Madrasah Nidzamiyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Madrasah
merupakan isim makan dari fi’il madhi
dari darasa,mengandung arti tempat
atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran (Abuddin Nata, 2004: 50).
Dengan demikian, secara teknis Madrasah menggambarkan proses pembelajaran
secara formal dan memiliki konotasi spesifik. Madrasah itu sendiri merupakan
institusi peradaban Islam yang sangat penting. Dan Madrasah sebagai satu system
pendidikan Islam berkelas dan mengajarkan sekaligus ilmu-ilmu keagamaan dan non
keagamaan. Meskipun sebagian diantara lembaga-lembaga pendidikan itu
menggunakan istilah school (sekolah),
tetapi dilihat dari system pendidikannya yang terpadu lembaga pendidikan yang
seperti itu biasa dikategorikan dalam bentuk Madrasah. Menurut Karen Amstrong dalam bukunya Islam a Short History, 2002: “Setiap
sekolah mempunyai sumber penghasilan sendiri yaitu yang berasal dari harta
wakaf yang diperuntukan buat pembiayaan-pembiayaan mahasiswa dan para gurunya”.
Sekolah-sekolah seperti itu sangat memperhatikan pengajaran-pengajaran agama
islam. Salah satu diantara sekolah-sekolah tinggi yang terpenting ini adalah
Madrasah Nizamiyah di Baghdad.
Madrasah merupakan lembaga pendidikan hukum
yang paling utama dan tetap memanfaatkan metode pengajaran dan menawarkan bidang
studi yang telah berkembang di Mesjid-Akademik yang mengkhususkan diri pada
kajian hukum.
Nizamiyah mengambil nama dari Nidham al-Mulk,
berdiri sebagai Madrasah paling unggul pada abad ke-11. Terletak di pusat
kerajaan, Nizamiyah menjadi salah satu pusat pendidikan tinggi paling terkenal
pada saat itu dan menjadi model bagi pembangunan lembaga-lembaga serupa di
seluruh daerah kekuasaan Islam. Lagi pula, oleh karena tersedianya
dokumen-dokumen tentang Madrasah ini, para ilmuwan mengetahui Nizamiyah dan
cara kerjanya lebih baik dari pengetahuan mereka tentang Madrasah lain yang
manapun (Charles Michael Stanton, 1994: 49).
B. Rumusan
Masalah
Satu transisi penting
terjadi lagi dalam evolusi lembaga pendidikan tinggi Islam, lembaga-lembaga
kecil dengan hanya seorang syaikh di beberapa kota, beralih menjadi lembaga
pendidikan tinggi yang lebih besar dan lebih kompleks. Madrasah-Madrasah yang
di dukung oleh wakap dalam jumlah besar sekarang cenderung mencakup lebih dari
satu mazhab di dalamnya. Dalam makalah ini dibatasi beberapa masalah, yaitu:
1.
Bagaimana sejarah
pertumbuhan madrasah nizhamiyah?
2.
Bagaimana sistem
pendidikan madrasah nizhamiyah?
3.
Bagaimana pengaruh
madrasah nizhamiyah?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah pertumbuhan
madrasah nizhamiyah.
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan madrasah nizhamiyah.
3. Untuk mengetahui pengaruh madrasah
nizhamiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Pertumbuhan Madrasah Nizhamiyah
Menurut Stanton, Madrasah yang pertama kali
didirikan adalah Madrasah Wazir Nizamiyah, pada tahun 1064 M. Madrasah ini
dikenal dengan sebutan Madrasah Nizamiyah. Bulliet
menyebutkan ada 39 Madrasah di wilayah Persia yang berkembang dua abad sebelum
Madrasah Nizamiyah. Yang tertua adalah Madrasah Niandahiya yang didirikan Abi
Ishaq Ibrahim ibn Mahmud di Nisyapur.
Menurut beberapa
literature yang saya baca, bahwa Madrasah Nizhamiyah di Baghdad terletak di
dekat sungai Dijlah di tengah-tengah pasar Salasah (Suq al-Salasah) di Baghdad. Mulai di
bangun pada tahun 457 H/1065 M dan selesai pada tahun 459 H. madrasah ini tetap
hidup sampai pertengahan abad ke-14 M, yaitu ketika di kunjungi oleh Ibnu
Batutah.Ahmad Syalabi berkeyakinan bahwa pasar Al-Chaffafin yang terdapat di Baghdad saat ini adalah tempat dimana
madrasah Nizhamiyah dulunya berdiri.
Menurut Mahmud Yunus yang
dikutip oleh (Abuddin Nata, 2004), mengatakan bahwa di antara motivasi
pendirian banyak Madrasah di masa pengaruh Turki (Saljuk) adalah untuk
mengambil hati rakyat, mengharap pahala dan ampunan dari Allah, memelihara
kehidupan anak-anaknya di kemudian hari, memperkuat aliran keagamaan bagi
sultan atau pembesar. Motif-motif ini, terutama motif politik dan motif doktrin
keagamaan tampak dominan pada Madrasah Nizhamiyah.
Sekarang kita beranjak
pada pembicaraan mengenai seorang guru yang bernama Al-Ghazali. Al-Ghazali
telah turut bertukar fikiran dengan orang-orang terkemuka (imam-imam) dan
ulama-ulama yang hadir. Al-Ghazali ternyata dapat menundukan lawannya dan semua
yang hadir membenarkan ucapan-ucapan Al-Ghazali. Oleh karena itu Al-Ghazali
telah diangkat oleh Nidham Al-Mulk menjadi mahaguru di Sekolah tinggi yang
terkenal itu. Madrasah Nizamiyah di Baghdad ini sungguh merupakan suatu
Madrasah yang agung dan patut di banggakan. Guru-guru dan ulama-ulama pengajar
di sanapun telah diangkat sehingga benar-benar telah teratur rapi.
Diantara guru-guru yang
telah mengajar di Madrasah Nizamiyah di Baghdad ini salah satunya ialah Syekh
Abu-IshaqAs-Syirazi, pengarang Kitab At-Tanbih,
yaitu Kitab fiqh menurut Syafi’I. Beliau adalah seorang ulama ulung, yang
menghidupkan ilmu dan telah mengungkapkan kebenaran dan hal-hal yang masih di
sangsikan, beliau telah menjelaskan asal usul ilmu dan cabang-cabangnya,
menjelaskan apa yang dikatakan dalil dan macam-macamnya. Dalam perpustakaan
sekolah Nizamiyah di Baghdad itu terdapat pula suatu daftar isi yang lengkap
dan detail mengenai isi dari lebih kurang 6.000 buku yang ada di sana dan yang
merupakan buku-buku wakaf buat sekolah tersebut.
Selain itu disetiap dusun
dan kota, didirikan sekolah-sekolah menurut system Nizamiyah untuk penyebaran
ilmu dan agama, dan oleh Nidham al-Mulk di bantu dengan buku-buku, keuangan dan
guru-guru. Penulis Abu Shamah dalam bukunya “Ar-Raudhatain” menyatakan:
“sekolah-sekolah Nidham Al-Mulk sangat terkenal di dunia tidak ada satu
daerahpun yang tidak memiliki seperti itu”. Sekolah tersebut mencerminkan
sekolah-sekolah yang ada diabad pertengahan, dan sekolah-sekolah Nizamiyah yang
cukup besar telah didirikan di kota-kota berikut: Baghdad, Balakh, Nizabur,
Herat, Asfahan, Basrah, Marwa, Aamal dan Mousul.Di setiap kota di Irak dan
Khurasan (Persia) terdapat sekolah-sekolah menurut system Nidham Al-Mulk.
Sistem ini kemudian ditiru pula oleh kaum Muslimin lainnya sehingga disetiap
kota dan ibu kota Negara-negara Islam lainnya bertebaranlah sekolah-sekolah
seperti itu.
Di Mesir tidak ada
didirikan sekolah-sekolah seperti diatas kecuali setelah jatuhnya kerajaan
Fatimiyah dan berdirinya Negara Ayyubiyah. Dalam Negara Ayyubiyah ini,
banyaklah tersebar sekolah-sekolah di Mesir begitu pula di Syria sampai
datangnya zaman Memeluk. Nureldin Zanki, yang menjadi raja di Syria setelah
berakhirnya kerajaan Salajiqah di sana, sangat memperhatikan sekali soal-soal
kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Beliau mengumpulkan ulama-ulama untuk
mengadakan pembahasan-pembahasan, perdebatan-perdebatan dan bahkan beliau
memanggil ulama-ulama dari penjuru-penjuru kerajannya yang luas itu.
B. Sistem
Pendidikan Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Berikut secara sederhana
akan dibahas komponen-komponen pendidikan yang terdapat pada Madrasah
Nizhamiyah yang dianggap sebagai model bagi system pendidikan modern:
1. Tujuan Pendidikan Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Menurut Abdul Majid Abdul Futuh dalam buku karya (Abuddin Nata, 2004: 65):
tujuan pokok pendidikan Madrasah Nizhamiyah: Pertama, mengkader calon-calon ulama yang menyebarkan pemikiran
Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syi’ah; kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan
mazhab Sunni dan menyebarkannya ketempat lain; ketiga, membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam
menjalankan pemerintah, memimpin kantornya, khususnya dibidang peradilan dan
manajemen.
2.
Kurikulum
dan Metode Pengajaran Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Mahmud Yunus mengatakan bahwa
kurikulum Madrasah Nizhamiyah tidak diketahui dengan jelas. Namun dapat
disimpulkan bahwa materi-materi ilmu syari’ah diajarkan disini sedangkan ilmu
hikmah (filsafat) tidak diajarkan. Fakta-fakta yang mendukung pernyataan ini
adalah: pertama, tidak ada seorangpun
diantara ahli sejarah yang mengatakan bahwa diantara materi pelajaran terdapat
ilmu-ilmu umum. Kedua, guru-guru yang
mengajar di Madrasah Nizhamiyah merupakan ulama-ulama Syari’ah. Ketiga, pendiri Madrasah ini bukanlah
pembela filsafat. Keempat, zaman
berdirinya Madrasah ini merupakan zaman penindasan ilmu filsafat dan para
filosof.
Dengan terfokusnya pengajaran di
Madrasah Nizhamiyah kepada ilmu-ilmu syariah, tentulah ilmu fiqh mendapat
perioritas utama. Pembahasan fiqh yang menyangkut hampir semua masalah-masalah
kemasyarakatan, memang tepat sebagai bekal untuk calon-calon birokrat atau
pemimpin masyarakat kala itu. Pengajaran
fiqh yang bertumpu kepada pemahaman sumber-sumber yang berbahasa Arab, maka
penguasaan bahasa Arab berikut ilmu pendukungnya sangat ditekankan.
Dari keterangan lain disebutkan
bahwa pelajaran di Madrasah Nizhamiyah berpusat pada Al-Quran (membaca,
menghafal dan menulis), sastra Arab, sejarah Nabi Muhammad SAW dan berhitung
dengan menitikberatkan pada mazhab Syafi’I dan system teologi Asy’ ariyah.
3.
Tenaga
Pengajar dan Pelajar Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Madrasah Nizhamiyah merupakan
lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan pendidikan tingkat tinggi pula. Oleh
karena itu, pemilihan guru-guru yang mengajar di Madrasah ini sangat selektif.
Ulama-ulama terkemuka pada waktu itu dan guru-guru besar yang masyhur dan
mempunyai kompetensi di bidangnyalah yang dipilih untuk mengajar. Status
guru-guru tersebut ditetapkan dengan pengangkatan oleh khalifah dan bertugas
dalam masa tertentu.
Menurut Mahmud Yunus dalam buku karya (Samsul Nizar, 2007: 164), guru-guru yang memberikan pelajaran
di Madrasah Nizhamiyah antara lain yaitu:
1) Abu
Ishak al-Syirazi
2) Abu
Nashr al-Shabbagh
3) Abu
Kosim al-A’lawi
4) Abu
Abdullah al-Thabari
5) Abu
hamid al-Ghazali
6) Radliyud
Din al-Qazwaini
7) Al-Firuzabadi
Nizam Al-Mulk juga menyediakan
beasiswa untuk mahasiswa dan memberi mereka fasilitas asrama. Mereka yang
tinggal di asrama diberi belanja secukupnya. Ia memberi bantuan untuk semua
pelajar tanpa mengharap kembali , dan seluruh biaya pendidikan disitu gratis.
4. Pendanaan dan Sarana Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Sumber dana yang paling lazim
bagi pembangunan Madrasah adalah lembaga wakaf, sebuah cara tradisional dalam
Islam untuk mendukung lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat umum (Abuddin
Nata, 2004: 70).
Dalam pembangunan Madrasah, Wazir
Nizam Al-Mulk menyediakan dana wakaf untuk membiayai mudarris, imam dan juga mahasiswa yang menerima beasiswa dan
fasilitas asrama. Dengan dana itu, ia mendirikan Madrasah-Madrasah Nizhamiyah
di hampir seluruh wilayah kekuasaan Bani Saljuk saat itu, mendirikan
perpustakaan dengan lebih kurang 6.000 jilid buku lengkap dengan katalognya.
C. Pengaruh
Madrasah Nizhamiyah
Menurut A.L.
Tibawi dalam buku karya (Abuddin Nata, 2004: 72): Madrasah Nizhamiyah telah
banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat, baik bidang politik, ekonomi,
maupun bidang social keagamaan.
Dalam bidang ekonomi, Madrasah Nizhamiyah
disamping sebagai lembaga untuk mengajarkan ilmu syari’ah dalam rangka
mengajarkan ajaran Sunni, memang dimaksudkan pula untuk mempersiapkan pegawai
pemerintah, khususnya dilapangan hukum dan pemerintah. Dengan demikian,
Madrasah telah menjanjikan lapangan kerja. Dari segi social keagamaan, Madrasah
Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan linhkungan dan
keyakinannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan dalam
bentuk Madrasah yang dikelola oleh pemerintah pada masa Bani Saljuk. Madrasah
ini mempunyai corak yang berbeda dari lembaga pendidikan sebelumnya. Madrasah
ini didirikan di kota Baghdad dan sekitarnya ( ditemui hampir di setiap
daerah), didirikan oleh seorang perdana mentri yang mempunyai perhatian besar
terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan disamping factor politik dan
keagamaan. Perdana Menteri itu bernama Nizham al-Mulk dengan memakai system
modern.
Madrasah Nizhamiyah mempunyai manajemen yang
bagus, dikelola dengan baik seperti dapat dilihat dari segi pendanaan,
gedung-gedung yang bagus dan dalam jumlah yang banyak. Guru-guru digaji selama
masa jabatannya, perpustakaan yang lengkap asrama dan makan untuk mahasiswa,
biaya sekolah gratis dan kurikulum ditetapkan oleh pemerintah Baghdad.
B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan serta
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari rekan-rekan mahasiswa serta dosen pengampu mata kuliah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1990), cet. Ke-6
Nata Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam Periode Klasik dan
Pertengahan, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2004), cet. Ke-I
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:
Kencana, 2008
Komentar
Posting Komentar