jilid 1. Bandung: Sinar Baru.

UUSPN No.20,Th 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Surabaya: Karina.

Zakiah Darajat. et.al. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.

Zakiyah Darajat. 1985. Kapita Selejta Pendidikan Moral Anak Didik. Bandung: Rosdakarya.














[1] Zakiyah Darajat. Kapita Selekta Pendidikan Moral Anak Didik (Bandung: Rosdakarya, 1985), 30.                   1
[2]A.Rahman Saleh,Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja grafindo persada, 2006), 2.
[3]A.Warson Munawir, Kamus almunawwir ,(Jogjakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan,1984), 504.

[4]Zakiah Darajat, et.al., Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara), 86.                                                           3
[5] Muhaimin,et.al, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), 1.                                                             4
[6]Zuhairini, et al, 2004, Op.Cit., 4.                                                                                                                                             5
[7] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Intermasa, 680.
[8]Syekh Mansur Ali Nashif, 2002, Mahkota Pokok-Pokok Hadits Rasulullah Saw. Jilid 1, Bandung: Sinar Baru, 98.   6
[9]Zuhairini, et al, 2004, Op.Cit., 11.
[10]Depag RI, Op.Cit., 421.
[11]Depag RI, Op.Cit., 93.                                                                                                                                                                  8
[12]Depag RI, Op.Cit., 951.
[13]Syekh Mansur Ali Nashif, 2002, Op.Cit., 160.
[14]Zuhairini, et al, 2004, Op.Cit., hlm. 12
[15]Depag RI, Op.Cit., 373.
[16]Zuhairini, et al, 2004, Op.Cit., 13.                                                                                                                                    9
[17]UUSPN No.20,Th 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Surabaya: Karina.
[18]Mansyur dkk,1981, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Forum, 34.
[19]Mahmud Yunus, 1983, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hidakarya, cet II, 13.                              10

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARADIGMA PENDIDIKAN

Teknik-teknik supervisi pendidikan