Landasan Psikologi Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang
perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik, kita
perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah
laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut
sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Untuk melaksanakan
profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam
pengetahuan dan ketrampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan
tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Di antara
pengetahuan-pengetahuan yang perlu di kuasai guru adalah pengetahuan psikologi
yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang
berbedda dan penuh tantangan seperti sekarang ini.
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari
perilaku manusia, karena ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati,
dicatat dan diukur, jiwa dipandang terlalu abstrak, dan jiwa hanyalah salah
satu aspek kehidupan individu. Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang
mandiri karena memenuhi syarat berikut:
1. Secara sistematis psikologi dipelajari melalui
penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah.
2. Memiliki struktur kelimuan yang jelas.
3. Memiliki objek formal dan material.
4. Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen,
observasi, case history, test and measurement.
5. Memliki terminologi khusus seperti bakat,
motivasi, inteligensi, kepribadian.
6. Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan
kehidupan
Psikologi dalam perkembangannya banyak
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain misalnya filsafat, sosiologi, fisiologi,
antrpologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut terhadap psikologi dapat dalam
bentuk landasan epistimologi dan metode yang digunakan.
Sumbangan Psikologi terhadap pendidikan, Subjek
dan objek pendidikan adalah manusia (individu) psikologi memberikan wawasan
bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana
membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi
permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama masalah belajar
yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahan dan keterbatasan
pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu
pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang. Psikologi
juga merupakan suatu disiplin ilmu berobyek formal perilaku manusia, yang
berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku manusia dalam berbagai
latar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Psikologi, Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan
1. Definisi Psikologi
Kata
psikologi merupakan dua akar kata yang bersumber dari dua bahasa Yunani, yaitu:
Psyche (jiwa) dan Logos (ilmu). Jadi, secara harfiah psikologi
memang berarti ilmu jiwa. Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuwan dan
para filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memehami akal pikiran dan
tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai yang paling
modern. Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuwan dan filosof,
psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada di luar kaidah keilmuan dan
etika falsafi. Kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tak dapat
dibebankan begitu saja sebagai muatan psikologi (Rebber, 1988).
Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi
sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah :
2006) karena:
-
Ilmu jiwa
adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa
itu.
-
Ilmu
psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara
sistematis dengan metode-metode ilmiah
Beberapa definisi tentang psikologi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :
- Willhelm
Wundt menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu
tentang kesadaran manusia (the science of human consciouness).
Definisi ini sangat membatasi tentang garapan psikologi karena tidur dan
mimpi dianggap bukan sebagai kajian psikologi.
- Woodworth
dan Marquis menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu
tentang aktivitas-aktivitas individu mencakup aktivitas motorik, kognitif,
maupun emosional.
- Branca dalam
bukunya yang berjudul Psychology The Science of Behavior,
mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.
- Sartain dkk
menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku manusia.
- Knight dan
Knight menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai suatu study
sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan hewan, normal dan
abnormal, individu dan social.
- Morgan menyatakan
bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan hewan, namun
penerapan ilmu tersebut pada manusia (the science of human and animal
behavior; it includes the application of this science to human problems).
Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala
kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang
pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu
baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu
proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu.
Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri,
psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang
hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. terasa oleh organ-organ biologis
(jasmani). Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam memecahkan
masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan.
Dengan demikian, maka timbul bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama
lain berbeda, yaitu:
1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental
(the science of mental life)
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior)
Pada
asasnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organism baik manusia
maupun hewan. Namun secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan
dengan dengan organism manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha si perilaku manusia, alas an dan cara
mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir
dan berperasaan (Gleitman, 1986).
Bruno
(1987) membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya
saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan)
mengenai "ruh". Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai "kehidupan mental". Ketiga, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai "tingkah laku" organisme. Para ahli pada umumnya
lebih banyak menekankan penyelidikan terhadap tingkah laku manusia yang
bersifat jasmaniah (aspek psikomotor) maupun yang bersifat rohaniah (aspek
kognitif dan afektif).
Pendapat-pendapat itu sesuai dengan kenyataan
yang ada selama ini, yakni para ahli pada umumnya lebih banyak menekankan
penyelidikan terhadap tingkah laku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek
psikomotor) maupun yang bersifat rohaniah (aspek kognitif dan afektif). Tingkah
laku psikomotr besifat terbuka, tingkah laku terbuka meliputi perbuatan
berbicara, duduk, berjalan, dan seterusnya. Sedangkan tingkah laku tertutup
meliputi berpikir, berkeyakinan, berperasaan dan seterusnya.
Secara ringkas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa psikolodi adalah ilmu pengetahuan yang menyelediki dan membahas tingkah
laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok,
dalam hubungannya dengan lingkungan.
2. Cabang – Cabang Psikologi
Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu
psikologi, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan,
tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan mendasari pengembangan teknologi pendidikan. Psikologi belajar merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar.
Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
teknologi pendidikan.
Oleh sebab itu, dalam pengembangan
teknologi pendidikan yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk
kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar
dalam proses pengembangan teknologi pendidikan. Perkembangan yang dialami oleh
peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai
pendidik harus mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan
proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses
pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan
psikologi belajar
3. Definisi Pendidikan
Pendidikan
berasal dari kata "didik", lalu mendapat awalan "me"
sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Dalam
bahasa Inggris, Education (pendidikan) berasal dari kata Educate (mendidik)
artinya memberi peningkatan (to give rise to) dan mengembangkan (to
develop). Dalam pengertian sempit, pendidikan (education) berarti perbuatan
atau proses perbuatan untuk lain pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian
orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya
selalu membutuhkan pengajaran. Jika pengertian seperti ini kita pedomani,
setiap orang yang berkewajiban mendidik (seperti guru dan orang tua) tentu
harus melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan
secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut.
Dalam
Dictionary of Psychology (1972) Pendidikan sebagai ……"the institutional
procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge,
habits, attitudes, etc. Usually term is applied to formal institution."
Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (sekolah
dan madrasah) yang diperguanakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat
berlangsung secara informal dan nonformal, disamping secara formal seperti di
sekolah, madrasah, dan institusi lainnya. Bahkan, menurut definisi diatas,
pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri
(self-instruction).
Selanjutnya,
menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981) pendidikan adalah ….."usaha
secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak
ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari
segala perbuatannya…….orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang
atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik. Misalnya,
guru sekolah, kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kapala asrama dan
sebagainya."
4. Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi
itu sendiri. Mereka menganggap psikologi pendidikan tidak memiliki teori,
konsep, dan metode sendiri. Hal ini terbukti dengan banyaknya hasil-hasil riset
psikologi-psikologi lain yang diangkat menjadi teori, konsep, dan metode
psikologi pendidikan.
Salah
seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi
terapan (applicable) adalah Arthur S.
Reber (1988) seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of
New York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University
of Innsbruck Australia. Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah
subdisiplin Ilmu psikologi yang berkaitan denagn teori dan masalah kependidikan
yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b. Pengembangan dan pembaruan kurikulum
c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d. Sosialisasi proses-proses dan interaksi
proses-proses tersebut dengan pendayaguanaan ranah kognitif
e. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Secara
sederhana dan praktis, Barlow (1985) mendefinisikan psikologi pendidikan
sebagai: "….a body of knowlwdge grounded i8n psychological research
which provides a repertoire of resources to aid you in functioning more
effectively in teaching process". Psikologi pendidikan adalah sebuah
pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian
sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam
proses belajar-mengajar secara lebih efektif.
Dalam
buku Education Psychology: The Teaching Learning Process, Daniel
Lenox Barlow (1985), seorang professor dan direktur program pascasarjana School
of Education pada sebuah perguruan tinggi di Virginia Amerika Serikat, juga
menguraikan secara luas tentang proses perkembangan dan proses belajar siswa.
Selain itu, dia membahas juga masalah-masalah actual yang dihadapi guru dan
pengembangan profesi kariernya. Sementara itu, Tardif (1987) mendefinisikan
psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan
pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-uasaha pendidikan. Adapun
ruang lingkupnya, meliputi:
1) Context of teaching learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan
mengajar dan belajar)
2) Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar),
dan
3) Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar
dan belajar).
Selanjutnya,
Witherington dalam bukunya Educational Psychologi terjemahan M. Buchori
(1978) memberikan definisi psikologi pendidikan sebagai "A systematic
study of the process and factors involved in the education of human being is
called educational psychology" yakni bahwa psikologi pendidikan adalah
studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan manusia.
Istilah
"proses" dalam definisi-definisi di atas terutama proses yang
disebutkan dalam definisi Witherington itu sesungguhnya amat sulit dipahami
substansinya (watak isinya), karena sifatnya yang abstrak. Oleh sebab itu, menurut
sebagian ahli, definisi yang langsung u proses mengajar akan lebih pas jika
diganti dengan "manusia" yang belajar
sedatau mengajar. Alasannya, apabila anda sedang mempelajari atau
memantau seorang siswa yang sedang berfikir untuk memecahkan masalah matematika
misalnya, maka yang anda pelajari sesungguhnya adalah siswa tersebut, bukan
prosesnya, karena proses memikirkan soal matematika tersebut tak mungkin dapat
anda pelajari, lebih-lebih jika secara langsung. Anda hanya bias menarik
kesimpulan bahwa siswa tersebut sedang berfikir (memecahkan soal-soal
matematika) dari fenomena (gejala-gejala) yang tampak pada diri siswa yang
sedang anda pantau itu. Berdasarkan pertimbangan di atas dan di perkuat dengan
kenyataan sehari-hari, dapat dipastikan bahwa disiplin psikologi pendidikan
pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan orang-orang yang belajar
dan mengajar. Oleh karena itu, psikologi pendidikan mempunyai dua obyek riset
dan kajian.
1. Siswa, yaitu orang-orang yang sedang belajar,
termasuk pendekatan strategi, factor yang mempengaruhi, dan prestasi yang
dicapai.
2. Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau
bertugas mengajar, termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang
berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.
Ditegaskan
oleh Witherington (Buchori, 1978), bahwa psikologi pendidikan itu bukan hanya
sebagai psikologi terapan yang seolah-olah tidak memiliki hak hidup sendiri.
Alasan yang dikemukakannya adalah psikologi pendidikan sebagai sebuah sains
telah memiliki sendiri hal-hal sebagai berikut:
1. Susunan prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran
dasar yang tersendiri
2. Faktor-faktor yang bersifat obyektif dan dapat
diperiksa kebenarannya
3. Teknik-teknik khusus yang berguna untuk
melakukan penyelidikan dan riset sendiri.
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah
disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan. Lalu, hasil-hasil
penyelidikan ini dirumuskan ke dalam bentuk konsep, teori, dan metode yang
dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan
proses belajar, proses mengajar dan proses belajar mengajar. Alhasil, psikologi
pendidikan dapat digunakan sebagai pedoman praktis, disamping sebagai kajian
teoritis.
B. Arti Penting
Psikologi Pendidikan
Tanpa
mengurangi peranan ditaktik dan metodik psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia, termasuk para siswa yang satu
sama lainnya berbeda itu, amat penting bagi para guru di semua jenjang
kependidikan. Jenjang kependidikan ini meliputi wajib belajar pendidikan dasar
9 tahun dan pendidikan menengah 3 tahun yang diselenggarakan dalam institusi
sekolah dan madrasah.
Para
ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak
(yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respon yang sama persis terhadap
situasi belajar-mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal
pembawaan, kematangan jasmani, intelegensi dan ketrampilan motor/jasmaniah.
Anak-anak itu, seperti juga anak-anak lainnya, relatif berbeda dalam
kepribadian sebagaimana yang tampak dalam
penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka
masing-masing. Pendidikan juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat
terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar individu,
baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses
atau peristiwa psikologis. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu
untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para
siswa secara tepat.
Pengetahuan
mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan erat
hubungannya antara psikologi khusus dengan pendidikan, seerat metodik dengan
kegiatan pengajaran. Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta
didik dalam prosses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh
calon guru ataun orang yang sedang bertugas di lembaga-lembaga pendidikan
formal. Di samping psikologi pendidikan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini
berkembang pula pengetahuan sejenis tetapi lebih sempit yang disebut
"didaksologi". Didaksologi agaknya merupakan subdisiplin psikologi
pengajaran (instructional psychology). Psikologi pengajaran
sendiri sesungguhnya hanya bagian dari psikologi pendidikan.
Didaksologi
sebagai sebuah disiplin ilmu kependidikan yang masih muda belia dan belum
dikenal secara luas itu pada dasarnya lebih banyak menggali dan membahas
struktur dasar interaksi dalam proses belajar mengajar yang sebelumnya tidak
disentuh oleh ilmu ditaktik tradisional (Winkel, 1991). Didaksologi, seperti
juga psikologi pengajaran, dikembangkan dan digunakan dalam tradisi dunia
pendidikan di Eropa Barat, sedangkan psikologi pendidikan dikembangkan dan
digunakan di Amerika Serikat, bahkan di Eropa Barat juga dipelajari orang. Dari
Amerika Serikat, psikologi pendidikan kemudian melebarkan sayapnya ke Kanada,
Australia, dan Selandia Baru serta Benua Asia hingga ke Indonesia.
Berbeda
dengan psikologi pendidikan, psikologi pengajaran lebih menekankan aspek-aspek
penyajian materi pelajaran dan komunikasi antara guru dengan para siswa dalam
proses instruksional dan proses belajar mengajar. Di Australia kajian mengenai
komunikasi instruksional seperti ini biasanya terdapat dalam mata kuliah yang
disebut Psychology and instruction (psikologi dan pengajaran).
Ruang lingkup kajian psychology dan instruction lebih sempit daripada psikologi
pendidikan, tetapi masih lebih luas daripada didaksologi.
Ada
beberapa hal penting yang perlu penyusun kemukakan mengenai kajian psikologi
pendidikan, antara lain:
1. Psikologi pendidikan adalah pengetahuan
kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologis
2. Hasil-hasil temuan riset psikologis tersebut
kemudian dirumuskan sedemikian rupa hingga menjadi konsep-konsep, teori-teori,
dan metode-metode serta startegi-strategi yang utuh
3. Konsep, teori, metode, dan strategi tersebut
kemudian disistematisasikan sedemikian rupa hingga menjadi "repertoire
of resources", yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang
dapat dipilih dan digunakan untuk praktek-praktek kependidikan, khususnya dalam
proses belajar mengajar.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa
pendekatan psikologi pendidikan adalah pendekatan ilmiah (scientific approach).
Oleh karenanya di samping sebagai psikologi praktis, psikologi pendidikan juag
bersifat teoretis.
Para
ahi psikologi melakukan riset tingkah laku manusia berdasarkan metodologi
ilmiah. Mereka menarik kesimpulan dan merumuskan teori-teori dan asumsi-asumsi
berdasarkan hasil temuan riset ilmiah itu. Namun, harus diakui antara satu
teori dengan teori lainnya sering muncul pertentangan-pertentangan dan
ketidakajegan (inconsistency).
Menurut Lindgren, sebagaimana yang dikutip surya (1982), manfaat psikologi
pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam
mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
Sementara
itu, Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan
masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan
metode-metode yang telah disusun secara rapid an sistematis. Hal ini tercermin
dalam ungkapannya: …the application of formalized methods for solving these
problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologis yang timbul
itu dari pihak guru, siswa, atau situasi belajar-mengajar yang dihadapi guru
dan siswa yang bersangkutan.
Setidak-tidaknya
ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis,
yakni: 1). Seleksi penerimaan siswa baru; 2). Perencanaan pendidikan; 3).
Penyusunan kurikulum; 4). Penelitian kependidikan; 5). Administrasi pendidikan;
6). Pemilihan materi pelajaran; 7). Interaksi belajar-mengajar; 8). Pelayanan
bimbingan dan penyuluhan; 9). Metodologi mengajar; 10). Pengukuran dan
evaluasi. Dalam menerapkan prinsip-prinsip psikologis tersebut, diperlukan
adanya figur-figur guru yang kompeten.
Selanjutnya,
guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu
melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung
jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar-mengajar sebaik-baiknya
sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis. Adapun kesimpulan yang perlu anda
ambil dari psikologi pendidikan, antara lain:
1. Proses perkembangan siswa
Di kalangan guru dan orang tua siswa terkadang timbul pertanyaan
apakah perbedaan usia siswa dengan siswa lainnya membuat perbedaan substansial
(bersifat inti) dalam hal merespons pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari
jawabannya melalui pemahaman tahapan-tahapan perkembangan siswa dan cirri-ciri
khas yang mengiringi tahapan perkembangan tersebut.
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai
bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar adalah
tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para siswa.
Ranah cipta (akal) dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal dasar
para siswa dalam menjalani proses belajar-mengajar dan pembelajaran materi
tertentu, serta dalam mengikuti proses belajar-mengejer yang dikelola guru
kelas.
2. Cara belajar siswa
Dimana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran
guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
merupakan hal pokok bagi guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan
belajar yang terjadi pada diri siswanya. Pengetahuan pokok mengenai proses
belajar tersebut meliputi:
a. Signifikansi (arti penting) belajar
b. Teori-teori belajar
c. Hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan,
dan
d. Fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar.
Selain yang sudah tertulis diatas, yang perlu pula anda pahami
adalah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternative-alternatif
(pilihan) yang dapat diambil untuk menolong siswa dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajarnya.
3. Cara menghubungkan mengajar dengan belajar
Tugas utama guru sebagai seorang pendidik sebagaimana ditetapkan
oleh undang-undang sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar. Secara
singkat mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih
ketrampilan dan menanamkan nilai-nilai
siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar
mereka.
Oleh karena itu, sebagai calon guru, sangat diharapkan mengerti
benar seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual maupun dalam arti
klasikal. Dalam hal ini, anda tentu dituntut pula untuk memahami model-model
mengajar, metode-metode mengajar, dan strategi strategi mengajar.
4. Pengambilan keputusan untuk pengelolaan PBM
Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PBM), seorang guru
dituntut untuk menjadi figure sentral (tokoh inti) yang kuat dan berwibawa,
namun tetap bersahabat. Sebelum mengelola sebuah proses belajar-mengajar, perlu
direncanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Sesuai perencanaan materi dan tujuan penyajiaanya, perlu
ditetapkan pula kiat yang tepat untuk menyampikan materi tersebut kepada para
siswa dalam situasi belajar-mengajar yang efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan di atas,
maka seorang guru dituntut untuk menempatkan diri sebagai pengambil atau
pembuat keputusan (decision maker) yang penuh dengan perhitungan untung
rugi ditinjau dari sudut kajian psikologis. Jika tidak, pengelolaan tahap-tahap
interaksi belajar-mengajar akan tersendat-sendat dan boleh jadi akan gagal
mencapai tujuannya. Agar sebuah pengelolaan proses belajar-mengajar mencapai
sukses, seorang guru hendaknya memendang dirinya sendiri sebagai seorang
professional yang efektif.
Namun, dalam hal pengambilan keputusan-keputusan, terdapat pula
hambatan yang umum dialami para guru. Faktor-faktor penghambat pembuatan
keputusan-keputusan instruksional yang sering mengiringi para guru pada
umumnya, meliputi:
a. Kurangnya kesadaran guru terhadap
masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi para siswa
b. Kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya
sudah tak dapat diberlakukan lagi
c. Kurangnya sumber-sumber informasi yang
diperoleh, dan
d. Ketidakcermatan observasi terhadap situasi
belajar-mengajar.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, hambatan mungkin pula
muncul dari perbedaan guru dan siswa. Selain itu, tekanan dari luar dapat pula
mempengaruhi kelancaran pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar ini bisa
datang dari orang tua siswa, aturan administrasi sekolah, fasilitas yang
tersedia, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi
adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan
manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang
tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah
tertentu.
Ilmu
psikologi itu sendiri juga berkembang dalam dua cabang, antara lain sebagai
berikut:
1. Psikologi umum: mempelajari gejala psikis pada
manusia seperti motivasi, intelegensi, minat dan sebagainya.
2. Psikologi terapan: mempelajari gejala psikis
manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuannya. Psikologi terapan
meliputi psikologi pendidikan, psikologi belajar, psikologi komunikasi dan
sebagainya.
Pendidikan ialah
proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui
pengajaran.
Psikologi pendidikan mencakup semua hal yang
bersifat kependidikan terutama hal belajar, mengajar, dan belajar-mengajar.
Manfaat psikologi pendidikan ialah membantu
para guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta
mengatasi masalah tersebut dengan metode saintifik psikologis.
Prinsip, konsep, dan metode psikologi
pendidikan merupakan landasan berpikir dan bertindak bagi guru dalam mengelola
proses belajar mengajar yang selaras dengan keadaan dan kebutuhan siswa.
Guru seyogyanya memahami proses perkembangan
dalam hubungannya dengan belajar, mengajar, dan proses belajar mengajar, cara
belajar siswa, cara menghubungkan mengajar dengan belajar, cara mengambil
keputusan untuk mengelola proses belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Bruno, Frank J. 1987. Dictionary Of Key Word In Psychology. London:
Routledge & Kegan Paul.
Barlow, Daniel Lenox.
1985. Educational Psychologi: The
Teaching Learning Process. Chicago: The Moody Bible Institute.
Chaplin, J. P. 1972. Dictionary Of Psychologi. Fifth
Printing. New York: Dell Publishing.
Dirgagunarsa, Singgih, 1983. Pengantar
Psikologi. Jakarta : Mutiara.
Gleitman, Henry. 1989. Psychologi. New York: W. W. Norton &
Company.
Khodijah, Nyayu, 2006. Psikologi
Belajar. Palembang : IAIN Raden Fatah Palembang.
Pidarta, Made, 1997. Landasan
Kependidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Reber, Arthur S. 1988. The Penguin Dictionary Of Psychologi.
Ringwood Victoria: Penguin Books Australia.
Wutherington, H. C. 1978. Educational Psychologi. Terj. M.
Buchori. Jakarta: Aksara Baru.
Komentar
Posting Komentar