Motivasi Kinerja Guru


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Kerja guru merupakan kumpulan dari berbagai tugas untuk mencapai tujuan pendidikan. Kepuasan dalam menjalankan tugas merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, ini disebabkan sebagian besar  waktu guru digunakan untuk  bekerja.  Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan dengan tugas-tugas mengajar, mendidik dan tugas tugas sosial kemasyarakatan. Di  lingkungan  sekolah,  guru  mengemban  tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru memberikan pengetahuan, sikap dan nilai, dan keterampilan, Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun  demikian guru bukanlah satu-satunya faktor penunjang keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor dukungan masyarakat, dan faktor orang tua, sekaligus faktor organisasi yang dimana sosok guru itu berada, sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik para siswanya untuk menjadi manusia dewasa.
Guru dituntut untuk untuk bekerja dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai sekolah seperti siswa, orang tua, dan masyarakat. Salah satu faktor yang menunjang guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya yaitu kepuasan kerja. Artinya jika guru puas terhadap perlakuan organisasi (sekolah) maka mereka akan bekerja penuh semangat dan bertanggung jawab. Kepuasan  kerja  (job  satisfaction)  guru  merupakan  sasaran  penting  dalam  manajemen sumber  daya  manusia,  karena  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  akan  mempengaruhi produktivitas kerja. Suatu gejala yang dapat membuat rusaknya kondisi organisasi sekolah adalah rendahnya kepuasan kerja guru dimana timbul gejala seperti  kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan guru, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran, indisipliner guru dan gejala negatif lainnya.  Sebaliknya kepuasan yang tinggi dinginkan oleh kepala sekolah karena dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka harapkan. Kepuasan kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah organisasi sekolah telah dikelola dengan baik dengan manajemen yang efektif. Kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara harapan guru dengan imbalan yang disediakan oleh organisasi. Meningkatkan  kepuasan  kerja bagi  guru  merupakan hal yang sangat penting, karena menyangkut masalah hasil kerja guru yang merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada siswa.
Dalam hal peningkatkan mutu pendidikan secara formal aspek guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkannya, disamping aspek lainnya seperti sarana/prasarana, kurikulum, siswa, manajemen, dan pengadaan buku. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab inti  dari  kegiatan  pendidikan  adalah  belajar  mengajar  yang  memerlukan  peran  dari  guru  di dalamnya.
Berdasarkan  hasil  studi  di  negara-negara  berkembang,  guru  memberikan  sumbangan dalam prestasi belajar siswa (36%), selanjutnya manajemen (23%), waktu belajar (22%), dan sarana fisik (19%). Aspek yang berkaitan dengan guru adalah menyangkut citra/mutu guru dan kesejahteraan.[1] Sementara itu Tilaar menyatakan peningkatan kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya.[2] Dengan demikian jelaslah bahwa keberhasilan pendidikan yang terutama adalah faktor guru sebagai tenaga pendidikan yang profesional. Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerjanya, sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk meningkatkan profesi  dan mutunya dengan demikian diharapkan keberhasilan pendidikan akan tercapai. Kepuasan kerja guru itu bisa dilaksanakan dengan beberapa cara diantaranya adalah organisasi dapat membuat iklim organisasi yang berpihak pada kesejahteraan guru, terbuka dan menekankan pada prestasi, bisa pula kepuasan ditingkatkan menggunakan faktor motivasi terutama motivasi berprestasi guru, karena hal tugas guru menyangkut dengan keberhasilan siswa yang merupakan keberhasilan pendidikan. Pada tahun 1980-an masyarakat, kalangan akademisi, organisasi profesi dan pemerintah Amerika serikat secara serempak bertanya : dari titik mana peningkatan mutu pendidikan Amerika dimulai?. Setelah dilakukan kajian mendalam dan luas tentang penentu-penentu mutu pendidikan, akhirnya mereka sepakat : langkah itu mesti dimulai dengan meningkatkan kesejahteraan guru. Keadaan di Amerika Serikat memang berbeda dengan dinegara-negara Eropa meski gaji guru telah dinaikkan, dibandingkan dengan karyawan pada profesi lain dengan tingkat pendidikan yang sama, gaji guru tetap lebih kecil. Di Indonesia, rata-rata gaji guru sama besar bahkan lebih kecil dari gaji pekerja pabrik berpendidikan SD.[3]
Akan tetapi setelah gaji dinaikkan ternyata beberapa guru dianataranya masih mengeluh tidak hanya faktor insentif yang dirasa rendah bagi mereka dan kurang memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin lama semakin meningkat, namun faktor lain seperti kerja yang menjenuhkan, suasana lingkungan kerja yang tidak kondusif seperti teman yang tidak saling mendukung, pimpinan yang kurang bijak serta siswa yang tingkah lakunya menjengkelkan. Di lain pihak ada dari mereka yang menurun semangatnya dalam mengajar, merasa bosan, jenuh dengan pekerjaan. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu diantaranya adalah iklim organisasi. Hal ini  didasarkan pada asumsi bahwa  para guru bekerja selain untuk mengharapkan imbalan baik material maupun non material namun mereka juga menginginkan iklim yang sesuai dengan harapan mereka seperti terdapat keterbukaan dalam organisasi, terdapat perhatian, dukungan, penghargaan, pendapatan yang   yang layak dan dirasa adil. Penciptaan iklim yang berorientasi pada prestasi dan mementingkan pekerja dapat memperlancar pencapaian hasil yang diinginkan. Faktor lain  yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah motivasi berprestasi. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa bekerja tanpa motivasi akan cepat bosan, karena tidak adanya unsur pendorong agar semangat kerja tetap stabil.   Motivasi merupakan komoditi yang sangat diperlukan oleh semua orang termasuk guru. Motivasi diperlukan untuk menjalankan kehidupan, memimpin sekelompok orang dan mencapai tujuan organisasi.   Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri guru untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin sehingga tujuan akan tercapai. Motivasi berprestasi bisa terjadi jika guru mempunyai kebanggaan akan keberhasilan. Padahal tugas mengajar adalah tugas yang membanggakan dan penuh tantangan, sehingga guru-guru seharusnya mempunyai motivasi berprestasi

B.     Rumusan Masalah

1.         Bagaimana pengertian Motivasi?
2.         Apa saja teori-teori matovasi?
3.         Bagaimana Pengertian Kinerja?
4.         Bagaimana Pengertian Guru?
5.         Bagaimana Pengertian Kinerja Guru?
6.         Bagaimana Metode -Metode Pemberian Motivasi Kinerja Guru?
7.         Bagaimana Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kinerja Guru?

C.    Tujuan Pembahasan

1.      Untuk mengetahui apa pengertian Motivasi
2.      Untuk mengetahui teori motivasi
3.      Untuk mengetahui pengertian kinerja
4.      Untuk mengetahui pengertian guru
5.      Untuk mengetahui pengertian kinerja guru
6.      Untuk mengetahui metode-metode pemberian motivasi
7.      Untuk mengatahui pengaruh motivasi produktivitas kinerja guru

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Motivasi 
Motivasi berasal dari kata-kata movere  yang berarti dorongan dalam istilah bahasa Inggrisnya disebut motivation. Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha menimbulkan dorongan  motif  pada individu atau kelompok agar bertindak.[4] Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa motivasi adalah kehendak atau dorongan untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.[5] Motivasi juga bisa diartikan sebagai proses yang menyebabkan tingkah laku seseorang menjadi bergairah, terarah, dan tidak mudah putus asa.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya jika di ibaratkan sebuah perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja keras dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan ketrampilan karyawan tidak ada artinya bagi sebuah perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan segala kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang dimilikinya. Motivasi menjadi sangat penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
Menurut Abdul Hamid Mursi motivasi adalah keadaan individu yang melahirkan kekuatan, kegairahan dan dinamika serta mengarahkan tingkah laku pada tujuan.[6] Berdasarkan pengertian tersebut, motivasi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjuk pada sejumlah dorongan, keinginan, kebutuhan, dan kekuatan. Maka, ketika kita mengatakan bahwa para manajer sedang membangkitkan motivasi para pekerja, berarti mereka sedang melakukan sesuatu untuk memberi kepuasan pada motif, kebutuhan, keinginan para pekerja, sehingga mereka melakukan sesuatu yang menjadi tujuan dan keinginan para manajer. Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa motivasi mengandung rangsangan suatu pihak kepada individu, sehingga ia melakukan sesuatu yang menjadi tujuan pihak lain itu, dan pada giliranya juga dapat merealisasikan keinginan-keinginan individu.


B.        Teori-Terori Motivasi
Terdapat 5 teori motivasi yang paling popular dan berpengaruh besar dalam praktek pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.
1.           Teori Efek Hawthorn
Penelitian oleh Elton Mayo pada perusahaan General Electric kawasan Hawthorn di Chicago, memilki dampak pada motivasi kelompok kerja dan sikap karyawan dalam bekerja. Kontribusi hasil penelitian tersebut bagi perkembangan teori motivasi adalah:
a)           Kebutuhan dihargai sebagai manusia ternyata lebih penting dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan dibandingkan dengan kondisi fiisik lingkungan kerja.
b)           Sikap karyawan dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan tempat kerja.
c)           Kelompok informal di lingkungan kerja berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan sikap para karyawan.
d)          Kerjasama kelompok tidak terjadi begitu saja, tetapi harus direncanakan dan dikembangkan.
2.            Teori Kebutuhan
Menurut Abraham Maslow, pada dasarnya karyawan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut:
a)      Kebutuhan fisiologis.
b)      Kebutuhan rasa aman.
c)      Kebutuhan social.
d)     Kebutuhan harga diri.
e)      Kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hierarkis, yaitu suatu kebutuhan akan timbul apabila kebutuhan dasar sebelumnya telah dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis seperti pakaian, makanan dan perumahan terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan digantikan dengan kebutuhan rasa aman dan seterusnya. Sehingga tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda-beda dalam bekerja. Seseorang yang kebutuhan hanya sekedar makan, maka pekerjaan apapun akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3.           Teori X dan Y
McGregor mengemukakan dua model yang menjelaskan motivasi karyawan yang bekerja yaitu teori X dan teori Y.
Teori X menganggap bahwa:
a)             Karyawan tidak suka bekerja dan cenderung untuk menghindari kerja.
b)             Karyawan harus diawasi dengan ketat dan diancam agar mau bekerja dengan baik.
c)             Prosedur dan disiplin yang keras lebih diutamakan dalam bekerja.
d)            Uang bukan satu-satunya faktor yang memotivasi kerja.
e)             Karyawan tidak perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri.
Teori Y menganggap bahwa:
a)             Karyawan senang bekerja, sehingga pengawasan dan hukuman tidak diperlukan oleh karyawan.
b)             Karyawan akan memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi jika merasa memuaskan.
c)             Manusia cenderung ingin belajar.
d)            Kreatifitas dan Imajinasi digunakan untuk memecahkan masalah.
4.           Teori Hygine dan Motivator
Menurut Herzberg, faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan berbeda dengan faktor yang menimbulkan ketidak-puasan kerja sebagai berikut.
Faktor Hygine meliputi :
a)             Kebijakan perusahaan dan sistem administrasinya.
b)             Sistem pengawasan.
c)             Gaya kepemimpinan.
d)            Kondisi lingkungan kerja.
e)             Hubungan antar pribadi.
f)                     Gaji / upah.
g)             Status.
h)             Kesehatan dan keselamatan kerja.
Faktor Motivator meliputi :
a)             Pengakuan.
b)             Penghargaan atas prestasi.
c)             Tanggungjawab yang lebih besar.
d)            Pengembangan karir.
e)             Pengembangan diri.
f)                     Minat terhadap pekerjaan.
5.           Teori Motivasi Berprestasi
David McClelland menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang tinggi. Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada saat target telah tercapai dibandingkan imbalan atas kinerja tersebut. Hal ini bukan berarti mereka tidak mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai tantangan.
Ada tiga macam kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu:
a)             Kebutuhan berprestasi (Achievement motivation) yang meliputi tanggung jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi, umpan balik dan mengambil risiko sedang.
b)             Kebutuhan berkuasa (Power motivation) yang meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain.
c)             Kebutuhan berafiliasi (Affiliation motivation) yang meliputi persahabatan, kerjasama dan perasaan diterima.
Dalam lingkungan pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling berhubungan, karena setiap karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut dengan kadar yang berbeda-beda. Seseorang dapat dilatihkan untuk meningkatkan salah satu dari tiga faktor kebutuhan ini. Misalnya untuk meningkatkan kebutuhan berprestasi kerja, maka karyawan dapat dipertajam tingkat kebutuhan berprestasi dengan menurunkan kebutuhan yang lain
C.       Pengertian Kinerja
Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah thing done yakni sesuatu hasil yang telah dikerjakan. Jadi arti Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mangkunegara, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.[7] Tinggi rendahnya kinerja seseorang berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang.
Menurut Sulistiyani, kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.[8] Sedangkan menurut Rivai kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan guru sesuai dengan perannya di sekolah.[9]
Menurut Malayu mengemukakan bahwa; kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.[10] Pada umumnya, kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Prawirosentono, mengemukakan kineja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.[11]
Sementara dalam perspektif model harapan, kinerja merupakan fungsi dari kemampuan dan motivasi.[12] Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, denagn adanya motivasi adanya motivasi maka pegawai memiliki kekuatan pendorong untuk bekerja. Seorang pegawai bias memiliki kinerja yang baik jika pelaksanaan kerja didukung oleh kemampuan yang cukup. Namun kemampuan saja tidaklah lengkap. Disinilah peran motivasi sebagai factor pembeda antara pegawai satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, walaupun seorang pegawai memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan pekerjaanya, tetapi apabila tidak ditunjang oleh motivasi yang kuat maka kinerja tidak optimal.
Menurut Cormick dan Tiffin kinerja adalah kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan dalam menjalankan tugas. Kuantitas adalah hasil yang dapat dihitung sejauh mana seseorang dapat berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[13] Kualitas adalah bagaiman seseorang dalam menjalankan tugasnya, yaitu mengenai banyaknya kesalahan yang dibuat, kedisiplinan dan ketepatan. Waktu kerja adalah mengenai jumlah absent yang dilakukan, keterlambatan, dan lamanya masa kerja dalam tahun yang telah dijalani.. dari definisi-definisi tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud kinerja adalah hasil kerja karyawan dilihat pada aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja, dan kerja samauntuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi, Miner mengemukakan secara umum dapat dinyatakan empat aspek dari kinerja, yaitu sebagai berikut :
1.      Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu, dan ketepatan dalam melakukan tugas
2.      Kuantitas yang dihasilkan, berkenan denagn berapa jumlah produk atau jasa yang dapat dihasilkan.
3.      Waktu kerja, menerangkan tentang jumlah absent, keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.
4.      Kerja sama, menerangkan akan bagaimana individu membantu atau menghambat dari teman sekerjanya.[14]
Dikatakan individu mempunyai kinerja yang baik bila dia berhasil memenuhi keempat aspek tersebut sesuai dengan target atau rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi
D.       Pengertian Guru
WJS Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia yang disusunya mengartika bahwa guru adalah orang yang pekerjaanya mengajar.[15] Dalam Ensiklopedi bebas Wikipedia, pengertian guru menggambarkan guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik[16]
Menurud UU No 14 Tahun 2005 Pasal 1, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[17]
Menurud Zakiyah Daradjat Guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundah paa orang tua. Menurud Poerwadarminta Guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Menurd Supriyadi, Guru adalah orang yang berilmu, berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi teladan bagi masyarakat. Menurud William, Guru adalah pemegang kendali dalam "kendaraan" pendidikan. Menurud Mohamad Surya, Guru adalah orang tua di sekolah dan orang tua adalah guru di rumah. Menurud Syaikh Muhammad, Guru adalah tauladan dalam akhlaknya yang baik dan perangainya yang mulia. Menurud Umar Tirta & La Sula, Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan sasaran peserta didik. Menurud M. Ngalim Purwanto, Guru adalah seorang yang berjiwa besar terhadap masyarakat dan Negara. Menurud Oemar Hamalik, Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan menuntun murid-murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Sedangkan menurus Saiful Bari Djamarah & Aswan Zain, Guru adalah seseorang yang menjadi salah satu sumber belajar yang erkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas
E.        Kinerja Guru
Pada hakikatnya kinerja guru adalah prilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seseorang Guru akan nampak  pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara/kualitas dalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut. Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.[18]
Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di atas, maka akan nampak jelas apa yang dimaksud dengan kinerja guru. Kinerja guru pada dasarnya merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah yang dapat menggambarkan mengenai prestasi kerjanya dalam melaksanakan semua itu, dan hal ini  jelas bahwa pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki keahlian dan kwalifikasi tertentu sebagai guru. Kinerja Guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah khususnya dalam proses pembelajaran dalam konteks sekarang ini memerlukan pengembangan dan perubahan kearah yang lebih inovatif. Kinerja inovatif guru menjadi hal yang penting bagi berhasilnya implementasi inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
Guru menerima pekerjaan sebagai  pendidik, jika  mempersiapkan diri dengan kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan yang dituntut oleh organisasi (sekolah). Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kualitas kinerja guru merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi keberhasilan proses pendidikan di Sekolah. Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja guru untuk terus meningkat dan ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi apabila memperhatikan tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru..
Pekerjaan merupakan suatu sumber penting bagi motivasi yang tinggi ataupun yang rendah. Untuk terus hidup dan berhasil baik, suatu organisasi memerlukan karyawan yang cakap dan termotivasi pada waktu yang tepat.Dalam kenyataan praktek kerja sehari-hari, baik di perusahaan maupun di kantor-kantor, bisa di saksikan adanya sebagian karyawan atau pegawai yang bekerja lebih bersemangat atau bergairah daripada yang lain. Bergairah atau tidaknya seseorang dalam bekerja sangat ditentukan oleh adanya dorongan atau motivasi pada orang tersebut.  Seseorang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan bekerja lebih bersemangat dari pada orang lain yang mempunyai motivasi kerja yang rendah. Oleh karena itu motivasi merupakan suatu masalah yang penting dalam menentukan bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaan atau tugasnya. Lebih lanjut, motivasi sangat penting dalam menentukan hasil atau keberhasilan kerja.
Seseorang bersedia melakukan suatu pekerjaan bila ia terdorong untuk melakukan faktor yang menjadi pendorong pada dasarnya cukup kuat serta mungkin juga tidak mendapat saingan dari sebab lain yang berlawanan. Demikian sebaliknya orang yang tiada merasa terdorong oleh faktor yang kuat, maka ia akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak bergairah melakukan pekerjaan itu. Faktor yang menjadi pendorong umum dinamakan faktor motivasi. Secara etimologi kata motivasi berasal dari istilah “Motivation” berarti dorongan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga membuat seseorang melakukan suatu kegiatan.[19]
Motivasi atau dorongan dalam melakukan sesuatu pekerjaan itu sangat besar pengaruhnya terhadap efektifitas kerja. Seseorang bersedia melakukan sesuatu pekerjaan bilaman motivasi yang mendorongnya cukup kuat yang pada dasarnya tidak mendapat saingan atau tantangan dari motif lain yang berlawanan. Demikian pula sebaliknya orang lain yang tidak didorong oleh motif yang kuat akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak bergairah dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
Motivasi kerja dianggap sebagai sarana demonstrasi dalam tindakan nyata pencapaian tujuan. Motivasi selanjutnya, memberikan potensi bagi semangat kerja. Dalam hal ini Lazaruth mengatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja seseorang dalam organisasi adalah perasaan puas, karena merasa kesejahteraan material dan spiritualnya terpenuhi.[20] Dengan diperolehnya kepuasan dalam memenuhi keinginan dan cita-cita hidupnya, maka seseorang akan bekerja dengan efektif dan penuh semangat. Oleh sebab itu maka seorang manajer harus memahami keinginan dan cita-cita hidup bawahan kemudian berusaha memenuhinya.
Semangat kerja sangat diperlukan dalam tujuan organisasi. Dalam rangka membangun semangat kerja merupakan proses pengakomodasian kepentingan-kepentingan dan hal ini mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik harus dapat menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan kelompok guna mengembangkan nilai-nilai dan sesuatu yang menarik dalam organisasi. Dia juga harus dapat memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian, semangat kerja yang baik dan tinggi disebabkan oleh adanya motivasi yang diberikan pimpinan dan merupakan keberhasilan seorang pemimpin.
F.        Metode -Metode Pemberian Motivasi Kepada Guru
Motivasi kinerja adalah dorongan untuk melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat dan bersemangat. Dengan cepat di sini dimaksudkan cepat yang berhati-hati. Motivasi kerja sangat penting bagi karyawan, manajer atau para pemimpin apalagi seorang guru yang nota benenya memiliki bany`k tugas. Karena dengan motivasi yang tinggi, maka pekerjaan  dilakukan dengan penuh semangat dan bergairah sehingga akan dicapai suatu hasil yang optimal  yang tentunya akan mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan dengan efisien dan efektif bagi sebuah lembaga. Untuk memotivasi bawahanya, seorang manajer yang dalam hal ini seorang kepala sekolah harus mengetahui lebih dahulu motif apa yang menyebabkan seorang guru berperilaku tertentu.
Untuk memberikan motivasi pada tenaga kerja /guru ada dua metode yang dilakukan yaitu secara langsung (motivasi langsung) dan secara tidak langsung (motivasi tidak langsung). Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung, jelas tegas kepada para guru baik berupa materi maupun non materi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Misalnya, bonus, gaji, tunjangan hari raya dan lain-lain. Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan secara tidak langsung atau tidak secara terang-terangan, padahal sebenarnya bertujuan memotivasi, seperti misalnya lingkungan kerja yang bersih atau dapat menunjang semangat, gairah dan kelancaran pelaksanaan tugas, tempat duduk yang bagus dan empuk, adanya suara musik yang memberikan semangat kerja, mesin-mesin dan layout bagus, udara nyaman, dan lain-lain.
Dalam prakteknya di lembaga-lembaga dan organisasi lainnya, kedua macam metode langsung dan tidak langsung sama-sama digunakan karena keduanya saling mendukung. Hal ini jelas bertujuan untuk membangkitkan, mempertahankan, meningkatkan semangat dan gairah kerja guru yang pada akhirnya dapat mendorong tercapainya produktifitas kerja optimal.[21]
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang hubungan antara motivasi, semangat kerja dan kegairahan kerja yaitu : motivasi adalah dorongan, kemauan, keadaan internal yang ada pada diri seseorang sehingga melahirkan kekuatan, tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kegairahan dan semangat adalah sifat tindakan yang ditentukan oleh motivasi

G.    Prinsip-prinsip pemberian Motivasi Kerja
Daya rangsang (motivasi) dapat berbentuk materi atau non materi, positif atau negative. Sistem pemberian rangsangan yang berhasil hendaknya memenuhi beberapa kaidah ini:
1.      Seimbang antara rangsangan positif atau negatif.
2.      Adanya rangsangan material dan immaterial.
3.      Daya rangsang yang sangat efektif adalah berpengaruh langsung terhadap pribadi yang dapat dirasakan dan diterjemahkan oleh individu-individu, baik dalam bentuk insentif maupun sanksi hukum yang akibatnya kembali kepada mereka dengan segera.
Adapun prinsip-prinsip pemberian daya rangsang kerja antara lain:
1.      Diantara motivasi yang terpenting agar para guru mau mengarahkan tenaga untuk bekerja dengan baik adalah rasa tenang dengan kecukupan material yang seimbang dengan kebutuhan dan tuntutan hidup, dan yang harus sesuai dengan tingkat pendidikan dan pengalaman mereka.
2.      Semakin intens perasaan para guru bahwa mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari kelompok, membuat mereka semakin terikat dengan tujuan-tujuan lembaga. Ketentuan mereka untuk bekerja, menyebabkan lembaga dapat merealisasikan tujuan. Sangat penting menyiapkan situasi kondusif bagi kerja kelompok dan mengembangkan fasilitas kerja sama. Hal itu menyebabkan eksperimen individu menjadi lebih matang, sehingga terealisirlah kecenderungan dan kebutuhan individu untuk berpihak pada kelompok kerja, merasa sebagai anggota di dalamnya, dan memperoleh penghargaan atas kesungguhannya.
3.      Untuk mengembangkan kelompok kerja secara maksimal, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para guru merasa bahwa gagasan-gagasan mereka sangat bermanfaat bagi lembaga, sehingga lembaga tidak harus menggali gagasan-gagasan dari pihak lain.
4.      Tidak melupakan struktur organisasi secara umum dan sejauh mana struktur itu memberi peluang-peluang kerja yang produktif, khususnya dengan besarnya bentuk lembaga modern seperti sekarang yang fungsi-fungsinya telah ditetapkan dalam bentuk yang tidak memungkinkan hubungan langsung secara terus menerus antar seluruh jajaran.
Selain itu islam juga memberikan peluang adanya rangsangan kerja baik yang bersifat positif dalam bentuk pemberian insentif, maupun yang berbentuk negative seperti sanksi. Tujuan pemberian rangsangan adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja dan memperbaiki tingkat pelaksanaan. Selain itu rangsangan akan mengurangi kecerobahan bekerja serta menambah keseriusan dan efektifitas kerja.[22]

H.    Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kinerja Guru
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dengan peningkatan produktivitas kerja karena orang yang termotivasi akan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dan akan mempunyai semangat kerja yang tinggi.apalagi ditambah dengan motivasi dari atasan, Menurut Simanjuntak, memotivasi bawahan berarti menjadikan mereka merasakan bahwa bekerja sebagai bagian hidup yang dinikmati.[23]
Para guru umumnya siap bekerja keras bila menghadapi kondisi sebagai berikut ini :
1.      Para guru merasa diperlukan oleh dan dalam lembaga. Dengan demikian mereka menyadari bahwa hasil kerjanya bermakna bagi lembaga dan dihargai.
2.      Para guru mengetahui dengan jelas yang diharapkan lembaga dari mereka. Dengan demikian mereka dapat berupaya dengan sungguh-sungguh memenuhi harapan-harapan tersebut.
3.      Para guru merasa diperlukan secara adil baik antar pekerja maupun dalam pemberian imbalan atau penghargaan. Perlakuan menganak emaskan seseorang dan menganaktirikan yang lain, atau membedakan yang satu dari yang alin atas dasar suka dan tidak suka, akan semangat dan motivasi kereja secara keseluruhan. Demikian juga bila konstribusi guru tidak dihargai dengha imbalan yang seimbang, semangat guru akan menurun, palagi apabila upah tidak cukup memenuhi hidup layak bagi guru dan keluarganya.
4.      Para guru diberi peluang atau kesempatan yang sama untuk berkembang dan meningkat kemampuan, bahkan untuk membangun karier hingga mencapai karier yang paling tinggi dilingkungan organisasi atau lembaga.
5.      Para guru diberi tantangan, baik dengan menciptakan pekerjaan yang menarik (job entrichment)maupun dengan memberikan kepercayaan (trust) untuk berkreasi dan berinovasi.
6.      Para guru merasakan suasana kerja menyenangkan, termasuk hubungan lembaga dengan guru secara harmonis.
Untuk melihat pengaruh motivasi dengan produktivitas, maka terlebih dahulu kita lihat pengertian menurut Mohyi bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha menimbulkan dorongan (motif) pada individu atau kelompok atau bertindak atau melakukan sesuatu.[24] Sedangkan produktivitas menurut Hasibuan, produktivitas kerja adalah perbandingan hasil (output) dengan masukan (input) dan produksi yang dihasilakn harus mempunyai nilai tambah.[25]
Hamid juga mengemukakan hal yang senada dengan pendapat-pendapat ahli dia tas, yaitu bahwa diantara hal-hal yang dapat digunakan sebagai penentu perbaikan produktivitas individu adalah motivasi sebagai factor internal.karena motivasi berasal dari dalam diri seorang guru untuk berprilaku sebagaimana yang diinginkan lembaga.[26]
Dari pengertian motivasi serta produktivitas diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang guru dapat mempengaruhi terhadap meningkatkan produktivitas kerja mereka, dan jika suatu lembaga yang motivasi kerja gurunya rendah, maka hasil produktivitas kerjanya juga rendah, tetapi jika motivasi gurunya tinggi, akan memudahkan proses dalam mencapai tujuan yang ditetapkan lembaga. Pemahaman motivasi sangat penting karena akan lebih mudah untuk menemukan cara, mempengaruhi perilaku guru dan prilaku individualisme atau bahkan egoistic menjadi prilaku yang menolong, prestasi kerja yang tinggi dalam rangka mencapai tujuan lembaga maupun tujuan individu.










BAB III
PENUTUP

A.  Analisis
Bagi sebuah institusi terutama yang bergerak di bidang pendidikan dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan zaman sekrang ini diperlukan suatu upaya untuk mengantisipasi kondisi tersebut sedini mungkin salah satunya melalui peningkatan kualitas sumberdaya guru. Dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya guru tersebut terdapat banyak aspek yang perlu dikaji, namun semuanya bermuara pada satu tujuan yakni meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusianya. Sumberdaya manusia adalah suatu faktor yang sangat penting dalam mencapai tujuan sebuah lembaga. Sumberdaya manusia yang sesuai dengan kebutuhan organisasi suatu lembaga merupakan penggerak sumberdaya yang lain seperti pendanaan, efisiensi sarana dan prasarana, ataupun kualitas output siswa siswinya. Keberhasilan sebuah lemabaga sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang dimiliki. Salah satu faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap produktifitas adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan yang ditujukan pada sumberdaya manusia untuk bekerja lebih giat agar mencapai hasil yang optimal. Motivasi sangat penting karena pimpinan memberikan tugas kepada bawahan mengenai pekerjaan agar dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan. Lembaga tidak saja mengharapkan sumberdaya yang dimilikinya itu cakap dan terampil, tetapi juga dapat bekerja dengan giat dan dapat mencapai hasil dan target yang telah ditentukan oleh visi dan misi lembaga. Untuk meningkatkan produktivitas maka peranan motivasi sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan, oleh sebab itu sumber daya manusia harus dikelola dengan baik. Pimpinan atau kepala sekolah/madrasah harus dapat memberikan dorongan motivasi yang tepat dan sumberdaya manusia harus diperlakukan sebagai manusia seutuhnya sehingga mereka akan merasa puas dan dapat bekerja dengan baik.
B.  Kesimpulan
1.      Motivasi mengandung pengertian sebuah rangsangan suatu pihak kepada individu, sehingga ia melakukan sesuatu yang menjadi tujuan pihak lain itu, dan pada giliranya juga dapat merealisasikan keinginan-keinginan individu
2.      Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau lemabaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi atau lemabaga bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
3.      Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
4.      Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.
5.      Metode-metode pemberian motivasi ada dua metode yang dilakukan yaitu secara langsung (motivasi langsung) dan secara tidak langsung (motivasi tidak langsung). Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung, jelas tegas kepada para guru baik berupa materi maupun non materi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Misalnya, bonus, gaji, tunjangan hari raya dan lain-lain. Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan secara tidak langsung atau tidak secara terang-terangan, padahal sebenarnya bertujuan memotivasi, seperti misalnya lingkungan kerja yang bersih atau dapat menunjang semangat, gairah dan kelancaran pelaksanaan tugas, tempat duduk yang bagus dan empuk, adanya suara musik yang memberikan semangat kerja, mesin-mesin dan layout bagus, udara nyaman, dan lain-lain.
6.      Pengaruh motivasi produktivitas kinerja guru akan dapat mempengaruhi terhadap meningkatkan produktivitas kerja seorang guru, dan jika suatu lembaga yang motivasi kerja gurunya rendah, maka hasil produktivitas kerjanya juga rendah, tetapi jika motivasi gurunya tinggi, akan memudahkan proses dalam mencapai tujuan yang ditetapkan lembaga. Pemahaman motivasi sangat penting karena akan lebih mudah untuk menemukan cara, mempengaruhi perilaku guru dan prilaku individualisme atau bahkan egoistic menjadi prilaku yang menolong, prestasi kerja yang tinggi dalam rangka mencapai tujuan lembaga maupun tujuan individu.



















DAFTAR PUSTAKA

A.E., Adam. 1993. Kontribusi Gaya Kepemimpinan Kabag/Kasubag terhadap Motivasi Kerja Pegawai Teknis Administratif di lingkungan IKIP Ujung Pandang. Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang.
Aroef, Matthias. 1984. Motivasi dan Produktivitas: Suatu Pembahasan.  Naskah tidak diterbitkan, Dewan Produktivitas Nasional Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Choirullah, M. Noor. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan pada Unit Usaha Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.
Davis, Keith. 1978. Human Behavior at Work: Organizational Behavior. Fifth Edition. Tata Mc Graw-Hill: Publishing Company ltd., New Delhi.
Flippo, Edwin B. Alih Bahasa Moh Masud. 1997. Manajemen Personalia.  Jakarta: Erlangga.
Hoy, Wayne, K., and  Miskel, Cecil G. 1987.  Educational Administration: Theory Research and Practice.  Third Edition. New York: Random House.
Hamid Abdul Mursi. 1997 SDM Yang Produktif : Pendekatan Al-Qur’an Dan Sains. Gema Insani Perss. Jakarta.
Handoko, Hani. 1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, Malayu S.P. 1997. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu A.P. 1989. Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta: CV Haji Masagung.
Heidjrachman, Husnan Suad. 1990. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.
Hezberg, Frederick. 1969.  Work and The Nature of Man. Cleveland: The Wold Publishing Company.
Hamalik Oemar, 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Indrakusuma Amir Daien. 1985. Faktor-Faktor Motivasi dan Hubunganya dengan Keefektifan Kerja Dosen Ikip.  Tesis. Malang:  Ikip Malang.
Keenam, Kate. 1996. Pedoman Manajemen Pemotivasian. Jakarta: Puetaka Utama grafitti.
Lazaruth, S. 1984.  Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawabnya. Salatiga: Yayasan Kanisius.
Latief A yusron dan Joni Ariadinata. 2005. Menabur Motivasi Memancing Inovasi. JPbooks. Surabaya.
Manullang Bitman. 1995. Hubungan Kemampuan Awal, Motivasi Berprestasi, dan Pengalaman Mengajar dengan Prestasi Belajar, Mahasiswa Penyetaraan D-II Guru Sekolah Dasar DKI Jakarta Tahun 1994. Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang.
Maslow, A. H. 1970.  Motivation and Personality. New York: Harper and Row, Publisher, Inc.
Mochyi Achmad Machdoero. 1993. Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Ekonomi Dan Sosial.UMM Press. Malang
Nawawi, Hadari. 1983. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV Haji Masagung.
Owens, Robert, G. 1987. Organizational Behavior in Education. New Jersey: Prention-Hall, Inc, Englawood Cliffs.
Sutriyono. 1990. Hubungan Motivasi dengan Disiplin Kerja Dosen-Dosen Kopertais Wilayah VII yang Dipekerjakan di PTS Kodya Malang. Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta : Bina Aksara
Ya’qub, Hamzah. 1984. Menuju keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan. Bandung: C.V. Diponegoro.
Yunayah, Siti. 2002. hubungan antara motivasi dan produktivitas kerja karyawan bagianproduksi pada PT. Pabrik gula krebet baru malang. Jurusan pendidikan ilmu
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. MANAJEMEN Dasar, Pengertian dan Masala Bumi Aksara: Jakarta
Indra Djati Sidi, Pendidikan dan Peran Guru Dalam Era Globalisasi, dalam majalah Komunika No. 25 /tahun VIII/2000
H.A.R,  Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perspektif Abad 21 Magelang: Tera Indonesia, 1999
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 1998
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi:Versi Bahasa Indonesia edisi Kedelapan Jilid 1 Jakarta : PT Prenhallindo,1988
Abdul Hamid Mursi.  SDM Yang Produktif : Pendekatan Al-Qur’an Dan Sains. Jakarta : Gema Insani Perss.1997
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (___2000)
Ambar Teguh Sulistiyani&Rosidah, MSDM Konsep,Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik:  Yogyakarta, Graha Ilmu, 2003
Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad 21,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2004
Suyadi Prawirosentono , Model Pembangunan Sumber Daya Manusia Negara - Negara Berkembang (Yogyakarta : BPFE ,1999 )
http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan
http://forum.datalowongankerja.com/index.php?action=printpage;topic=22.0
George A. Steiner dan John B. Miner, Terjemahan Management Policy And Strategy, Jakarta ( 1990)
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Ensiklopedi Bebas Wikipedia, id.wikipedia.org/wiki/Guru
Undang-undang Guru Dan Dosen(UU RI No.14 Th.2005) , Sinar Grafika;2006
Echols, Hassan Shadily,
Lazaruth, S.  Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawabnya. Salatiga: 1984 Yayasan Kanisius
Hasibuan, Malayu S.P.. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masala Bumi Aksara: Jakarta  2007
Edy Suandi Hamid, Ekonomi Indonesia Memasuki Millenium III, 2000; Yogyakarta,UI Press
Mochyi Achmad Machdoero. Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Ekonomi Dan Sosial.UMM Press. Malang, 1993
Malayu S.P.Hasibuan, Organisasi & Motivasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007)
Hamid Abdul Mursi. SDM Yang Produktif : Pendekatan Al-Qur’an Dan Sains. Gema Insani Perss. Jakarta. 1997



































[1] Indra Djati Sidi, Pendidikan dan Peran Guru Dalam Era Globalisasi, dalam majalah Komunika No. 25 /tahun VIII/2000
[2] H.A.R,  Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perspektif Abad 21 (Magelang: Tera Indonesia, 1999) h. 104
[3] Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 1998) h 201
[4] Mochyi Achmad Machdoero, Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Ekonomi Dan Sosial. (Malang : UMM Press Malang,1993) h,157
[5] Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi:Versi Bahasa Indonesia edisi Kedelapan Jilid 1 (Jakarta : PT Prenhallindo,1988) h. 28.
[6] Abdul Hamid Mursi.  SDM Yang Produktif : Pendekatan Al-Qur’an Dan Sains. (Jakarta : Gema Insani Perss.1997)
[7] Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (___2000) h 67
[8]Ambar Teguh Sulistiyani&Rosidah, MSDM Konsep,Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik: ( Yogyakarta, Graha Ilmu, 2003) h. 223
[9] Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad 21,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2004) h 309,
[10] Hasibuan Organisasi............. h,34
[11] Suyadi Prawirosentono , Model Pembangunan Sumber Daya Manusia Negara - Negara Berkembang (Yogyakarta : BPFE ,1999 )
[12] http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan
[13] http://forum.datalowongankerja.com/index.php?action=printpage;topic=22.0
[14] George A. Steiner dan John B. Miner, Terjemahan Management Policy And Strategy, Jakarta ( 1990)
[15] WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h.393
[16] Ensiklopedi Bebas Wikipedia, id.wikipedia.org/wiki/Guru
[17] Undang-undang Guru Dan Dosen(UU RI No.14 Th.2005) , Sinar Grafika;2006
[18] Undang-undang Guru....
[19] John Echols, Hassan Shadily, kamus inggris-indonesia,(Jakarta:Gramedia,1995) h, 586
[20] Lazaruth, S.  Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawabnya. Salatiga: 1984 Yayasan Kanisius
[21]  Hasibuan, Malayu S.P.. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masala Bumi Aksara: Jakarta  2007
[22]  Edy Suandi Hamid, Ekonomi Indonesia Memasuki Millenium III, 2000; Yogyakarta,UI Press:h 107-129.
[23] Moekijat. Dasar-DasarMotivasi. Bandung: Pioner Jaya. 2005, h. 95
[24] Mochyi Achmad Machdoero. Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-Illu Ekonomi Dan Sosial.UMM Press. Malang, 1993.  h 157
[25] Malayu S.P.Hasibuan, Organisasi & Motivasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) h 147
[26]Hamid Abdul Mursi. SDM Yang Produktif : Pendekatan Al-Qur’an Dan Sains. Gema Insani Perss. Jakarta. 1997 h76

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Religius Pendidikan

PARADIGMA PENDIDIKAN

Teknik-teknik supervisi pendidikan