Lembaga-lembaga pendidikan islam klasik


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Menurut catatan sejarah, ketika Islam baru lahir di kota Mekkah, keadaan masyarakat Arab masih banyak sekali yang buta huruf. Bilangan yang mampu menulis dan membaca masih terlalu sedikit sekitar 17 orang. Melihat kondisi masyarakat Arab tersebut, Islam memberi dorongan yang sangat urgen untuk mengadakan reformasi. Reformasi yang dimaksudkan adalah perubahan sistem jahiliyah kepada masyarakat Islam yang beradab. Masyarakat Arab mempunyai peradaban dan kebudayaan yang tinggi setelah mereka mengambil Islam sebagai way of life dalam sistem kehidupan mereka. Dengan demikian , mereka memperoleh kejayaan dan kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Proses terjadinya reformasi yang menyebabkan kemajuan tersebut tidak pernah lepas dari usaha keras dan kuat, pantang menyerah dan selalu beorientasi ke depan. Salah satu usaha tersebut adalah berlangsungnya proses pendidikan yang sistematis dan terencana dengan baik. Dan proses pendidikan akan berjalan sangat baik bila berada dalam wadah atau lembaga pendidikan.
Islam mengenal lembaga pendidikan atau pusat pendidikan semenjak detik-detik awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Lembaga pendidikan itu bukanlah lembaga beku, tetapi fleksibel, berkembang, dan menurut kehendak waktu dan tempat. Berpijak dari itu semua, penulis ingin mengkaji lebih mendalam tentang lembaga-lembaga tersebut dengan sebuah makalah yang berjudul”  LEMBAGA - LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM KLASIK”.
B.     Rumusan Makalah
                 Berangkat dari latar belakang tersebut diatas , maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana pengertian lembaga pendidikan Islam Klasik?
  2. Bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa Rasulullah, bani Abbasiyah  dan Bani Fathimiyah?
C. Tujuan pembahasan
             Bertitik tolak dari masalah tersebut diatas , maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian lembaga pendidikan Islam klasik.
2.      Untuk mengetahui lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, bani Abbasiyah dan bani Fathimiyah.




 









BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Pandidikan Islam Klasik
Menurut kamus ilmiah populer”lembaga” diartikan badan atau yayasan yang bergerak dalam bidang penyelenggaraan pendidikan (kemasyarakatan).[1] Lembaga secara bahasa diartikan menjadi 2 pengertian, yaitu pengertian fisik berarti bangunan dan pengertian non fisik berarti pranata.
Lembaga pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. Menurut Ramayulis yang dikutip dari pendapat Abu Ahmad lembaga pendidikan Islam diartikan sebagai suatu wadah  atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.[2]
Menurut Harun Nasution sejarah islam dibagi menjadi 3 periode yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Periode klasik berlangsung sejak awal kemajuan islam (650 – 1000 M) hingga masa disintegrasi (1000 – 1250) yaitu zaman Nabi Muhammad SAW. sampai runtuhnya Bani Abasiyah.[3]
Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan lembaga Pendidikan Islam Klasik adalah suatu wadah / tempat berlangsungnya pendidikan Islam yang teratur dan terarah untuk menciptakan generasi  generasi yang selalu berpedoman kepada Al Qur’an dan Al Hadist sejak zaman Nabi Muhammad SAW. sampai runtuhnya Bani Abbasiyah.

B.Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Klasik
1. Lembaga Pendidikan Islam  Pada masa Rasulullah sampai Daulah Umayah
   1. Rumah
            Ketika wahyu diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW,maka untuk menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi SAW mengambil rumah Al  – Arqam bin Abi Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai tempat . Pada masa awal Islam, proses pendidikan Islam dilaksanakan secara infornal, maksudnya proses pendidikan itu berlangsung di rumah-rumah. Dan di   rumah itulah Nabi Muhammad Saw menyampaikan dan menanamkan dasar-dasar  agama serta mengajarkan Al-qur’an kepada mereka. Hal ini berlangsung kurang lebih 3 tahun. Namun sistem pendidikan pada lembaga ini masih berbentuk halaqah belum memiliki kurikulum. Sedangkan sistem dan materi- materi pendidikan yang akan disampaikan diserahkan sepenuhnya kepada Nabi SAW.[4]
              Dengan dijadikannya oleh Rasulullah rumah Al-Arqam bin Abi Arqam diterima Allah SWT, ini membuktikan bahwa rumah adalah lembaga pendidikan pertama dalam Islam.
    2.  Kuttab
          Menurut catatan sejarah , sebelum kedatangan Islam  masyarakat Arab khususnya Mekkah telah mengenal adanya lembaga pendidikan rendah yaitu kuttab.  Kuttab berasal dari kata “kataba” yang artinya menulis. Sedangkan kuttab berarti tempat menulis,atau tempat dimana  dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. [5]Kebanyakan para ahli  pendidikan islam sepakat bahwa pendidikan islam tingkat dasar mengajarkan membaca dan menulis, kemudian meningkat pada pengajaran  Alqur’an dan pengetahuan agama dasar.[6]
           Dimasa Nabi SAW , karena perkembangan umat Islam yang semakin banyak  belajar agama , termasuk anak-anak yang dikhawatirkan akan mengotori masjid , maka muncullah lembaga pendidikan di samping masjid dengan sebutan al- Kuttab. Lembaga ini dipandang sebagai media utama untuk mengajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an kepada anak-anak sampai pada  masa khulafaurrasyidin.
           Pada akhir abad pertama hijriyah mulai muncul 2 jenis kuttab, yaitu :
  1. Kuttab berfungsi tempat pendidikan yang memfokuskan pada membaca dan menulis
  2. Kuttab sebagai tempat penddidikan yang mengajarkan Al-qur’an dan dasar-dasar keagamaan.
                    Pada  masa bani Umayah ada diantara penguasa yang sengaja menggaji guru untuk mengajar putra-putranya dan menyediakan tempat bagi pelaksanaan proses belajar di istananya.
3. Masjid
             Kata masjid berasal dari bahasa arab “ sajada” artinya tempat sujud. Dalam pengertian lebih luas  masjid berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah dan tempat berenung dan menatap masa depan. Dari perenungan terhadap penciptaan Allah tersebut masjid berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Proses yang mengantar masjid sebagai pusat pengetahuan adalah karena di masjid tempat awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar ,hukum-hukun dan tujuan-tujuannya.
            Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid yang pertama kali dibangun nabi  adalah Masjid At- Taqwa di Quba. Pembanguna Masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, diantaranya sebagai tempat beribadah, kegiatan sosial politik, bahkan lebih dari itu, masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan islam.[7]

4. Shuffah
Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk aktifitas pendidikan.[8] Rasulullah membangun ruangan di sebelah utara masjid Madinah dan masjid Al-Haram yang disebut “Al-Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang telah mempelajari ilmu. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al-qur’an secara benar dan hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW. Rasulullah mengangkat Ubaid ibn Al-Samit sebagai guru pada sekolah suffah di Madinah.
         
2. Lembaga  Pendidikan Pada Masa Daulah Abbasiyah  (Harun Ar-Rasyid    dan Al- Ma’mun)
         Daulah Abbasiyah didirikan oleh keturunan Abbas paman Rasulullah yaitu Abdullah al - saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah al - Abbas. Selama  dinasti ini berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda sesuai dengan politik,sosial dan kultur budaya yang terjadi pada masa masa tersebut[9].
         Daulah Abbasiyah mencapai puncak keemasan dan kejayaan pada periode I yaitu pada masa  kholifah Harun Ar- Rasyid dan Khalifah Al- Ma’mun. Kekayaan yang dimiliki khalifah Harun Ar -Rasyid dan putranya Al Ma’mun digunakan untuk kepentingan sosial seperti lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan.
Al Ma’mun khalifah yang  cinta kepada ilmu dan banyak mendirikan sekolah. Adapun lembaga- lembaga yang berkembang  pada masa  Dinasti Abbasiyah dimasa Harun Ar Rasyid Dan Al Ma’mun, adalah sebagai berikut :

1.      Kuttab atau maktab
            Kuktab atau maktab adalah lembaga pendidikan islam tingkat dasar. Mata pelajaran yang  di ajarkan  di  kuttab/maktab adalah  khot ,kaligrafi, Al- qur’an, Aqidah dan syair. Pada Masa Daulah Abbasiyah Kuttab mulai mengajarkan pengetahuan umum disamping ilmu agama Islam, bahkan dalam perkembangan berikutnya kuttab dibedakan menjadi 2 yaitu kuttab yang mengajarkan pengetahuan umum dan kuttab yang mengajarkan ilmu agama.[10]
 
2.      Pendidikan Rendah di Istana
          Timbulnya pendidikan rendah diistana untuk anak anak para pejabat didasarkan atas pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas tugasnya kelak setelah dewasa.Untuk itu Khalifah dan keluarga serta pembesar lainnya berusaha menyiapkan anak- anaknya agar sejak kecil sudah dikenalkan dengan lingkungan dan tugas- tugas yang akan di embannya nanti. Oleh karena itu mereka memanggil guru - guru khusus untuk memberikan pendidikan  kepada anak - anak mereka.

3.      Masjid
          Masjid adalah lembaga pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai madrasah yang berkurikulum besar yang pada permulaan sejarah islam dan masa- masa selanjutnya adalah merupakan tempat menghimpun kekuatan umat islam baik dari segi fisik maupun mentalnya.
          Pada masa dinasti Abbasiyah dan masa perkembangan kebudayaan Islam masjid - masjid yang didirikan oleh para penguasa pada umumnya dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas pendidikan seperti tempat untuk pendidikan anak - anak ,pengajaran orang dewasa(halaqah) juga ruang perpustakaan dengan buku- buku yang lengkap. Penyelenggaraan pendidikan di masjid sangat didukung oleh pemerintah, seperti Harun Ar-Rasyid dan dilanjutkan oleh khalifah kedua sesudah dia. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah , melainkan juga sebagai pengajaran bagi kaum muda.[11]

4. Toko-Toko Buku
          Selama masa kejayaan Dinasti Abbasiyah , toko-toko buku berkembang dengan pesat seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Uniknya, toko-toko ini tidak saja menjadi pusat pengumpulan dan penjualan buku-buku, tetapi juga menjadi pusat studi di dalamnya. Pemilik buku biasanya berfungsi sebagai tuan rumah dan kadang-kadang berfungsi sebagai pemimpin studi tersebut.[12] Ini semua menunjukkan bahwa betapa antusias umat Islam masa itu dalam menuntu ilmu.

5. Majelis
         Pada masa perkembangan pendidikan Islam mengalami zaman keemasan ,majelis berarti sesi dimana aktifitas pengajaran atau diskusi berlangsung seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam Islam.[13] Majelis digunakan untuk kegiatan transfer keilmuan dari berbagai berbagai ilmu, sehingga majelis banyak ragamnya.Ada 7 macam majelis, Yaitu :
1.      Majelis al-Hadits
Majelis ini biasanya diselenggarakan oleh ulama/ guru yang ahli dalam  bidang hadits. Ulama tersebut membentuk majlis untuk mengajarkan ilmunya kepada murid-murid.
2.      Majelis At-Tadris
Majelis ini biasanya menunjukkan kepada majelis selain dari pada hadits, seperti majelis fiqih. Majelis nahwu,atau majelis kalam.
3.      Majelis al-Munazharoh
Majelis ini dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan mengenai suatu masalah oleh para ulama’.


4.      Majelis al Muzakaroh
Majelis ini merupakan inovasi dari murid- murid yang belajar hadis.Majelis ini diselenggarakan sebagai sarana untuk berkumpul dan saling mengingat dan mengulangi pelajaran yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru.
5.       Majelis al- Adab
            Majelis ini adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi,silsilah                             dan laporan sejarah bagi orang orang terkenal.
6. Majelis al Fatwa Dan al- Nazar
Majelis ini  merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu masalah di bidang hukum kemudian difatwakan. Disebut pula majelis al Nazar karena karakteristik Majelis ini adalah perdebatan diantara ulama fiqih/hukum islam.
6.      Saloon
        Saloon adalah suatu majelis khusus yang diadakan oleh Khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Majelis seperti ini sebenarnya sudah ada sejak jaman khulafaurrasyidin dan diadakan di masjid. Namun pada bani Umayah dan bani Abbas pelaksanaannya di pindahkan di istana dan hanya dihadiri oleh orang orang tertentu saja.[14] Saloon sastra yang berkembang di sekitar para khalifah yang berwawasan ilmu dan para cendekiawan sahabatnya, menjadi tempat pertemuan untuk bertukar pikiran tentang sastra dan ilmu pengetahuan .
         Pada Harun Ar-Rasyid majelis sastra ini mengalami kemajuan yang luar bisa, karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengetahuan yang cerdas, sehingga khalifah aktif didalamnya. Pada masa beliau sering diadakan perlombaan antara ahli-ahli syair , perdebatan antara fuqaha dan juga sayembara antara ahli kesenian dan pujangga.
7. Rumah Sakit
         Pada masa  Abbasyiah rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobat orang sakit ,tetapi juga berfungsi sebagai tempat untuk mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan keperawatan dan pengobatan. Rumah sakit juga merupakan tempat praktikum dari sekolah kedokteran yang didirikan diluar rumah sakit.[15] Dengan demikian, rumah sakit dalam dunia islam juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.


8. Perpustakaan
        Salah satu ciri penting pada masa Dinasti Abbasiyah adalah tumbuh dan berkembangnya dengan pesat perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan yang sifatnya umum didirikan oleh pemerintah, maupun perpustakaan yang sifatnya khusus didirikan oleh para ulama atau para sarjana. BAIT AL HIKMAH adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid dan berkembang pesat pada masa Al-Ma’mun, merupakan salah satu contoh dari perpustakaan dunia Islam yang lengkap. Di dalamnya terdapat bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu serta berbagai buku terjemahan dari bahasa yunani, Persia, India, Qibti dan Aramy.
9. Rumah-rumah Para Ulama
        Rumah ulama digunakan untuk melakukan transmisi  ilmu agama dari ilmu umum dan kemungkinan lain perdebatan ilmiah. Ulama yang tidak diberi kesempatan mengajar di lembaga pendidikan formal akan mengajar di rumah-rumah mereka.
10. Madrasah
        Madrasah sangat diperlukan keberadaannya sebagai tempat untuk menerima ilmu  pengetahun agama secara teratur dan sistematis. Madrasah yang pertama didirikan adalah madrasah al-Baihaqiyah dikota Naisabur.[16] Adapun sebab-sebab didirikan madrasah ini adalah  karena masjid-masjid telah dipenuhi pengajian-pengjian dari para guru yang semakin banyak, sehingga mengganggu orang shalat. Disamping itu juga karena pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.

3. Lembaga- lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Fathimiyah
1. Masjid dan Istana
         Pada masa Dinasti ini masjid menjadi tempat berkumpulnya ulama fiqih khususnya ulama yang menganut madzhab Syiah Islamiyah juga para wazir dan hakim. Mereka berkumpul membuat buku tentang madzhab Syiah islamiyah yang akan diajarkan kepada masyarakat. Fungsi para hakim dalam perkumpulan ini adalah untuk memutuskan perkara yang timbul dalam proses pembelajaran madzhab syiah tersebut.[17]
          Khalifah juga mengumpulkan para penulis di istana untuk menyalin buku-buku seperti Al-qur’an, hadits, Fiqih, sastra hingga ilmu kedokteran. Ia memberikan penghargaan khusus bagi para ilmuan dan menugaskan mereka untuk menjadi imam di masjid istana juga.[18] Begitu tingginya perhatian pemerintah terhadap ilmu pengetahuan hingga kebutuhan untuk penyalinan naskah tersebutpun tersedia seperti : tinta dan kertas. Dengan demikian tampak jelas lemaga-lembaga ini menjadi sarana bagi penyebaran ideologi mereka.
         2. Perpustakaan
            Perpustakaan memiliki peran yang tidak kecil dibandingkan masjid dalam penyebaran akidah Islamiyah di masyarakat. Untuk itu para khalifah memperbanyak pengadaan berbagai buku ilmu pengetahuan sehingga perpustakaan istana menjadi perpustakaan terbesar yang dimiliki Dinasti Fatimiyah dan diberi nama “DAR AL ULUM yang masih memiliki keterkaitan dengan perpustakaan “ BAITUL HIKMAH”
.3.Dar al- ‘Ilm
Pada tahun  395H / 1005 M atas saran perdana mentrinya Ya’qub bin Killis. Khalifah mendirikan jamiyah akademi (lembaga riset) seperti akademi-akademi lain yang ada di Baghdad dan di belahan dunia lain. Lembaga ini kemudian diberi nama Dar al ‘Ilm. Disinilah Berkumpul para ahli fiqih, astronom,, dokter,  ahli nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian ilmiyah.















BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
1.      Lembaga Pendidikan Islam Klasik adalah suatu wadah atau tempat berlangsungnya pendidikan Islam yang teratur dan terarah untuk menciptakan generasi-generasi yang selalu berpedoman kepada Al-qur’an dan hadits  dari zaman nabi Muhammad SAW sampai runtuhnya Bani Abbasiyah.
2.      Lembaga Pendidikan Islam Klasik meliputi :
a.       Lembaga Pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW sampai bani Umayah adalah : rumah, kuttab, masjid dan suffah.
b.      Lembaga pendidikan Islam pada masa bani Abbasyiah adalah :Kuttab,Pendidikan rendah di istana, toko-toko buku,majelis,saloon,rumah sakit, perpustakaan, masjid, rumah-rumah para ulama dan madrasah.
c.       Lembaga  pendidikan  Islam  pada  masa bani Fathimiyah adalah :   masjid dan istana, perpustakaan dan Dar al- Ilm

  1. Saran-saran
          Saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini penulis harapkan. Bagi pembaca semoga makalah yang singkat ini dapat menambah wawasan keilmuan tentang sejarah pendidikan Islam.
          












DAFTAR PUSTAKA


Suwito, Fauzan, Sejarah sosial pendidikan islam, Jakarta, Kencana, 2005
Prof.Dr. H. Abidin Natu, Sejarah Pendidikan Isam,  Jakarta,PT. Raja Grafinda Persada,  2004
Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta, logos. 1999)
Zuhairini, Sejarah Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
Samsul nizar, Sejarah Pendidkan Islam, (Jakarta Kencana,2008)
Prof. HM Arifin ,M.ed, Perbandingan Pendidikan Islam , Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002
Pius A Partanto & M.Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya, Arkada 1994 ), hlm.406
Prof. Dr.  H Ramayulis, Ilmu pendidikan islam, kalam mulia,2008 hal. 277



[1] Pius A Partanto & M.Dahlan Al-Barry, kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya, Arkada 1994 ), hlm.406
[2] Prof. Dr.  H Ramayulis, Ilmu pendidikan islam, kalam mulia,2008 hal. 277
[3] Suwito dan Fauza, Sejarah kependidikan islam,jakarta putra grafika, hal .78
[4] Samsul Nizar, Reformasi Pendidikan Islam Menghadapi pasar Bebas, ( Jakarta : the Minangkabau Foundatoin, 2005). Hlm.6
[5] Zuhairini, Sejarah Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm.98
[6] Samsul nizar, Sejarah Pendidkan Islam, (Jakarta Kencana,2008), hlm.112
[7] Ibid, hlm.116
[8] Prof. HM Arifin ,M.ed, Perbandingan Pendidikan Islam , Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002. Hlm.23
[9] Suwito , Fauzan,Sejarah sosial Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta,2005.hlm.11
[10] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, op.cit hlm.116.
[11] Suwito, Fauzan, op.cit. hlm.104
[12] Ibid, hlm.103
[13] Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, jakarta,Logos,1999,hlm.49
[14] Suwito & Fauzan, Op.cit. hlm.103
[15] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta; Bumi Aksara,1997) hlm. 96
[16] Ibid, hlm.95
[17] Suwiyo & Fauzan, Op.cit, hlm.125
[18] Ibid, hlm.125

Komentar

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Religius Pendidikan

PARADIGMA PENDIDIKAN

Teknik-teknik supervisi pendidikan