Lembaga-lembaga pendidikan islam klasik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Menurut
catatan sejarah, ketika Islam baru lahir di kota Mekkah, keadaan masyarakat
Arab masih banyak sekali yang buta huruf. Bilangan yang mampu menulis dan
membaca masih terlalu sedikit sekitar 17 orang. Melihat kondisi masyarakat Arab
tersebut, Islam memberi dorongan yang sangat urgen untuk mengadakan reformasi.
Reformasi yang dimaksudkan adalah perubahan sistem jahiliyah kepada masyarakat
Islam yang beradab. Masyarakat Arab mempunyai peradaban dan kebudayaan yang
tinggi setelah mereka mengambil Islam sebagai way of life dalam sistem
kehidupan mereka. Dengan demikian , mereka memperoleh kejayaan dan kemajuan
dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Proses terjadinya reformasi yang
menyebabkan kemajuan tersebut tidak pernah lepas dari usaha keras dan kuat,
pantang menyerah dan selalu beorientasi ke depan. Salah satu usaha tersebut
adalah berlangsungnya proses pendidikan yang sistematis dan terencana dengan
baik. Dan proses pendidikan akan berjalan sangat baik bila berada dalam wadah
atau lembaga pendidikan.
Islam
mengenal lembaga pendidikan atau pusat pendidikan semenjak detik-detik awal
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Lembaga pendidikan itu bukanlah
lembaga beku, tetapi fleksibel, berkembang, dan menurut kehendak waktu dan
tempat. Berpijak dari itu semua, penulis ingin mengkaji lebih mendalam tentang
lembaga-lembaga tersebut dengan sebuah makalah yang berjudul” LEMBAGA - LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM KLASIK”.
B.
Rumusan Makalah
Berangkat dari latar belakang tersebut
diatas , maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
- Bagaimana pengertian lembaga pendidikan Islam Klasik?
- Bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa Rasulullah, bani Abbasiyah dan Bani Fathimiyah?
C. Tujuan pembahasan
Bertitik tolak dari masalah
tersebut diatas , maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian lembaga
pendidikan Islam klasik.
2.
Untuk mengetahui lembaga-lembaga
pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, bani Abbasiyah dan bani
Fathimiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Pandidikan Islam Klasik
Menurut kamus ilmiah populer”lembaga”
diartikan badan atau yayasan yang bergerak dalam bidang penyelenggaraan
pendidikan (kemasyarakatan).[1]
Lembaga secara bahasa diartikan menjadi 2 pengertian, yaitu pengertian fisik berarti
bangunan dan pengertian non fisik berarti pranata.
Lembaga pendidikan secara umum dapat
diartikan sebagai usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. Menurut Ramayulis yang dikutip
dari pendapat Abu Ahmad lembaga pendidikan Islam diartikan sebagai suatu
wadah atau tempat berlangsungnya proses
pendidikan islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.[2]
Menurut Harun Nasution sejarah islam
dibagi menjadi 3 periode yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Periode
klasik berlangsung sejak awal kemajuan islam (650 – 1000 M) hingga masa
disintegrasi (1000 – 1250) yaitu zaman Nabi Muhammad SAW. sampai runtuhnya Bani
Abasiyah.[3]
Dari pengertian di atas dapat di tarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan lembaga Pendidikan Islam Klasik adalah
suatu wadah / tempat berlangsungnya pendidikan Islam yang teratur dan terarah
untuk menciptakan generasi generasi yang
selalu berpedoman kepada Al Qur’an dan Al Hadist sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
sampai runtuhnya Bani Abbasiyah.
B.Lembaga-Lembaga Pendidikan
Islam Klasik
1. Lembaga
Pendidikan Islam Pada masa Rasulullah
sampai Daulah Umayah
1. Rumah
Ketika wahyu diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW,maka untuk menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi
SAW mengambil rumah Al – Arqam bin Abi
Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai tempat . Pada
masa awal Islam, proses pendidikan Islam dilaksanakan secara infornal,
maksudnya proses pendidikan itu berlangsung di rumah-rumah. Dan di rumah itulah Nabi Muhammad Saw menyampaikan
dan menanamkan dasar-dasar agama serta
mengajarkan Al-qur’an kepada mereka. Hal ini berlangsung kurang lebih 3 tahun.
Namun sistem pendidikan pada lembaga ini masih berbentuk halaqah belum memiliki
kurikulum. Sedangkan sistem dan materi- materi pendidikan yang akan disampaikan
diserahkan sepenuhnya kepada Nabi SAW.[4]
Dengan dijadikannya oleh
Rasulullah rumah Al-Arqam bin Abi Arqam diterima Allah SWT, ini membuktikan
bahwa rumah adalah lembaga pendidikan pertama dalam Islam.
2. Kuttab
Menurut catatan sejarah , sebelum
kedatangan Islam masyarakat Arab khususnya
Mekkah telah mengenal adanya lembaga pendidikan rendah yaitu kuttab. Kuttab berasal dari kata “kataba” yang
artinya menulis. Sedangkan kuttab berarti tempat menulis,atau tempat
dimana dilangsungkan kegiatan untuk
tulis menulis. [5]Kebanyakan
para ahli pendidikan islam sepakat bahwa
pendidikan islam tingkat dasar mengajarkan membaca dan menulis, kemudian
meningkat pada pengajaran Alqur’an dan
pengetahuan agama dasar.[6]
Dimasa Nabi SAW , karena perkembangan
umat Islam yang semakin banyak belajar
agama , termasuk anak-anak yang dikhawatirkan akan mengotori masjid , maka
muncullah lembaga pendidikan di samping masjid dengan sebutan al- Kuttab. Lembaga
ini dipandang sebagai media utama untuk mengajarkan membaca dan menulis
Al-Qur’an kepada anak-anak sampai pada
masa khulafaurrasyidin.
Pada akhir abad pertama hijriyah
mulai muncul 2 jenis kuttab, yaitu :
- Kuttab berfungsi tempat pendidikan yang memfokuskan pada membaca dan menulis
- Kuttab sebagai tempat penddidikan yang mengajarkan Al-qur’an dan dasar-dasar keagamaan.
Pada masa bani Umayah ada diantara penguasa yang
sengaja menggaji guru untuk mengajar putra-putranya dan menyediakan tempat bagi
pelaksanaan proses belajar di istananya.
3. Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa
arab “ sajada” artinya tempat sujud. Dalam pengertian lebih luas masjid berarti tempat shalat dan bermunajat
kepada Allah dan tempat berenung dan menatap masa depan. Dari perenungan terhadap
penciptaan Allah tersebut masjid berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Proses
yang mengantar masjid sebagai pusat pengetahuan adalah karena di masjid tempat
awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar
,hukum-hukun dan tujuan-tujuannya.
Ketika Rasulullah dan para sahabat
hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah
pembangunan sebuah masjid. Masjid yang pertama kali dibangun nabi adalah Masjid At- Taqwa di Quba. Pembanguna
Masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupan umat
Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, diantaranya sebagai
tempat beribadah, kegiatan sosial politik, bahkan lebih dari itu, masjid
dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan islam.[7]
4. Shuffah
Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat
yang telah dipakai untuk aktifitas pendidikan.[8]
Rasulullah membangun ruangan di sebelah utara masjid Madinah dan masjid
Al-Haram yang disebut “Al-Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang
telah mempelajari ilmu. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal
Al-qur’an secara benar dan hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW.
Rasulullah mengangkat Ubaid ibn Al-Samit sebagai guru pada sekolah suffah di Madinah.
2. Lembaga Pendidikan Pada Masa Daulah Abbasiyah (Harun Ar-Rasyid dan
Al- Ma’mun)
Daulah Abbasiyah didirikan oleh keturunan
Abbas paman Rasulullah yaitu Abdullah al - saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah al - Abbas. Selama dinasti ini
berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda sesuai dengan politik,sosial
dan kultur budaya yang terjadi pada masa masa tersebut[9].
Daulah Abbasiyah mencapai puncak keemasan
dan kejayaan pada periode I yaitu pada masa
kholifah Harun Ar- Rasyid dan Khalifah Al- Ma’mun. Kekayaan yang dimiliki
khalifah Harun Ar -Rasyid dan putranya Al Ma’mun digunakan untuk kepentingan
sosial seperti lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan.
Al
Ma’mun khalifah yang cinta kepada ilmu dan
banyak mendirikan sekolah. Adapun lembaga- lembaga yang berkembang pada masa
Dinasti Abbasiyah dimasa Harun Ar Rasyid Dan Al Ma’mun, adalah sebagai
berikut :
1. Kuttab
atau maktab
Kuktab
atau maktab adalah lembaga pendidikan islam tingkat dasar. Mata pelajaran
yang di ajarkan di
kuttab/maktab adalah khot
,kaligrafi, Al- qur’an, Aqidah dan syair. Pada Masa Daulah Abbasiyah Kuttab mulai
mengajarkan pengetahuan umum disamping ilmu agama Islam, bahkan dalam perkembangan
berikutnya kuttab dibedakan menjadi 2 yaitu kuttab yang mengajarkan pengetahuan
umum dan kuttab yang mengajarkan ilmu agama.[10]
2. Pendidikan
Rendah di Istana
Timbulnya pendidikan rendah diistana
untuk anak anak para pejabat didasarkan atas pemikiran bahwa pendidikan itu
harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas tugasnya kelak
setelah dewasa.Untuk itu Khalifah dan keluarga serta pembesar lainnya berusaha
menyiapkan anak- anaknya agar sejak kecil sudah dikenalkan dengan lingkungan
dan tugas- tugas yang akan di embannya nanti. Oleh karena itu mereka memanggil
guru - guru khusus untuk memberikan pendidikan
kepada anak - anak mereka.
3. Masjid
Masjid adalah lembaga pendidikan Islam
dapat dikatakan sebagai madrasah yang berkurikulum besar yang pada permulaan
sejarah islam dan masa- masa selanjutnya adalah merupakan tempat menghimpun
kekuatan umat islam baik dari segi fisik maupun mentalnya.
Pada masa dinasti Abbasiyah dan masa
perkembangan kebudayaan Islam masjid - masjid yang didirikan oleh para penguasa
pada umumnya dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas pendidikan seperti
tempat untuk pendidikan anak - anak ,pengajaran orang dewasa(halaqah) juga
ruang perpustakaan dengan buku- buku yang lengkap. Penyelenggaraan pendidikan
di masjid sangat didukung oleh pemerintah, seperti Harun Ar-Rasyid dan
dilanjutkan oleh khalifah kedua sesudah dia. Masjid bukan hanya sebagai tempat
ibadah , melainkan juga sebagai pengajaran bagi kaum muda.[11]
4. Toko-Toko
Buku
Selama masa kejayaan Dinasti
Abbasiyah , toko-toko buku berkembang dengan pesat seiring dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan. Uniknya, toko-toko ini tidak saja menjadi pusat pengumpulan
dan penjualan buku-buku, tetapi juga menjadi pusat studi di dalamnya. Pemilik
buku biasanya berfungsi sebagai tuan rumah dan kadang-kadang berfungsi sebagai
pemimpin studi tersebut.[12]
Ini semua menunjukkan bahwa betapa antusias umat Islam masa itu dalam menuntu
ilmu.
5. Majelis
Pada masa perkembangan pendidikan
Islam mengalami zaman keemasan ,majelis berarti sesi dimana aktifitas
pengajaran atau diskusi berlangsung seiring dengan perkembangan pengetahuan
dalam Islam.[13] Majelis
digunakan untuk kegiatan transfer keilmuan dari berbagai berbagai ilmu,
sehingga majelis banyak ragamnya.Ada 7 macam majelis, Yaitu :
1. Majelis
al-Hadits
Majelis ini biasanya
diselenggarakan oleh ulama/ guru yang ahli dalam bidang hadits. Ulama tersebut membentuk majlis
untuk mengajarkan ilmunya kepada murid-murid.
2. Majelis
At-Tadris
Majelis ini biasanya
menunjukkan kepada majelis selain dari pada hadits, seperti majelis fiqih.
Majelis nahwu,atau majelis kalam.
3. Majelis
al-Munazharoh
Majelis ini
dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan mengenai suatu masalah
oleh para ulama’.
4. Majelis
al Muzakaroh
Majelis ini merupakan
inovasi dari murid- murid yang belajar hadis.Majelis ini diselenggarakan
sebagai sarana untuk berkumpul dan saling mengingat dan mengulangi pelajaran
yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru.
5. Majelis al- Adab
Majelis ini adalah tempat untuk
membahas masalah adab yang meliputi puisi,silsilah dan laporan sejarah
bagi orang orang terkenal.
6.
Majelis al Fatwa Dan al- Nazar
Majelis
ini merupakan sarana pertemuan untuk
mencari keputusan suatu masalah di bidang hukum kemudian difatwakan. Disebut
pula majelis al Nazar karena karakteristik Majelis ini adalah perdebatan diantara
ulama fiqih/hukum islam.
6.
Saloon
Saloon adalah suatu majelis khusus yang
diadakan oleh Khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Majelis
seperti ini sebenarnya sudah ada sejak jaman khulafaurrasyidin dan diadakan di
masjid. Namun pada bani Umayah dan bani Abbas pelaksanaannya di pindahkan di
istana dan hanya dihadiri oleh orang orang tertentu saja.[14]
Saloon sastra yang berkembang di sekitar para khalifah yang berwawasan ilmu dan
para cendekiawan sahabatnya, menjadi tempat pertemuan untuk bertukar pikiran
tentang sastra dan ilmu pengetahuan .
Pada Harun Ar-Rasyid majelis sastra
ini mengalami kemajuan yang luar bisa, karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu
pengetahuan yang cerdas, sehingga khalifah aktif didalamnya. Pada masa beliau
sering diadakan perlombaan antara ahli-ahli syair , perdebatan antara fuqaha
dan juga sayembara antara ahli kesenian dan pujangga.
7. Rumah Sakit
Pada masa Abbasyiah rumah sakit bukan hanya berfungsi
sebagai tempat merawat dan mengobat orang sakit ,tetapi juga berfungsi sebagai
tempat untuk mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan keperawatan dan
pengobatan. Rumah sakit juga merupakan tempat praktikum dari sekolah kedokteran
yang didirikan diluar rumah sakit.[15]
Dengan demikian, rumah sakit dalam dunia islam juga berfungsi sebagai lembaga
pendidikan.
8. Perpustakaan
Salah satu ciri penting pada masa
Dinasti Abbasiyah adalah tumbuh dan berkembangnya dengan pesat
perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan yang sifatnya umum didirikan oleh
pemerintah, maupun perpustakaan yang sifatnya khusus didirikan oleh para ulama
atau para sarjana. BAIT AL HIKMAH adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun
Ar-Rasyid dan berkembang pesat pada masa Al-Ma’mun, merupakan salah satu contoh
dari perpustakaan dunia Islam yang lengkap. Di dalamnya terdapat bermacam-macam
buku ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu serta berbagai buku
terjemahan dari bahasa yunani, Persia, India, Qibti dan Aramy.
9. Rumah-rumah Para Ulama
Rumah ulama digunakan untuk melakukan
transmisi ilmu agama dari ilmu umum dan
kemungkinan lain perdebatan ilmiah. Ulama yang tidak diberi kesempatan mengajar
di lembaga pendidikan formal akan mengajar di rumah-rumah mereka.
10. Madrasah
Madrasah sangat diperlukan
keberadaannya sebagai tempat untuk menerima ilmu pengetahun agama secara teratur dan
sistematis. Madrasah yang pertama didirikan adalah madrasah al-Baihaqiyah
dikota Naisabur.[16] Adapun
sebab-sebab didirikan madrasah ini adalah
karena masjid-masjid telah dipenuhi pengajian-pengjian dari para guru
yang semakin banyak, sehingga mengganggu orang shalat. Disamping itu juga
karena pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Lembaga- lembaga Pendidikan
Islam Pada Masa Dinasti Fathimiyah
1.
Masjid dan Istana
Pada masa Dinasti ini masjid menjadi tempat
berkumpulnya ulama fiqih khususnya ulama yang menganut madzhab Syiah Islamiyah
juga para wazir dan hakim. Mereka berkumpul membuat buku tentang madzhab Syiah
islamiyah yang akan diajarkan kepada masyarakat. Fungsi para hakim dalam perkumpulan
ini adalah untuk memutuskan perkara yang timbul dalam proses pembelajaran
madzhab syiah tersebut.[17]
Khalifah juga mengumpulkan para
penulis di istana untuk menyalin buku-buku seperti Al-qur’an, hadits, Fiqih,
sastra hingga ilmu kedokteran. Ia memberikan penghargaan khusus bagi para
ilmuan dan menugaskan mereka untuk menjadi imam di masjid istana juga.[18]
Begitu tingginya perhatian pemerintah terhadap ilmu pengetahuan hingga
kebutuhan untuk penyalinan naskah tersebutpun tersedia seperti : tinta dan
kertas. Dengan demikian tampak jelas lemaga-lembaga ini menjadi sarana bagi
penyebaran ideologi mereka.
2. Perpustakaan
Perpustakaan memiliki peran yang
tidak kecil dibandingkan masjid dalam penyebaran akidah Islamiyah di masyarakat.
Untuk itu para khalifah memperbanyak pengadaan berbagai buku ilmu pengetahuan
sehingga perpustakaan istana menjadi perpustakaan terbesar yang dimiliki Dinasti
Fatimiyah dan diberi nama “DAR AL ULUM yang masih memiliki keterkaitan dengan
perpustakaan “ BAITUL HIKMAH”
.3.Dar
al- ‘Ilm
Pada tahun 395H / 1005 M atas saran perdana mentrinya Ya’qub
bin Killis. Khalifah mendirikan jamiyah akademi (lembaga riset) seperti
akademi-akademi lain yang ada di Baghdad dan di belahan dunia lain. Lembaga ini
kemudian diberi nama Dar al ‘Ilm. Disinilah Berkumpul para ahli fiqih,
astronom,, dokter, ahli nahwu dan bahasa
untuk mengadakan penelitian ilmiyah.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Lembaga
Pendidikan Islam Klasik adalah suatu wadah atau tempat berlangsungnya pendidikan
Islam yang teratur dan terarah untuk menciptakan generasi-generasi yang selalu
berpedoman kepada Al-qur’an dan hadits dari zaman nabi Muhammad SAW sampai runtuhnya
Bani Abbasiyah.
2. Lembaga
Pendidikan Islam Klasik meliputi :
a. Lembaga
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW sampai bani Umayah adalah : rumah, kuttab,
masjid dan suffah.
b. Lembaga
pendidikan Islam pada masa bani Abbasyiah adalah :Kuttab,Pendidikan rendah di
istana, toko-toko buku,majelis,saloon,rumah sakit, perpustakaan, masjid, rumah-rumah
para ulama dan madrasah.
c.
Lembaga pendidikan Islam pada
masa bani Fathimiyah adalah : masjid dan istana, perpustakaan dan Dar al-
Ilm
- Saran-saran
Saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan makalah ini penulis harapkan. Bagi pembaca semoga
makalah yang singkat ini dapat menambah wawasan keilmuan tentang sejarah
pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Suwito,
Fauzan, Sejarah sosial pendidikan islam, Jakarta, Kencana, 2005
Prof.Dr. H. Abidin Natu, Sejarah
Pendidikan Isam, Jakarta,PT. Raja
Grafinda Persada, 2004
Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan
Islam ( Jakarta, logos. 1999)
Zuhairini, Sejarah Pendidikan islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
Samsul nizar, Sejarah Pendidkan Islam,
(Jakarta Kencana,2008)
Prof. HM Arifin ,M.ed, Perbandingan
Pendidikan Islam , Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002
Pius A Partanto & M.Dahlan
Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya, Arkada 1994 ), hlm.406
Prof. Dr. H Ramayulis, Ilmu pendidikan islam,
kalam mulia,2008 hal. 277
[1] Pius A Partanto &
M.Dahlan Al-Barry, kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya, Arkada 1994 ),
hlm.406
[2] Prof. Dr. H Ramayulis, Ilmu pendidikan islam,
kalam mulia,2008 hal. 277
[3] Suwito dan Fauza, Sejarah
kependidikan islam,jakarta putra grafika, hal .78
[4] Samsul Nizar, Reformasi
Pendidikan Islam Menghadapi pasar Bebas, ( Jakarta : the Minangkabau
Foundatoin, 2005). Hlm.6
[5] Zuhairini, Sejarah
Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm.98
[6] Samsul nizar, Sejarah
Pendidkan Islam, (Jakarta Kencana,2008), hlm.112
[8] Prof. HM Arifin ,M.ed, Perbandingan
Pendidikan Islam , Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002. Hlm.23
[9] Suwito , Fauzan,Sejarah
sosial Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta,2005.hlm.11
[10] Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam, op.cit hlm.116.
[11] Suwito, Fauzan, op.cit.
hlm.104
[12] Ibid, hlm.103
[13] Hanun Asrohah, Sejarah
Pendidikan Islam, jakarta,Logos,1999,hlm.49
[14] Suwito & Fauzan,
Op.cit. hlm.103
[15] Zuhairini dkk, Sejarah
Pendidikan Islam,( Jakarta; Bumi Aksara,1997) hlm. 96
[16] Ibid, hlm.95
[17] Suwiyo & Fauzan,
Op.cit, hlm.125
[18] Ibid, hlm.125
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
BalasHapus