Lembaga Pendidikan Islam
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam sejarah islam
dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan
sifatnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah al-Islamiyah, Nuzumuha,
Falsafatuha, Tarikhuha, Ahmad Shalabi menyebutkan tempat-tempat itu sebagai
berikut: Kuttab, Al-Qushur, Hawamit al-Waraqiin, mandzil al-Ulama,
al-Badiyah, dan al-Madrasah[1].
Ia membagi institusi-institusi pendidikan islam tersebut menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok sebelum madrasah, dan sesudah madrasah, dengan demikian madrasah
dianggap tonggak baru dalam pendidikan islam. Sedangkan Hasan Abd ‘Al dalam
penelitiannya mengenai institusi-institusi pendidikan pada abad ke-14 Hijriyah berpendapat
sama seperti Ahmad Shalabi.
Para penulis lain
menyebut tempat-tempat pendidikan seperti al-Muntadiyah, al-Hawanit, al-Zawaya,
al-Ribat, halaqat al-Dzikr. Hasan Muhammad Hasan dan Nadiyat Jamaluddin
menyebutkan institusi-institusi itu dan dikaitkan dengan pendidikan-pendidikan
yang ada dalam islam.[2]
Semua itu menunjukkan bahwa tempat pendidikan di dalam islam sangat variatif.
BAB II
PEMBAHASAN
Penjelasan di antara
pusat-pusat kegiatan belajar mengajar yang penting adalah:
A. Kuttab
Kuttab
merupakan pusat pendidikan islam yang terlama. Tampaknya kuttab ini didirikan
oleh orang Arab pada masa Abu Bakar dan Umar, yaitu sesudah mereka malkukan
penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa
yang telah maju. Diseluruh negeri Islam, Kuttab itu merupakan tempat
yang utama untuk mengajarkan Al-Qur’an untuk anak-anak.[3]
Selain itu Kuttab juga merupakan tempat mengajarkan membaca, menulis dan
agama untuk semua orang baik anak-anak, orang kaya maupun orang miskin dan para
guru yang mengajar pada Kuttab dilarang membeda-bedakan antara anak-anak
orang kaya dan anak-anak otang miskin.
B. Masjid dan Jami’
Masjid dapat
dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan tertua dalam islam, pembangunannya
dimulai semenjak zaman Nabi dan ia tersebar sampai kenegeri arab. Disamping
tugasnya yang utama sebagai tempat menunaikan sholat dan beribadah Dalam masjid
inilah mulai mengajarkan al-Qur’an dan dasar-dasar agama islam pada masa
Rasulallah, Masjid dan Jami’ berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan
tinggi dalam waktu yang sama.
C. Dawarul Hikmah dan Dawarul Ilmu
Dawarul Hikamah
ini muncul pada waktu berccmpurnya bermacam-macam bangsa dan peradaban pada
masa kerajaan abbasiyah dan pada masa bangkitnya gerakan intelek yang hebat
yang telah mendorong orang-orang islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan zaman
kuno. Menurut pendapat yang lebih kuat lahir lembaga-lembaga ini adalah pada
masa Al-Rasyid. Tujuan utama daripada mendirikan lembaga-lembaga itu ialah
untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing, terutama ilmu
pengetahuan-ilmu pengetahuan orang Griek dan Falsafah mereka kedalam bahasa
arab untuk dipelajari. Pada waktu itulah telah diterjemahkan kitab-kitab
berbahasa asing kedalam bahasa arab dan telah menghasilkan ulama-ulama yang
terkenal, diantaranya Khawarizmi sebagai ilmu falak yang terkenal dan Ja’far
Muhammad sebagai ahli dalam ilmu ukur dan mantiq.
D. Madrasah
Madrasah (Tempat
belajar, dari akar kata darasa: belajar) adalah satu jenis yang lain dari
lembaga pendidikan tinggi, dan ia mulai muncul pada akhir abad IV Hijriyah.
Madrasah
merupakan nama atau sebutan bagi sekolah islam, tempat proes belajar mengajar
ajaran islam secara formal yang mempunyai kelas (dengan sarana antara lain
meja, bangku, dan papan tulis) dan kurikulum dalam bentuk klasikal.[4]
E. Al-Khawanik, Azzawara, dan Arrabath
Ditinjau dari
banyak segi, lembaga-lembaga ini lebih banyak menyerupai Monastry dan
hermitage, karena pelajar-pelajar mengasingkan diri mereka untuk belajar
dan beribadat di lembaga-lembaga ini, sebagaimana biasanaya disediakan untuk
orang mystics dan tasawuf. Tampaknya Al-Khawanik ini lebih
tersebar luas dan lebih berperan dari Az-zawaya dan ar-rabth. Di Al-Khawanik
telah diatur beberapa mata pelajaran, diantaranya adalah empat mata pelajaran
untuk fuqoha empat mazhab, beberapa mata pelajaran Hadits Nabi.
Beberapa mata pelajaran untuk membaca al-Qur’an dalam tujuh buah riwayat.[5]
Pada sebagian Al-Khawanik diperlengkapi dengan semua kebutuahn para pelajar di
dalam Khanqah masing-masing agar mereka terfokus untuk belajar dan
beribadat serta tidak perlu berhubungan dengan dunia luar.[6]
Adapun Zawiyah
menyerupai Khanqah dari segi tujuan, akan tetapi Zawiyah ini lebih kecil dari Khanqah
dan di bangun untuk orang-orang tasawuf yang fakir supaya mereka dapat belajar
dan beribadat.[7]
Menurut
pengertian yang diberikan al-Maqrizi yang dimaksud dengan Ar-Rabath ialah
rumah-rumah yang sufi dan tempat tinggal mereka yang di diami oleh sejumlah
yang terbatas dari Fuqara’ yang mengasingkan diri yang tidak mempunyai keluarga
dan mempersiapkan diri mereka untuk belajar dan beribadat semata-mata.
F. Al-Bimaristan
Orang-orang
islam mendirikan al-Bimaristan untuk pengobatan orang-orang islam dengan cara
gratis dan untuk mempelajari ilmu kedokteran secara praktis. Menurut keterangan
dari al-Maqrizi, orang yang mula-mula membangun al-Bimaristan dan Rumah sakit
adalah Al-Walid bin Abdul Malik pada tahun 88 H.
G. Halaqotud Dars dan Al-Ijtima’at
Al-Ilmiyah
Salah satu cirri
dari pendidikan islam ialah mudah dan elatis, dan sebagai bukti untuk itu ialah
terdapatnya Halaqotud Dars dan Al-Ijtima’at Al-Ilmiyah yang
bertujuan untuk menyebarkan ilmu. Halaqot ini merupakan satu cara yang
penting menyebarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dengan cara yang mudah dan
terikat dengan tempat yang tertentu. Sistem ini telah membantu pembahasan ilmu
secara merata yang dilakukan oleh perorangan, berhubungan dengan guru dan
berdiskusi. Halaqotud Darsdi adakan di rumah-rumah para ulama, di istana
raja-raja dan pembesar-pembesar.
H. Duwarul Kutub
(Perpustakaan-perpustakaan)
Duwarul Kutub
(Perpustakaan-perpustakaan) yang besar yang memegang peranan penting dalam
menyukseskan tugas-tugas lembaga-lembaga pendidikan tersebut dalam bentuk yang
lebih sempurna, dan juga membantu berlangsungnya terus pelajaran, prestasi,
penelitian perorangan, serta memudahkan cara-cara memperoleh pendidikan bagi
orang banyak.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari kesekian pusat
kegaiatn belajar mengajar yang ada pada awal kebangkitan islam tampaknya
madrasah yang menjadi alternatif pengembangan sampai saat ini. Walaupun pada dasarnyamadrasah merupakan transformasi
dari masjid.
Madrasah mencerminkan
transformasi dalam bidang administrasi dan manajemen. Berbeda dengan masjid,
madrasah telah mengarah pada system pengelolaan pendidikan yang lebih
professional. Madrasah memilik aturan-aturan tertentu menyangkut hamper seluruh
komponen pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Mahmud, 1992.
Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung.
Syalabi,
Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Hasan Fahmi, Asma.
Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Alih Bahasa Ibrahim Husein. Jakarta: Bulan Bintang, t.th.
Dewan Redaksi
Ensklopedi Islam. 1994. Ensklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.
[1] Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, dari Zaman Nabi SAW., Khalifah Rasyidin, Bani Umayyah dan
Abbasiyah sampai zaman mamluks dan umayah turki, Jakarta: Mutiara, 1996/1386 H,
Cetakan Pertama, hlm. 6.
[2]
Ahmad Shalabi, al-Tarbiyah
al-Islamiyah, Nuzumuha, Faalsafatuha, Tarikhuha, hlm. 16.
[3] Asma Hasan Fahmi, Mabaadiu
al-tarbiyahal-Islamiyah, (Terjemahan), Jakarta: Bulan Bintang, t.t, hlm.
97.
[4] Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensklopedi
Islam, Jakarta: ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. Ke-1, 1993, hlm. 105.
[5] Asma Hasan Fahmi, Mabaadiu
al-tarbiyahal-Islamiyah, (Terjemahan), Jakarta: Bulan Bintang, t.t, hlm.
46
[6]
Ibid.
[7] Ibid,. hlm. 16
Komentar
Posting Komentar