Fenomena Pendidikan di Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara faktual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pembicaraan tentang pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Dari beberapa pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif.
Pendidikan, pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dan generasi ke generasi.
Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sekaligus usaha sadar, didalamnya tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan y`ng dapat melekat pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidik, serta pada lingkungan dan sarana pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas, penyusun membatasi ruang lingkup pembahasan pada keluarga. Pada dasarnya pendidikan dilakukan di lingkungan keluarga, dalam masyarakat dan melalui sistem sekolah. Karena setiap manusia bermula kehidupannya dengan dilahirkan ibunya dalam lingkungan keluarganya, maka dapat dikatakan bahwa Pendidikan di Lingkungan Keluarga menjadi landasan segenap usaha pendidikan sepanjang hidup manusia. Celakalah suatu bangsa yang tidak dapat menjaga kehidupan keluarga yang teratur.
B.     Rumusan Masalah
1) Mengemukakan tentang pengertian pendidikan dan Keluarga
     2) Memaparkan Pendidikan Keluarga
3) Bagaimana tanggungjawab Pendidikan Keluarga
1

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan dan Keluarga

Kata pendidikan menurut etimologi berasal darikata dasar didik.   Apabila diberi awalan me,menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan 1). Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan term yang beragam, seperti  at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap term tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda, walaupun dalam hal-hal tertentu, kata-kata tersebut mempunyai kesamaan pengertian.
Pemakaian ketiga istilah tersebut, apalagi pengkajiannya dirujuk berdasarkan sumber pokok ajaran Islam (al-Qur’an dan as-Sunnah), selain akan memberikan pemahaman yang luas tentang pengertian pendidikan Islam secara substansial, pengkajian melalui al-Qur’an dan as-Sunnah pun akan memberi makna filosofis tentang bagaimana sebenarnya hakikat dari pendidikan Islam tersebut? Dalam  al-Qur’an Allah memberikan sedikit gambaran bahwa at-Tarbiyah mempunyai arti mengasuh,menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, membesarkan dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks QS al-Isra makna at-Tarbiyah sedikit lebih luas mencakup aspek jasmani dan rohani, sedangkan dalam surat asy-Syura hanya menyangkut aspek jasmani saja.

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,   memiliki hubungan antar individu,   terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab
______________________________________________________________
1)       Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1985
2
diantara individu tersebut.2)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 3)
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. 4)
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usroh yang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim.                                                                                                                                             
Sementara Al- Razi mengatakan, al-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit social terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam norma ajaran sosial, asal-usul keluarga terbentuk dari perkawinan laki-laki dan perempuan akan terjadi kelahiran manusia seperti yang ditegaskan Allah dalam surat an-Nisa ayat 1 yang berbunyi:
_______________________________________________________________________________________________
2) Situs Warta Warga Universitas Guna Darma: Keluarga
4)         Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga
3
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ
Artinya : “  Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (QS. An Nisa’ :1)

Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturan Islam bahwa dalam upaya pengembang-biakan keturunan manusia, hendaklah dilakukan dengan perkawinan. Oleh sebab itu, pembentukan keluarga di luar peraturan perkawinan dianggap sebagai perbuatan dosa.
Adapun bentuk-bentuk keluarga sebagaimana dijelaskan William J. Goode dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk:
1.       Keluarga luas (extentended family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk dari keturunan masing-masing istri dan suami.
2.      Keluarga pangkal (sistem family) yaitu jenis keluaarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua, seperti banyak terdapat di Eropa pada zaman Feodal, para imigran Amerika Serikat, zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak yang paling tua bertanggungjawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara laki-laki yang lainnya.
3.      Keluarga gabungan (joint family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak lahirnya mempunyai hak atas kekayaan keluarganya.5)
5) J. Goode, William, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.hal.
4
Sementara itu dalam hubungan keluarga,  Jalaluddin Rahmat mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, bahwa biasanya sepasang suami istri memiliki tiga struktur. Pertama, sruktur komplementer atau dengan kata lain dikenal dengan keluarga tradisional. Kedua, struktur simetris atau yang sering disebut dengan keluarga modern. Ketiga, struktur paralel yang merupakan hubungan antara struktur simetris dan struktur komplementer yang kedua belah pihak tersebut saling melengkapi dan saling bergantung, tetapi dalam waktu yang sama mereka memiliki beberapa bagian dari perilaku kekeluargaan mereka yang mandiri.
B.     Pendidikan Keluarga
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam buku The National Studi on Family Strenght, Nick dan de Frain mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu :
1. Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarg`
2. Tersedianya waktu untuk bersama keluarga
3. Interaksi segitiga antara ayah, ibu dan anak
4. Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak
5. Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi
Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, Sujana memberikan beberapa fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi biologis, edukatif, religius, sosialisasi dan ekonomis. Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi religius dianggap fungsi paling penting karena sangat erat kaitannya dengan edukatif dan sosialisasi. Jika fungsi keagamaan dapat dijalankan, maka keluarga tersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada suatu sistem dan ketentuan norma beragama yang direalisasikan di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman akidah sejak dini telah dijelaskan dalam al-Qur’an antara lain :

5
a.       QS. Al Baqarah ayat 132  :
4Óœ»urur !$pkÍ5 ÞO¿Ïdºtö/Î) ÏmÏ^t/ Ü>qà)÷ètƒur ¢ÓÍ_t6»tƒ ¨bÎ) ©!$# 4s"sÜô¹$# ãNä3s9 tûïÏe$!$# Ÿxsù £`è?qßJs? žwÎ) OçFRr&ur                                                                                                         tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÌËÈ
Artinya: ”Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan kepada anak-anaknya, demikian juga     Ya’kub. Ibrahim berkata: hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam”.
b.      QS. Al Luqman ayat 13 :
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya : ”Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Secara garis besar pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1.      Pembinaan Akidah dan Akhlak.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali de-ngan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’dal-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang dia yakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah Allah peringatkan dalam al-Qur’an surat At Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZt<.span>B#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim : 6)             ’
Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasar dalam mendidik anak :  Pertama, senantiasa membacakan kalimat Tauhid pada anaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul Nya. Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilai pengorbanan dan perjuangan.

Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan teladan ataupun idola bagi mereka.
2.      Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting dalam upaya meningkat kan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Mujadalah ayat 11, yang berbunyi:

Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ÇÊÊÈ                                           
Artinya: ”Allah akan mengangkat derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantarakalian”.
                                                                                                                                             
Nabi Muhammad juga mewajibkan kepada pengikutnya untuk selalu mencari ilmu sebagaimana sabda beliau yang artinya: ”Mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim
dan muslimat”  (HR Bukhori Muslim)
3.       Pembinaan Kepribadian dan Sosial
7

Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya  kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berperilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
C.     Tanggungjawab Pendidikan Keluarga
Pendidikan Keluarga Islam merupakan bagian dari pendidikan Islam secara keseluruhan, ia merupakan bagian dari Pendidikan Islam secara totalitas. Tetapi pendidikan keluarga Islam mempunyai posisi pertama dan utama dalam menentukan setiap anak didik untuk masa depan mereka. Karena itu , berhasil tidaknya pendidikan Islam ditentukan dari berhasil tidaknya pendidikan keluarga Islam.
Pengertian pendidikan keluarga Islam tidak terbatas pada ruang lingkup mendidik anak sejak dalam kandungan sampai dengan masa sekolah, melainkan pendidikan keluarga Islam mencakup mulai masa bayi dalam kandungan hingga anak itu dewasa atau berkeluarga. Hal ini sangat logis, karena meski anak itu sudah masuk sekolah, sejak masa Taman Kanak-Kanak sampai dengan sekolah tingkat lanjutan atas, sebagian besar dari kehidupan seorang anak masih tetap berada ditengah-tengah keluarga, di sekolah mereka paling banyak menggunakan waktu antara 5 atau 6 jam sehari.
Tenggang waktu masa pendidikan keluarga ini, telah ditentukan oleh Rosululloh SAW yakni sejak bayi masih dalam kandungan sampai mereka kawin, sebagaimana sabda beliau yang artinya :”Sebagian kewajiban bapak atas anak-anaknya ialah memberikan nama yang
8
baik, mengajarkan menulis, dan mencarikan jodohnya apabila telah dewasa”. (HR Ibnu Majah)6)
Maksud hadits tersebut ialah meski anak itu telah dimasukkan ke sekolah, tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak, masih berlanjut. Mereka harus dibimbing dan dikontrol serta diawasi, termasuk pengawasan terhadap cara mereka belajar di sekolah dan pergaulanya, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Orang tua yang merasa cukup menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah adalah sangat keliru.
Sikap semacam ini, tidak bisa dibenarkan, baik dari sudut pendidikan maupun dari sudut ajaran Islam. Orang tua bertanggung jawab tentang pendidikan seorang anak sejak dalam kandungan sampai mereka dewasa.
Tegaknya sebuah keluarga muslim memberikan andil yang sangat besar bagi terlaksananya dakwah islamiyah. Islam sendiri memberikan tanggung jawab yang begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah maupun ibu untuk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarga. Pembinaan yang demikian inilah yang akan menyelamatkan dan memberikan penjagaan kepada diri dan keluarga.
Mengomentari hal ini Ali bin Abi Tholib dan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhum menyatakan “Berikan pendidikan, ajarilah dengan ketaatan kepada Allah, serta takutlah dari kemaksiatan. Didiklah anggota keluargamu dengan dzikir yang akan menyelamatkan dari api neraka”         ( Ibnu Katsir & At Tabari).
Berkaitan dengan tanggung jawab keluarga muslim ini Nabi Muhammad SAW menerangkan secara umum tanggung jawab seorang pemimpin.
“Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin di antara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak

6)       Djaelani, Abdul Qadir,H, Keluarga Sakinah,Surabaya:Bina Ilmu,1995, hal. 232-233
9
suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak/ pembantu adalah pemimpin dari harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang tentang kepemimpinannya” (HR Bukhari)
Tanggung jawab yang disinggung pada hadits di atas bersifat umum dan menyeluruh. Tanggung jawab seorang suami tidaklah hanya sebatas memenuhi kebutuhan materi saja , demikian halnya dengan seorang isteri. Ia tidaklah hanya bertanggung jawab terhadap kebersihan rumah, atau menyiapkan makanan semata. Akan tetapi keduanya dari kedudukan yang berbeda mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan keimanan keluarga termasuk di dalamnya tanggung jawab dakwah.
Al Quran dan al Hadits sumber pedoman kita menegaskan tanggung jawab kedua orang tua dalam aktivitas keluarga dan pengaruhnya terhadap anak. Seorang isteri memiliki tanggung jawab yang berbeda dengan suami. Dan ia adalah pemimpin sebagaimana yang disinggung dalam hadits di atas. Secara nyata tanggung jawab seorang isteri terhadap rumah tangga dan anak-anak suaminya sangatlah luas. Panjangnya kebersamaan seorang ibu dengan anak secara otomatis memberikan warna tersendiri bagi perkembangan pendidikan fisik maupun mental dari sang anak.
Apabila kit` timbang tanggung jawab seorang suami dengan seorang isteri maka akan kita dapatkan bahwa tanggung jawab seorang isteri sangatlah besar. Karena dialah yang melahirkan sang anak, menyusuinya, dan menemani serta mendidik anak dari jam ke jam, hari ke hari. Bahkan ketika seorang anak masih balita, kemudian menginjak remaja dan menjelang dewasa, di dalam rumah maupun di luar rumah sang ibu senantiasa mewarnai bentuk kehidupan sang anak. Hingga mungkin sang ayah telah tiada maka ibulah yang tetap mendampingi putranya untuk menyongsong masa depan.
Ada pendapat berbeda tentang pendidikan dalam keluarga, yaitu tentang pemberian kebebasan kepada anak. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya sejak permulaan diberikan kebebasan maksimal kepada anak. Dalam hal ini faktor pendidikan kepada anak sudah berakhir sebelum anak itu dewasa. Pendapat demikian terutama banyak ditemukan di Amerika Serikat yang kuat menganut prinsip liberalisme. Pendapat ini menganut sikap bahwa berbagai larangan  dan   pedoman kepada   anak hanya   menimbulkan keterbatasan
10
pada anak untuk mengembangkan dirinya secara wajar. Dengan begitu potensi dan bakat anak tidak dapat berkembang menjadi kekuatan nyata.
Mungkin saja pendapat liberal ini baik untuk anak Amerika, tetapi dalam kebudayaan Timur dan khususnya Indonesia yang memandang kebersamaan sebagai sumber kebahagiaan, rupanya sikap liberal itu kurang cocok. Mungkin hanya cocok bagi keluarga yang begitu kebarat-baratan (westernized) sehingga sudah kehilangan akarnya pada kebudayaan bangsanya sendiri. Toh dalam kenyataan terbukti bahwa keluarga yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang tidak kalah mutunya dalam kehidupan dari pribadi hasil pendidikan liberal. Hal itu cukup banyak dibuktikan oleh orang-orang Jepang yang bergulat dalam berbagai bidang dengan orang Amerika, termasuk dalam ilmu pengetahuan, bisnis, olahraga dan lainnya.












11
BAB III

                                                               KESIMPULAN


1. Pengertian dari pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unitsosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluargadanmasyarakat. Kunci keberhasilan pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dengan artian keagamaan seseorang. Beberapa hal yang memegang peranan penting dalam membentuk pandangan hidup seseorang meliputi pembinaan akidah, akhlak, keilmuan dan kreativitas yang mereka miliki.

            2. Pendidikan dalam keluarga itu sendiri secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Pembinaan akidah dan akhlak
b. Pembinaan intelektual
c. Pembinaan kepribadian dan  sosial
3. Pendidikan dalam Keluarga adalah tanggungjawab orang tua, sejak dalam kandungan hingga dewasa. meski anak itu telah dimasukkan ke sekolah, tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak, masih berlanjut. Mereka harus dibimbing dan dikontrol serta diawasi, termasuk pengawasan terhadap cara mereka belajar di sekolah dan pergaulanya, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Orang tua yang merasa cukup menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah adalah sangat keliru. Sikap semacam ini, tidak bisa dibenarkan, baik dari sudut pendidikan maupun dari sudut ajaran Islam.


12
DAFTAR PUSTAKA

Djaelani, Abdul Qadir,H, Keluarga Sakinah,Surabaya:Bina Ilmu,1995
J. Goode, William, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung:Trigenda Karya, 1993.
Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, KeluargaMuslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994.
Sujana, Djuju, PerananKeluarga Dalam Lingkungan Masyarakat,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Berar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm. 702.
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993, hlm. 127.
William J. Goode, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm. 33.
Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, hlm. 107.
Djuju Sujana, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996, hlm. 25.
Departemen Agama RI, Al Qur’an Tarjamah, Jakarta, 1971
 Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Religius Pendidikan

PARADIGMA PENDIDIKAN

Teknik-teknik supervisi pendidikan