Metode Pengajaran Al-Qur'an
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek pendidikan agama yang kurang mendapat perhatian adalah
pendidikan membaca Al-Qur'an. Pada umumnya orang tua lebih menitik beratkan
pada pendidikan umum saja dan kurang memperhatikan pendidikan agama termasuk
pendidikan membaca Al-Qur'an.
Sebagai langkah awal adalah meletakkan dasar agama yang kuat pada anak
sebagai persiapan untuk mengarungi hidup dan kehidupannya. Dengan dasar agama
yang kuat, maka setelah menginjak dewasa akan lebih arif dan bijaksana dalam
menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya karena pendidikan agama adalah
jiwa (spiritualitas) dari pendidikan.
Untuk itu pada masa kanak-kanak perlu adanya penanaman budi pekerti yang
luhur dan keimanan yang berdasarkan pada tuntunan Allah SWT. Dan pada masa
inilah anak-anak harus mulai diperkenalkan pada Al-Qur'an yang menjadi pegangan
dan pedoman di kehidupannya nanti, sehingga ketika dewasa tidak kehilangan
pegangan dan pedoman, meskipun badai topan melanda kehidupan rohaninya.
Sedangkan lembaga pendidikan Islam di usia dini yang akan menjawab terhadap
tantangan keringnya nilai spiritual dan keagamaan umat dewasa ini, yang
tersebar keseluruh nuasantara adalah taman pendidikan Al-Qur'an (TPQ). Fenomena
ini muncul tentunya akan membawa tujuan agung yaitu sebagai penyelamat generasi
penerus dan merupakan jawaban generasi mendatang, karena sejak dini sudah
diperkenalkan nilai-nilai agama yang bersumber kepada wahyu ilahi rabbi yaitu Al-Qur'an.
Agama islam memerintahkan kepada umatnya untuk mempelajari serta
mengajarkan kitab suci Al-Qur'an, karena Al-Qur'an adalah sumber dari segala
sumber ajaran islam yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tugas ini menjadi tanggung
jawab kita semua khususnya orang tua. Salah satu problem yang cukup mendasar
adalah kondisi obyektif umat islam dewasa ini, salah satunya adalah buta akan
Al-Qur'an yang menunjukkan indikasi prestasi meningkat, hal ini perlu segera
diatasi, maka giliran umat islam akan mengalami kemunduran diberbagai bidang.
Umat Islam sekarang berangkat pada abad yang disinari oleh pengetahuan yang
telah dicapai oleh orang-orang Eropa dan Amerika terutama dalam bidang
teknologi. Umat Islam lupa bahwa mereka mempunyai Al-Qur'an yang merupakan
kitab suci yang telah memberikan pengaruh begitu luas dan mendalam terhadap
jiwa manusia. Al-Qur'an merupakan dasar keyakinan keagamaan, keibadahan, dan
hukum, membimbing manusia dalam mengarungi hidupnya, adalah sangat layak
apabila Al-Qur'an mendapat perhatian
istimewa.
Keberhasilan suatu program, terutama
pengajaran dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari pemilihan metode dan
menggunakan metode itu sendiri. Banyak sekali metode pengajaran oleh para
pendidikan Islam, karna dengan adanya metode ini kemudian banyak berdirinya
lembaga-lembaga pendidikan pengajaran Al-Qur'an seperti TPA, TPQ yang semuanya
itu bertujuan untuk memberikan pengajaran terhadap anak-anak dalam membaca
Al-Qur'an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Tentang Pembelajaran Al-Qur’an
1. Pengertian pembelajaran Al-Qur’an.
Sebelum membahas tentang pembelajaran
Al-Qur’an, terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian dari istilah tersebut. Pembelajaran Al-Qur’an terdiri
dari dua kata yakni “kata pembelajaran”dan “kata Al-Qur’an”. Kata pembelajaran
yang kami analisa adalah pembelajaran dalam arti membimbing dan melatih anak
untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta dapat mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kata pembelajaran, sebelumnya dikenal
dengan istilah pengajaran. Dalam bahasa arab di istilahkan “ta’lim” dalam kamus
inggris elias dan Elias (1982) diartikan “to teach; to educated; to intruct; to
train” yaitu mengajar, mendidik, atau melatih. Pengertian tersebut sejalan
dengan ungkapan yang dikemukakan Syah (1996), yaitu “allamal ilma”. Yang
berarti to teach atau to intruct (mengajar atau membelajarkan).
Menurut Tardik (1987), pembelajaran
disebut instruction yaitu proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan
diarahkan untuk mencapai tujuan. Dan Degeng (1989) dalam (Gafar dan Jamal,
2003: 22) mengistilahkan pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan
pebelajar (anak didik).
Kata
pembelajaran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan masalah belajar. Karena
sebagai objek dari pembelajaran, maka anak didik mempunyai tugas untuk
memberdayakan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Mengenai
belajar ini ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai
berikut:
a.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan. (Slameto, 1999: 2).
b.
M. Arifin(1976) Dalam Ramayulis (2002: 26)
menyatakan, belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima,
menganggapi, serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disjikan oleh
pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang
telah disajikan.
Dari kedua definisi tersebut
dapat dilihat ciri-ciri belajar yaitu:
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilakn
perubahan pada diri individu yang belajar, baik actual maupun potensial.
2. Perubahan tersebut pada pokoknya adalah
didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu relatif lama.
3. Perubahan tersebut terjadi karena usaha
(Muhaimin, 1996: 45).
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses
belajar-mengajar yang direncanakan sebelumnya dan diarahkan untuk mencapai
tujuan melalui bimbingan, latihan dan mendidik.
Sedangkan
Al-Qur’an diambil dari bahasa arab yakni “Qara’a, Yaqro’u, Qiroatan atau
Qur’anan” yang berarti menghimpun huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian
kebagian yang lain secara teratur. (Muhaimin, 1994: 86). Al-Asy’ari menyatakan
kata Al-Qur’an diambil dari kata Qarana yang berarti menggabungkan sesuatu
dengan yang lain, karena surat, ayat dan huruf-hurufnya beriringan yang satu
dengan yang lain dan ada pula yang mengatakan Al-Qur’an berasal dari kata
Qara’in mengingat bahwa ayat Al-Qur’an satu sama lainnya saling membenarkan. (Zaini,
1999: 1).
Dari
kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Al-Qur’an harus dibaca dan
diusahakan untuk dimengerti isinya, hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT
dalam surat Shaad ayat 29:
كِتَابٌ
أً؎َنْزَلْناَهُ إِلَيْكَ مُباَرَكٌ لِيَدَّبًَّرُوْاأيتِه وَلِيَتَذَكًّرُوااُولُواْلاَ
لْبَابِ
Artinya:
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai pikiran”(QS. Shaad: 29).
Menurut istilah ini merupakan
rumusan definisi Al-Qur’an yang dipandang dapat diterima oleh para ulama’,
terutama oleh para ahli figh, ahli bahasa dan ushul figh. Dari pengertian
tersebut bahwa membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau majalah,
sebab membaca Al-Qur’an saja sudah termasuk ibadah. Al-Qur'an adalah kalamullah
yang diturunkan (diiwahyukan) kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat Jibril, yang merupakan mu’jizat, yang diriwayatkan secara mutawatir,
yang ditulis di mushaf, dan membacanya adalah ibadah. sebagai rahmat dan
petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya (Syarifuddin, 2004: 16)
Al-Qur’an
adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah
satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta dan petunjuk atau hidayah bagi
setiap manusia muttaqin. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi:
ذَالِكَ
اْلكِتاَبُ لاَرَيْبَ ِفيْهِ هُدًى ِلْلمُتَّقِيْنَ
Artinya: Kitab
(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS.
Al-Baqarah: 2)
Dari berbagai definisi tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW bukan sekedar mukjizat saja
tetapi disamping itu untuk dibaca, dipahami, diamalkan, dan dijadikan sumber
hidayat dan pedoman bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad yang mengandung unsur-unsur petunjuk-petunjuk bagi ummat manusia.
Al-Qur’an ini diturunkan untuk dijadikan pegagang dan pedoman bagi mereka yang
ingin mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari uraian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Al-Qur'an Adalah proses perubahan tingkah
laku anak didik melalui proses belajar
yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur'an dimana dalam Al-Qur’an
tersebut terdapat berbagai peraturan yang mencakup seluruh kehidupan manusia
yaitu meliputi Ibadah dan Muamalah. Ibadah adalah perbuatan yang berhubungan
dengan Allah dan muamalah adalah perbuatan yang berhubungan dengan selain Allah
meliputi tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.
Sehingga dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur'an.
Mendidik di samping sebagai
ilmu juga sebagai "suatu seni". Seni mendidik atau mengajar dalam
aturan adalah keahlian dalam menyampaikan pendidikan dan pengajaran kepada
peserta didik. Sesuai dengan kekhususan yang ada pada masing-masing bahan atau
materi pembelajarn Al-Qur'an, baik yang sudah lama dipakai ditengah-tengah
masyarakat maupun metode yang sekarang sedang ramai dan mendapat respon dari
masyarakat semuanya dengan satu paket atau tujuan untuk mempermudah dalam
belajar Al-Qur'an. Bagi generasi kegenerasi serta mengembangkan pembelajaran
Al-Qur'an dengan mudah.
Metode pengajaran adalah cara
penyampaian bahan pengajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar (Zuhairini,1993:
63)
Dengan demikian, metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan
dilakukan guru ketika berinteraksi dengan anak didiknya dalam upaya
menyampaikan bahan pengajaran tertentu, agar bahan pengajaran tersebut mudah dicerna sesuai dengan pembelajaran yang ditargetkan.
Untuk kegiatan belajar
mengajar di TK atau TPQ hanya sejumlah metode tertentu saja yang mungkin dapat
diterapkan, mengingat tingkat perkembangan anak yang masih dini, yaitu usia
4-12 tahun. Penerapan metode pengajaran itu pun harus dilandasi dengan prinsip
"Bermain sambil belajar" atau "Belajar sambil Bermain".
Oleh karenanya metode tersebut perlu dikiat-kiat khusus berdasarkan pengalaman
guru yang bersangkutan. Salah satu kemungkinannya adalah dengan cara memadukan
sejumlah metode pertemuan, atau divariasi dengan pendekatan seni tersendiri
yaitu dengan seni bermain, bernyanyi, dan bercerita. Dalam hal ini metode
megajar merupakan komponen yang penting dalam proses belajar mengajar, meskipun
metode ini tidak akan berarti apa-apa bila dipandang terpisah dari
komponen-komponen yang lain, dengan pengertian bahwa metode baru dianggap
penting dalam hubungannya dengan semua komponen pendidikan lainnya, seperti
tujuan materi evaluasi, situasi dan lain-lain (Zuhairini, 1993:79)
Metode adalah suatu alat untuk
mencapai tujuan. Adapun dalam proses pendidikan tidak terkecuali lembaga
pendidikan Al-Qur'an "Taman Pendidikan Al-Qur'an" (TPA) dalam proses
pembelajarannya mempunyai metode tersendiri.
Metode pembelajaran Al-Qur'an secara umum yang bekembang dimasyarakat
adalah sebagai berikut:
a.
Metode Tradisional (Qawaidul Baghdadiyah).
Metode
ini paling lama digunakan dikalangan ummat Islam Indonesia dan metode
pengajaran memerlukan waktu yang cukup lama. Adapun pengajaran metode ini
adalah anak didik terlebih dahulu harus mengenal dan menghafal huruf hijaiyah
yang berjumlah 28 (selain Hamzah dan Alif). Sistem yang diterapkan dalam metode
ini adalah:
- Hafalan yang dimaksud adalah santri diberi materi
terlebih dahulu harus menghafal huruf hijaiyah yang berjumlah 28. Demikian
juga materi-materi yang lain.
- Eja maksudnya adalah eja ini harus dilakukan oleh
siswa sebelum membaca perkalimat. Hal ini dilakukan ketika belajar pada
semua materi. Contohِِ ABA tidak langsung
di baca AbA tetapi dieja terlebih dahulu; Alif fatha A, Ba'
fatha Ba jadi ABA
- Modul adalah siswa terlebih dahulu menguasai
materi, kemudian ia dapat melanjutkan materi berikutnya tanpa menunggu
siswa yang lain.
- Tidak Variatif (tidak berjilid tetapi menggunakan
satu buku).
- Pemberian contoh yang Absolut
Seorang
ustadz atau ustadzah dalam memberikan bimbingan terlebih dahulu, kemudian anak
didik mengikutinya, sehingga anak didik tidak diperlukan bersifat kreatif.
b. Metode Iqra'
Metode pengajaran ini pertama
kali disusun oleh H. As'ad Human, di Yogyakarta. Dalam metode ini garis besar
sistem ada dua yaitu buku Iqra' untuk usia TPA, dan buku Iqra' untuk segala
umur yang masing-masing terdiri dari 6 jilid ditambah buku pelajaran tajwid
praktis bagi mereka yang telah tadarrus Al-Qur'an. Selain itu terdapat pula doa
sehari-hari, surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan, praktek sholat, cerita dan
menyanyi yang islami, dan menulis huruf-huruf Al-Qur'an (bagi TPA). System ini
dibagi menjadi kelompok kelasnya pada TKA dan TPA dengan berdasarkan usia anak
didik, dengan waktu pendidikan selama satu tahun yang dibagi menjadi dua
semester.
Semester pertama menghatamkan
6 jilid buku Iqra', sedangkan semester dua anak didik menghatamkan Al-Qur'an 30
juz. Metode Iqra' adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang menekankan
langsung pada latihan membaca Adapun
buku panduan Iqra' terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkatan yang sederhana,
tahap demi tahap sampai pada tingkatan sempurna.
Prinsip-prinsip dasar metode
Iqra' terdiri dari lima tingkatan pengenalan yaitu:
1. Tariqat Asshautiyah (penguasaan atau pengenalan bunyi).
2. Tariqat Adtadrij (pengenalan dari yang mudah pada yang sulit).
3. Tariqat Biriyadhotil Athfal (pengenalan melalui latihan-latihan
dimana lebih menekankan pada anak didik untuk aktif).
4. Attawassuk Fi Maqosid La Fil Alat adalah pengajaran yang berorientsi pada
tujuan bukan pada alat yang dipergunakan untuk menacapi tujuan itu. Yakni anak
bisa membaca Al-qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah kaidah tajwid
yang ada.
5. Tariqot Bimuraat Al Isti'dadi Wattabik adalah
pengajaran yang yang harus memperhatikan kesiapan, kematangan, potensi-potensi
dan watak anak didik (Budiyanto, 1995:15)
Sedangkan sifat metode Iqra'
adalah bacaan lansung tanpa di eja, artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf
hijaiyah. Dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Tujuan dari pengajaran Iqra'
adalah untuk menyiapkan anak didik menjadi generasi yang qur'ani yaitu
generasi yang mencintai Al-Qur'an, komitmen dengan Al-Qur'an dan menjadikannya
sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. Sedangkan target operasionalnya
adalah sebagai berikut:
1. Dapat membaca dengan benar, sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu tajwid.
2. Dapat melakukan sholat dengan baik dan
terbiasa hidup dalam suasana yang
islami.
3. hafal beberapa surat-surat pendek,
ayat-ayat pilihan dan doa sehari-hari.
4. dapat menulis huruf Al-Qur’an (Human As’ad
Dkk, 1993:14).
c.
Metode Qiroati.
Metode
ini disusun oleh H. Ahmad Dahlan Salim Zarkasyi, semarang. Terbitan pertama
pada tanggal 1 Juli 1986 sebanyak 8 jilid. Setelah dilakukan revisi dan
ditambah materi yang cocok. Dalam praktek pengajaran, materi qiroati ini
dibeda-bedakan, khusus untuk anak-anak pra sekolah TK (usia 4-6 tahun) dan
untuk remaja dan orang dewasa. Metode qiraati adalah suatu metode membaca
Al-Qur'an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid. Dalam pengajarannya metode qiroati, guru tidak perlu
memberi tuntunan membaca, namun langsung saja dengan bacaan pendek. Adapun
tujuan pembelajaran qira’ati ini adalah sebagai berikut:
1.
Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi
bacaan yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2.
Menyebarluaskan ilmu membaca Al-Qur’an.
3.
Memberi penringatan kembali kepada guru ngaji agar lebih
berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur’an.
4.
Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an.
Sedangkan
target operasionalnya adalah sebagai berikut:
1.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan tarti meliputi:
a.
Makhroj dan sifat huruf sebaik mungkin.
b.
Mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tajwid.
c.
Mengenal bacaan ghorib dalam praktek.
2.
Mengerti sholat, dalam arti bacaan dalam praktek sholat.
3.
Hafal beberapa hadist dan surat pendek.
4.
Hafal beberapa do’a.
5.
Dapat menulis huruf Arab.
Adapun
prinsip pembelajarannya di bagi dua yaitu yang dipegang oleh guru dan yang dipegang oleh santri. Prinsip
yang dipengang guru adalah Ti-Wa-Gas (teliti, waspada, dan Tegas).
1)
Teliti adalah dalam menyampaikan semua materi pelajaran.
2)
Waspada adalah terhadap bacaan santri yakni, bisa
mengkoodinasikan antara mata, telinga, lisan dan hati.
3)
Tegas adalah disiplin dan bijaksana terhadap kemampuan
santri.
Sedangkan
yang dipegang santri adalah menggunakan sistem cara belajar siswa aktif (CBSA)
dan lancar, cepat, tepat, dan benar (LCTB) ( Nur Shodiq Achrom, 1996:18)
Dalam
metode ini dikenal beberapa bentuk dalam pelaksanaannya, yaitu:
1.
Sorogan, individual atau privat.
Dalam
bentuk ini santri bergiliran satu persatu untuk mendapatkan pelajaran membaca
dari ustadz. (berdasarkan kemampuan siswa yang ada yang 2,3 atau 4 halaman).
2.
Klasikal- individual
Sebagian
waktu dipergunakan untuk menerangkan pokok pelajaran, sekedar satu atau dua
halaman dan seterusnya. Sedangkan membacanya sangat ditekankan, kemudian di
nilai prestasinya pada lembar data.
3.
Klasikal baca simak.
Dalam
bentuk ini guru menerangkan bentuk pelajaran (klasikal) kemudian siswa di tes
satu persatu dan di simak oleh semua siswa, kemudian dilanjutkan pelajaran
berikutnya dengan cara yang sama sampai pelajaran selesai.
Untuk
sorogan dapat diterapkan pada kelas yang terdiri dari jilid untuk satu kelas.
Sedangkan klasikal-individual dan klasikal baca simak hanya bisa diterapkan
untuk kelas yang hanya terdiri dari satu jilid saja. Untuk klasikal baca simak
hanya berlaku pada jilid 3 sampai 6.
3.
Pentingnya Pembelajaran Al-Qur'an Bagi Anak
Seperti
yang telah di ketahui bahwa kemampuan membaca Al-Qur'an secara fasih (benar)
adalah bagian terpenting dalam pendidikan Islam. Karena itu, maju mundurnya
kemampuan anak-anak dari keluarga muslim dalam membaca Al-Qur'an dapat
dijadikan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kondisi dunia pendidikan
Islam serta kesadaran masyarakat dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam
(Drajat,1996:134)
Masa anak-anak adalah masa dimana
anak masih tergantung pada keadaan dimana anak tinggal. Pada masa ini anak
harus menunjukkan kepada dunia luar tentang bakat dan kemampuan yang ada pada
dirinya. Dan dia harus belajar mengoptimalkan segala potensi yang ada pada
dirinya. Agar semua potensi dapat tersalurkan dengan baik, maka perlu suatu
lingkungan yang positif, karena hal-hal baik positif maupun nigatif sangat
berpengaruh pada jiwa anak tersebut. Pada masa ini banyak anak-anak yang
mengalami kesukaran dan menyebabkan kesehatannya terganggu, jiwanya gelisah,
dan kadang melakukan tindakan yang bermacam-macam. Zakiyah Darajat (1990: 102)
menyatakan, apabila problem dan kesukaran
yang dihadapi anak tidak selesai
dan masih membuat gelisah sampai dewasa, maka usia dewasa akan mengalami
kegelisahan dan kecemasan samapi dewasa nanti.
Anak adalah bagian dari keluarga, keluarga
merupakan pengaruh sosialisasi yang penting, tidak hanya lebih banyak kontak
dengan anggota keluarga dari pada dengan orang lain, tetapi hubungan itu lebih
erat, hubungan keluarga ini pengaruhnya lebih besar dari pada pengaruh sosial
lainnya (Hurlouck dan Elizabetr, :130).
Anak
merupakan amanat Allah kepada orang tua untuk dipelihara, dididik dan diajar
agar menjadi manusia shaleh. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an tentang bagaimana
saatnya hubungan anak dengan orang tua, peringatan-peringatan tentang bagaimana
orang tua memperlakukan anak, menunjukkan betapa pentingnya kedudukan anak
dalam Islam.
Adapun
hadist yang memerintahkan untuk memepelajari dan mengajarkan Al-Qur'an antara lain:
عَنْ
اَبِيْ اُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ الله
ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ. اِقْرؤُاْالقُرْانَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلاَصْحَابِهِ.(روه مسلم)
Artinya: " Abu Ummah ra,
berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: bacalah Al-Qur'an karena
ia akan datang pada hari raya qiyamat sebagai pembela pada orang yang
mempelajari dan mentaatinya".(HR. Muslim)
Menyadari
akan pentingnya Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, maka perlu dibaca, dipelajari
dalam keluarga. Tanggung jawab orang tua ada dua, artinya tanggung jawab yang
diterima secara kodrati, karena merekalah yang melahirkan dalam keadaan
kekurangan dan ketergantungan dalam segala hal. Maka apabila orang tua tidak
melaksanakan tanggung jawabnya, pastilah anak itu tidak akan bisa hidup.
Sedangkan
tanggung jawab keagamaan artinya berdasarkan agama, menurut Islam, tanggung
jawab ini bermula dari proses pembuatan spserma dan ovum. Dan setelah lahir,
datanglah tanggung jawab orang tua dalam segala hal termasuk tanggung jawab
orang tua untuk mengajarkan Al-Qur'an pada anak-anaknya (Zaini, 1986:147)
Dalam
Surat Al-Ankabut: 45 perintah untuk membaca Al-Qur'an.
أُتْلُ مَا أُوْحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ
الصَّلوةَ.
Artinya:
"Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikannlah sholat” (QS. Al-Ankabut: 147)
Agama
Islam memerintahkan kepada ummatnya untuk mengajarkan dan mempelajari kitab suci Al-Qur'an yang
paling banyak, karena Al-Qur'an adalah sumber dari segala ajaran islam yang
mencakup segala aspek kehidupan manusia, dan Al-Qur'an juga memberikan rahmat
dan hidayah bagi ummat manusia didunia. Oleh karena itu peran orang tua sangat
penting dalam menentukan perkembangan pendidikan anak terutama dalam
bidang keagamaan.
Kewajiban
untuk mengajarkan Al-Qur'an terletak pada pundak setiap manusia yang mengaku
beriman kepada Al-Qur'an karena tidak penting bagi seorang muslim tidak bisa
membaca, mempelajari dan mengajarkannya. Selain mempelajari Al-qur'an yang tidak kalah pentingnya adalah
mengajarkannya, jadi selain belajar dan mengajarkannya merupakan dua tugas
mulia yang dibebankan kapada umat islam yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Dengan
adanya tanggung jawab yang dibebankan kepada ummat islam yakni belajar dan
mengajar Al-Qur'an tersebut, mereka diharapkan seluruh kaum muslimin yang
merasa bahwa Al-Qur'an merupakan kitab suci yang harus menjadi pedoman dalam
hidupnya, setidak-tidaknya dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Sehubungan
dengan pembelajaran Al-Qur'an bagi anak, maka belajar Al-Qur'an pada tingkat
ini merupakan tingkat mempelajari Al-Qur'an dalam hal membaca hingga fasih dan
lancar, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Karena kemampuan membaca
Al-Qur'an merupakan kemampuan yang utama dan pertama yang harus dimiliki oleh
anak. Sebagainama firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 16-17:
لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ
لِتَعْجَلَ بِهِ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ.
Artinya: "Janganlah kamu
gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur'an dengan cepat-cepat atau menguasainya.
Sesungguhnya tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan membuat pandai
membacanya."( QS. Al-Qiyamah: 16-17)
Bila
kita mengamati gejala yang terjadi didunia barat kita dapat melihat bagaimana
kecenderungan anak-anak untuk tidak beradab, mendurhakai orang tua, cepat marah
dan sangat emosional serta agresif, keseluruhan itu merupakan akibat dari orang
tua yang memberikan kebebasan berlebihan dan memanjakan anak-anak terutama
tanda tersebut daiatas merupakan bukti gagalnya usaha-usaha pendidikan barat
yang begitu modern untuk menyelamatkan anak-anak dan umat manusia dari
kedholiman dan kegelapan (An-Nahlawi, 1995: 193)
Pendidikan
Agama Islam terutama pembelajaran Al-Qur'an bagi anak sangatlah penting dan
menjadi tuntutan dan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi untuk menyelamatkan
mereka dari ancaman dan akan menjadi karma dan kebendaan dan sifat
materialistis.
Oleh
karena itu, diperlukan bimbingan yang
bijaksana baik dari orang tua maupun
dari para pendidik, agar ketika dewasa nanti anak tidak merasa canggung dan
ketakutan melalui pengalaman baru dalam hidupnya. Pentingnya pembinaan
keagamaan pada anak tidak lain adalah sebagai usaha yang bersifat preventative
yaitu uasaha atau upaya terhadap pemecahan kenakalan anak dengan mengadakan
pembinaan terhadap mereka agar tecipta ketentraman batin dn mempunyai pegangan
atau pedoman dalam hidupnya, selain itu
juag sebgai uasaha kuratif (perbaikan) terhadap perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang ada.
Pembelajaran tersebut harus dimulai
dari keluarga melalui pendidikan antara lain:
a. Memberikan
contoh atau teladan yang baik.
b. Membiasakan mereka dengan syair-syair agama.
c. Meyiapkan kondisi rumah yang agamis.
d. Memberikan bimbingan bacaan-bacaan agama yang
berguna.
e. Membisakan mereka turut serta dalam kegiatan
agama.
f. Menanamkan kecintaan terhadap mereka senang
membaca Al-Qur'an (Langgulung, 1983: 372).
Ketika
keluarga telah menunaikan hal-hal tersebut, maka orang tua telah menjalani
petunjuk Al-Qur'an, sunnah dan peninggalan salafu sholihin, yang semuanya
mengajak untuk melaksanakan pendidikan iman dan aqidah yang benar. Maka dari
itu menentukan metode itu sangat penting dalam mendidik anak didik. Karena
berhasil tidak suatu pembelajaran itu tergantung pada metode yang digunakan
oleh pendidik. Sebagaimana yang ingin diharapkan dari pembelajaran tersebut
antara lain:
a. Anak dapat membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar berdasarkan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
b. Anak dapat menulis Al-Qur’an dengan baik
dan benar.
c. Anak
dapat menghafal surat-surat pendek
dan do’a-do’a yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
d. Anak dapat melakukan sholat dengan baik
serta terbiasa hidup dalam suasana Islami.
Dengan demikian usaha preventatif dan kuratif harus dilaksanakan dirumah,
sekolah dan masyarakat. Pembinaan tersebut harus berjalan terpadu dan kontinyu,
seiring sejalan serta bersifat saling melengkapi baik itu pendidikan agama dan
penciptaan suasana yang sesuai dengan nilai-nilai agama adalah merupakan alat
yang ampuh untuk membentengi anak jatuh kejurang kenakalan yang membahayakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar-mengajar yang
direncanakan sebelumnya dan diarahkan untuk mencapai tujuan melalui bimbingan,
latihan dan mendidik.
Al-Qur’an adalah kitab suci
yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang
tiada taranya bagi alam semesta dan petunjuk atau hidayah bagi setiap manusia
muttaqin.
Maka kesimpulan bahwa
pembelajaran Al-Qur'an Adalah proses perubahan tingkah laku anak didik melalui
proses belajar yang berdasarkan pada
nilai-nilai Al-Qur'an dimana dalam Al-Qur’an tersebut terdapat berbagai
peraturan yang mencakup seluruh kehidupan manusia yaitu meliputi Ibadah dan
Muamalah.
Metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan
dilakukan guru ketika berinteraksi dengan anak didiknya dalam upaya
menyampaikan bahan pengajaran tertentu, agar bahan pengajaran tersebut mudah
dicerna sesuai dengan pembelajaran yang
ditargetkan.
Metode pembelajaran Al-Qur'an
secara umum yang bekembang dimasyarakat adalah sebagai berikut metode tradisional (Qawaidul Baghdadiyah),
metode Iqra', metode qiroati.
DAFTAR PUSTAKA
Achrom, Shodiq, Nur. 1996. pendidikan dan
pengajaran Al-Qur’an Sistim Qoidah Qiro’aty. Pondok pesantren Salafiyah
Shirotul Fuqoha’ II Ngembul Kalipare.
An-Nahlawi, Abdurahman. 1992 (GIP. 1995 hal: 193). Pendidikan
Islam di
Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Bandung. CV. Diponogoro.
Anonim, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan
Pengembangan TKA/TPQ
Indonesia. Jakarta. Ammi.
Budiyanto. 1995. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku
Iqra’ Balai Penelitian Dan
Pengembagan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an LPTQ Nasional.
Yogyakarta. Team Tadarrus.
Departemen Pendidikan Agama. 1990. Al-Qur’an dan
Tarjemah.
Derajat, Zakiyah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta. Bumi Aksara.
Ghafar, Irfan, Abdul, dan Jamil, Muhammad. 2003. Reformulasi
Racangan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Nur Insani.
Human, As’ad, dkk. 1991. Pedoman Pengelolaan
Pengembangan Dan Pembinaan Membaca Dan Menulis Al-Qur’an. Yogyakarta. LPTQ Nasional.
Muhaimin, Dkk.
1996. Strategi belajar mengajar. Surabaya. CV. Citra Media
Karya Anak Bangsa.
Ramayulis. 2002.
Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Abditama.
Shihab, Quraisy.
1994. Membumikan Al-Qur’an. Bandung. Mizan
Syarifuddin,
Ahmad. 2004. Mendidik Anaka Membaca, Menulis, dan Mencintai
Al-Qur’an. Jakarta. Gema Insani.
Tafsir, Ahmad. 2002. Metodologi Pengajaran Agama
Islam. Bandung. PT Remaja Rosda Karya
Zaini,
Syahminan. 1986. Wawasan Al-Qur’an tentang Pembangunan Manusia
Seutuhnya. Kalam Mulia
______________.
1999. Kewajiban Orang Beriman Terhadap Al-Qur’an.
Surabaya. Al-Ikhlas.
Zuhairini,
Abdul, Ghofir,dkk. 1993. Metodik Khusus Pendidikan Agama.
Surabaya. Usaha Nasional.
Terimakasih, artikelnya sangat bagus dan bermanfaat sekali
BalasHapusKami menjual alat untuk mempermudah menghafal al qur'an sedari dini dengan mendengarkan lantunan ayat suci al qur'an berulang-ulang sesuai qori' yang cocok untuk anak-anak dan tersedia pula metode talaqi. untuk lebih jelasnya silahkan klik Audio Qur'an