TRIPUSAT PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN




A.      Latar Belakang Masalah
Sampai detik ini, pendidikan masih dipuja dan diyakini sebagai perantara terbaik dalam membentuk generasi ideal masa depan sekaligus instrumen guna menyelamatkan gerak maju sebuah bangsa. “Keyakinan” ini tetap ada tentu dengan lebih dulu mengesampingkan fakta di lapangan, bahwa produk pendidikan ternyata tidak dapat dijamin berperilaku terpuji. Bahkan hari ini, lembaga pendidikan telah menjadi “peserta baru” sebagai tempat korupsi. Pengenyampingan ini penting agar kita tidak psimis untuk ikut serta dalam mempercantik wajah pendidikan negeri ini.
Beragam sekali definisi Pendidikan dari para pakar. UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun mempunyai versi sendiri. UU yang dibuat tahun 2003 ini mendefinisikan Pendidikan sebagai “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Bab I, Pasal 1).[1]
Untuk mengetahui tujuan Pendidikan Nasional, menarik kesimpulan Sembodo Ardi Widodo pada beberapa definisi Pendidikan, yaitu mewujudkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggungjawab.[2]
Namun demikian, hakikat pendidikan tak lain adalah pemanusiaan manusia itu sendiri. Sebab sering sekali, dalam tindak-tanduk kita, dengan sadar atau tidak, kita telah kehilangan unsur terpenting dari kita itu, kemanusiaan. Contoh yang paling sederhana adalah saat kita dengan sadar membiarkan kesewenang-wenangan terjadi. Mirisnya lagi, kita merasa benar karena kita bukan pelakunya. Jadi, pendidikan sejatinya menemukan, membentuk, dan mengembangkan kemanusiaan manusia, sebagai pelaku maupun user pendidikan.
Doni Koesoema bahkan mempertajam hakikat pendidikan ini. Baginya, hakikat pendidikan adalah proses penyempurnaan diri manusia terus menerus yang berlangsung dari generasi yang satu ke generasi yang lain.[3] Pandangan Doni ternyata didasarkan pada ungkapan Immanuel Kant (1724-1804), yaitu bahwa Manusia hanya dapat menjadi sungguh-sungguh manusia melalui pendidikan dan pembentukan diri yang berkelanjutan. Manusia hanya dapat dididik oleh manusia lain yang juga telah dididik oleh manusia yang lain.”[4]
Pandangan Immanuel Kant sama dengan tujuan pendidikan Islam, yakni melahirkan pribadi manusi yang sempurna, beragama, kreatif, produktif dan peka terhadap situasi lingkungannya. Akan tetapi realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami masa intellectual deadlock. Diantara indikasinya adalah;pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegasikan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan .abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl.[5]
Padahal, di sisi lain pendidikan Islam mengemban tugas penting, yakni bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (sumber daya lahir batin) agar umat Islam dapat berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi. Dalam konteks ini Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam melakukan pengembangan kualitas manusianya, baik secara produksi dan kepekaan sosial. Padahal dari segi kuantitas Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang mayoritas beragama Islam.
Pendidikan Islam telah merubah haluan, yang semula hendak melahirkan individu yang mulia lahir batin, ternya direduksi hanya sebagai hamba Allah semata. Dalam membentuk pribadi yang sempurna tentu harus ada faktor pendukung yang ikut serta dalam mempengaruhi anak (anak didik) menjadi pribadi shaleh, yaitu pribadi yang melakukan hubungan dengan yang transinden, sosial dan lingkungan. Maka faktor pendudukung yang tepat adalah keluarga, masyarakat dan sekolah.
Manusia sepanjang hidupnya sebagian besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama tersebut, keluarga, sekolah, dan masyarakat dan ketiganya biasa disebut dengan tripusat pendidikan.
Istilah tripusat pendidikan diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantoro. Yang dimaksud dengan tripusat pendidikan adalah setiap pribadi manusia akan selalu berada danmengami perkembangan dalam tiga lembaga pendidikan, yakni: keluarga, masyarakat, dan sekolah. Ketiga lembaga ini secara bertahapdan terpadu mengmban tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Kemudian, tripusat pendidikan ini dijadikan prinsip pendidikan, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, masyarakat dan sekolah.[6] Ketiga lembaga pendidikan tersebut hendaknya menjadi tangan panjang untuk membantu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal, yaitu manusia yang berbudaya, beradap dan beragama.
Pada masyarakat yang masih sederhana, keluarga mempunyai dua fungsi; fungsi konsumsi dan fungsi produksi. Kedua fungsi ini mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi anak. Kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuannya. Pada masyarakat semacam ini, orang tua yang mengajar pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup. Orang tua pula yang melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, baik agama, sosial dan lingkungan. Sampai anak menjadi dewasa dan berdiri sendiri.
Tulisan ini bermaksud untuk menganilisis peran keluarga, masyarakat, dan sekolah didalam pendidikan Islam untuk ikut serta menciptakan individu-individu yang bergama, bermoral dengan masyarakatnya serta lingkungan alam sekitar. Di dalam tulisan ini kami mengkaji peran ketiganya dari kacamata sosiologis

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian keluarga, masyarakat dan sekolah ?
2.      Bagaimana konsep tripusat pendidikan menurut pendidikan Islam ?
3.      Bagaimana peran keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam pendidikan Islam ?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui  pengertian  keluarga, masyarakat dan sekolah
2.      Untuk mengetahui  konsep tripusat pendidikan menurut pendidikan Islam
3.      Untuk mengetahui  peran keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam pendidikan Islam





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Keluarga, Masyarakat dan Sekolah
1.      Pengertian Keluarga
Secara historis, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain keluarga merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada di dalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah pendewasaan. Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal multifungsional, yaitu fungsi pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi.
Dengan demikian keluarga memiliki system jaringan interaksi yang  lebih bersifat hubungan interpersonal dimana masing-masing anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain, antara ayah dan ibu, ayah dan anak, maupun antara anak dengan anak.[7] Di dalam keluarga seorang anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi agar ketika dewasa mampu melakukan hubungan yang baik dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Keluarga merupakan miniaur terkecil dari masyarakat yang bertanggung jawab mendidik individu anak agar menjadi masyarakat yang bermoral.
Dalam pandangan lain dijelaskan, keluarga adalah kelembagaan masyarakat yang memegang peran kunci dalam proses pendidikan.[8] Menurut pandangan ini, anggota keluarga berperan penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi anak. Hal ini bertujuan agar anak dimasa dewasanya nanti mampu menjadi anggota masyarakat yang baik dan memiliki jiwa kepribadian bertanggung jawab.
Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi anggotanya.[9] Disinilah anak menempa dirinya menuju proses kedewaasan. Padal masa ini anak akan banyak melakukan imitasi dari apa yang dilakukan oleh orang tu sebagai bekal dimasa dewasanya nanti. Dengan demikian keluarga harus memberikan contoh yang baik dengan menjadi orang tua yang ideal. Orang tua ideal disini lebih menekankan pada kepentinngan bersikap, seperti logis, etis dan estetis.
Orang tua yang bersikap logis harus menampakkan mana perbuatan yang benar dan salah atau baik, buruk. Sikap ini ditampilkan oleh orang tua agar seorang anak mampu membedakan tingkahlaku mereka dalam melakukan hubungan sosial, baik dengan teman-temannya yang seumuran atau dikala dewasa nanti. Selain itu, bersikap etis sangat penting dalam menjelaskan dasar dari setiap perbuatan. Dengan kata lain, orang tua harus bersikap yang didasarkan pada patokan tertentu, sehingga tidak asal didalam bertindak dan member arahan. Orang tua harus menciptakan suasana menyenangkan bagi seorang anak. Memberi ruang yang kondusif bagi anak untuk melakukan aktifitas, seperti bermain, belajar, berkreasi dan sebagainya, atau bersikap estetis.[10]

2.      Pengertian Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dansebagainya manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka, sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri. Masyarakat merupakan gejala (fenomena) sosial yang ada dalam kehidupan ini diseluruh dunia. Oleh karena itu masyarakat oleh sosiologi dijadikan sebagai objek kajian atau suatu hal yang dipelajari terus-menerus. Karena sifat dari masyarakat itu sangat kompleks, banyak para akhli yang menjelaskan masyarakat dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Menurut Mac Iver dan Page, masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial, dan selalu berubah. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup mahluk-mahluk menusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu. Definisi mengenai masyarakat secara khusus dapat kita rumuskan sebagai berikut: Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Ada beberapa ciri khas kehidupan masyarakat kolektif, yaitu: (1) pembagian kerja yang tetap antara berbagai macam sub-kesatuan atau golongan individu dalam kolektif untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup; (2) ketergantungan individu kepada individu lain dalam kolektif sebagai akibat dari pembagian kerja; (3) kerjasama antar-individu yang disebabkan karena sifat ketergantungan; (4) komunikasi antar individu yang diperlukan guna melaksanakan kerjasama; (5) diskriminasi yang diadakan antara individu-individu warga kolektif dan individu-individu dari luar.[11]

3.      Pengertian Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau “murid”) di bawah pengawasan guru. Ada juga sekolah non-pemerintah, yang disebut sekolah swasta. Sekolah swasta mungkin untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka; keagamaan, seperti sekolah Islam, sekolah Kristen, hawzas, yeshivas dan lain-lain, atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi atau berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya. Sekolah untuk orang dewasa meliputi lembaga-lembaga pelatihan perusahaan dan pendidikan dan pelatihan militer.[12]
Dalam kehidupan primitif, anak mempelajari segala sesuatu dari kedua orang tuanya dan masyarakatnya dengan metode tidak menentu dan tidak terarah. Kadangkalah dengan jalan ikut-ikutan (taqlid), dengan jalan perenungan dan peniruan (imitasi) yang lebih terarah.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Karena kamajuan zaman, maka keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi anak terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu.
Sekolah merupakan tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan pembinaan kepribadian. Di sekolah seorang anak mencoba untuk melakukan dialog dengan guru, berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya dan melakukan proses menghargai dan mentaati aturan.

B.     Konsep Tripusat Pendidikan Menurut Pendidikan Islam
  1. Pendidikan keluarga
 Menurut Pendidikan Islam, konsep pendidikan keluarga adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak atas dorongan kasih saying yang dilembagakan islam dalam bentuk kewajiban dan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. 
Orang tua adalah orang yang pertama memikul tanggung jawab pendidikan terhadap anak, secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ayah dan ibunya sehingga dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup serta ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada ditengah-tengah orang tuanya.
Dalam pendidikan anak, Ibu dan Ayah masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama. Hadits Nabi yang menyatakan bahwa “Ibu adalah pengembala dirumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas gembalanya” sesungguhnya mengisyaratkan kerja sama Ibu dan Ayah dalam pendidikan anak, hanya saja terutama dalam lingkungan keluarga yang menuntut ayah lebih banyak berada diluar rumah untuk mencari nafkah dan ibu lebih banyak dirumah untuk mengatur urusan rumah.7
Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
يايهاالذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارا.....(التحريم : 6)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka….”.  (QS. At Tahrim : 6)   
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya.
Sedangkan didalam hadits Nabi SAW secara jelas Beliau mengisyaratkan lewat sabdanya:

 كل مولود يولد على الفطرة وانما ابواه يهودانه اوينصرانه اويمجسانه
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”.8

Berdasarkan hadits tersebut jelaslah bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka mendidiknya adalah sudah menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan agama dan umum termasuk didalamnya pendidikan ketrampilan, hal ini dimaksudkan agar kelak anak-anak itu akan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
  1. Pendidikan sekolah
Konsep Pendidikan Sekolah menurut Pendidikan Islam adalah suatu lembaga pendidikan formal  yang efektif untuk mengantarkan anak pada tujuan yang ditetapkan dalam Pendidikan Islam. Sekolah yang dimaksud adalah untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik sehingga lembaga tersebut menghendaki kehadiran kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-runag kelas yang dipimpin oleh guru untuk mempelajari kurikulum bertingkat.9
Bertolak dari konsep tersebut pendidikan sekolah dalam mengantarkan dan mengarahkan anak untuk mencapai suatu tujuan pendidikan Islam, tidak terlepas dari usaha dan upaya guru yang telah menerima limpahan tanggung jawab dari orang tua atau keluarga. Sebab berdasarkan kenyatan orang tua tidak cukup mampu dan tidak memiliki waktu untuk mendidik, mengarahkan anak secara baik dan sempurna. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dan kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya setiap saat.
Maka dari itu tugas guru dan pimpinan sekolah disamping memberikan ilmu-ilmu pengetahuan, keterampilan-keterampilan juga mendidik anak beragama dan berbudi pekerti luhur. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik, sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang telah diberikan di dalam keluarga.
Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya baik itu tingkah laku, kegiatan jiwa maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT.10

  1. Pendidikan masyarakat
Pendidikan dalam Islam juga merupakan tanggung jawab bersama setiap anggota masyarakat. Sebab masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang menjalani satu kesatuan, apabila terjadi kerusakan pada sebagiannya maka sebagian yang lain akan terancam kerusakan pula.
Masyarakat harus mampu mengaplikasikan konsep dan ketrampilan kedalam usaha-usaha yang nyata secara tepat dan benar, dan tidak boleh melakukan kesalahan-kesalahan ataupun membiarkan anggota masyarakat lain melakukan kesalahan.
Oleh sebab itu setiap individu hendaknya peduli terhadap kebaikan kesatuannya, setiap anggota masyarakat bertanggung jawab atas kebaikan lainnya. Dengan perkatan lain setiap anggota masyarakat bertanggung jawab atas pendidikan lainnya, tidak bisa memikulkan tanggung jawab hanya kepada orang tua dan guru , atau setidaknya bila melihat kemungkaran hendaknya mencegahnya sesuai dengan kemampuannya, sabda Nabi Muhammad SAW:
من راى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطيع فبلسانه فان لم يستطيع فبقلبه
وذالك اضعف الايمان. (رواه مسلم)
Artinya: “Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya apabila tidak mampu maka dengan lisannya dan apabila tidak mampu juga maka dengan hatinya dan yang demikian itu merupakan perwujudan iman yang paling lemah”. (HR. Muslim).

Menurut pendidikan Islam, konsep pendidikan masyarakat itu adalah usaha untuk meningkatkan mutu dan kebudayaan agar terhindar dari kebodohan. Usaha-usaha tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai macam kegiatan masyarakat seperti kegiatan keagamaan, pengajian/ ceramah keagamaan, sehingga diharapkan adanya rasa memiliki dari masyarakat akan dapat membawa suatu pembaharuan dimana masyarakat memiliki tanggung jawab terlebih-lebih untuk meningkatkan kwalitas pribadi dibidang Ilmu, ketrampilan, kepekaan perasaan dan kebijaksanan atau dengan perkataan lain peningkatan ketiga wawasan kognitif, afektif maupun psikomotor.11

C.    Peran Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah Dalam Pendidikan Islam
1.      Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam
Perintah untuk mendidik seorang anak agar selamat dari siksaan neraka pertamakali dibebankan kepada keluarga oleh Islam. Hal ini tampak dari firman Allah yang artinya; “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..”( Q.S. Al-Tahrim, 6), ayat ini mewajibkan kepada bangunan rumah tangga untuk mengajarkan suatu kebajikan bagi seorang anak.
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat, Oleh karena itu para sosiolog yakin, segala macam kebobrokan masyarakat merupakan akibat lemahnya institusi keluarga.
Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertunbuhan dan perkembangnnya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta, memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”.
Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan , pendidikan adan kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk megajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai kemampuan- kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagoi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter.
Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.Dalam pendidikan Islam agar anak menjadi pribadi yang shaleh, taat beragama perintah pertama Rasulullah adalah menyayangi sang anak, menampakkan wajah segirang kepada anak-anaknya. Sebagainya sabda Rasul, yang artinya “Ya Allah sayangilah keduanya, karena sesungguhnya aku menyayangi keduanya” (HR. Bukhari).
Hadits ini disabdakan oleh Rasulullah ketika beliau memangku usamah bin zaid lalu menudukkannya di atas paha beliau dan menudukkan hasan dipaha lainnya.[13]Menyayangi seorang anak berarti memenuhi semua kebutuhannya baik fisik maupun psikis (kebutuhan jiwa). Orang tua harus mampu mengenali kebutuhan kasih sayang seorang anak dan kebutuhan jiwa mereka baik pada masa kanak-kana atau remaja untuk dapat memberikan bimbingan sebagai bekal masa dewasanya.[14]
Selain diatas, diantara kewajiban kedua orang tua sebagai pendidikan di rumah tangga adalah:
a.       Membiasakan anak supaya mengingat keagungan dan nikmat Allah swt serta menunjukkan dalil-dalil agama.
b.      Menampakkan keteguhan sikap di hadapan anak dalam menghadapi berbagai bencana.
c.       Di dalam keluarga harus terjalin interaksi yang Islami, kondusif, suami-istri tidak tengkar.
d.      Menerapkan budaya yang Islami, seperti membaca al-qur’an, shalat berjamat dan sebagainya.
Ayah, ibu dan anggota keluarga adalah demikian penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi. Keluarga wajib berbuat sebagai ajang yang diperlukan sekolah dalam hal melanjutkan pemantapan sosialisasi kognitif. Demikian juga keluarga dapat berperan sebagai sarana pengembangan kawasan afektif dan psikomotor. Dalam keluarga diharapkan berlangsungnya pendidikan yang berfungsi pembentukan kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk keagamaan.[15]
Agar seorang keluarga lebih efektif didalam mendidik kepribadian seorang anak, maka melakukan proses nuclear family[16] ciri-ciri dari proses nuclear family adalah: 1. Berbentuk kelompok kecil (keluarga yang hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya). 2. Hubungan antar anggota keluarga sangat intim. 3 Bersifat face to face. 4 ada ikatan sosial dan emosional, sehingga masing-masing anggota memperlakukan anggota yang lain seperti tujuan, dan bukannya alat untuk mencapai tujuan. 5. Bersifat tetap. 6. Hubungan antara yang tuda dan yang muda tersusun dalam hirarkhi status tertentu. Keluarga yang demikian merupakan sistem jaringan interaksi antar pribadi, tempat menciptakan persahabatan, lahirnya rasa kecintaan, antaro anggota keluarg, terciptanya rasa aman, dan hubungan antar pribadi bersifat kontinu.

2.      Peran Masyarakat dalam Pendidikan Islam
Masyarakat sebagai kontrol sosial harus mampu memberikan contoh dan pegangan bagi anak muda yang lemah dalam pengetahuan agama, sosial dan sebagainya. Dan seandainya melihat orang lain melakukan kemungkaran maka hendaknya ia menegurnya.
Didalam pendidikan, masyarakat harus ikut serta dalam mencerdaskan generasi selanjutnya, baik melalui pendidikan di mushalla, penyelenggaraan ceramah atau membangun lembaga sekolah masyarakat. Sekolah masyarakat bisa didirikan berangkat dari asumsi bahwa masyarakat sebagai dasar dari pendidikan dan masyarakat sebagai pendidik (educative agent). Sifat sekolah masyarakat adalah; 1. Mengajarkan anak-anak untuk dapat mengembangkan dan menggunakan sumeber-sumber dari keadaan setempat. 2. Sekolah ini melayani keseluruhan masyarakat, tidak hanya anak-anak. Sehingga nantinya sesuatu yang tidak ada di sekolah formal masyarakat mampu menjelaskannya.
Pendidikan haruslah membuka jiwa manusia terhadap alam jagat dan Penciptanya, terhadap kehidupan dan benda hidup, dan terhadap bangsa-bangsa dan kebudayaan-kebudayaan yang lain. Islam tidak mengenal fanatisme, perbedaan kulit atau sosial, sebab di dalam Islam tidak ada rasialisme, tidak ada perbedaan antara manusia kecuali karena taqwa dan iman. Firman Allah swt:


Wahai manusia, Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa. (QS. Al-Hujurat: 13)

Jadi pendidikan Islam adalah pendidikan kemanusiaan yang berdiri di atas persaudaraan seiman (tidak ada beda antara orang Arab atau orang ‘Ajam kecuali karena taqwa). Pendidikan Islam adalah pendidikan universal yang diperuntukkan kepada umat manusia seluruhnya.[17]
Pendidikan Islam menginginkan adanya egalitereanisme baik dalam penyelenggaraannya, proses pembelajaran ataupun didalam menerima peserta didik. Didalam pendidkan Islam semua peserta didik sama kedudukannya kecuali taqwa disisi Allah. Masyarakat sebagai kelompok sosial harus mampu menjadi kontrol penyelenggaraan pendidikan di lembagai sekolah. Pendidikan menjadi entitas yang seakan tidak berdiri sendiri. Ia senantiasa berkelindan dan berdialektika dengan dengan konteks sosial masyarakat dan negara. Standart keberhasilan juga tidak akan pernah lepas dari kontribusi kongkrit pendidikan terhadap proyek kebudayaan dan perhelatan akbar sebuah peradaban.
Tidak heran apabila Ahmad Tafsir mengatakan bahwa sekolah adalah miniatur masyarakat atau masyarakat dalam bentuk mini. Jika orang ingin meneropong masyarakat teroponglah sekolahnya. Bila sekolah penuh disiplin, maka masyarakatnya tak jauh beda, dan jika sekolah penuh dengan penipuan, maka penipuan itu juga terjadi dalam masyarakat.[18] Lembaga pendidikan dalam kontek ini seakan menjadi cermin dari sebuah kehidupan masyarakat. Ketika sekolah sudah acuh dengan orang miskin, kaum difabel, maka dapat disimpulkan masyaraktnyapun lebih parah.
Akan tetapi pendidikan Islam menginginkan masyarakat menjadi kontrol terhap penyelenggaraan pendidikan, apakah yang dipraktikkan di sekolah masih sesuai dengan ajarang Islam, jiwa kemanusiaan, dan konsep Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur.
Pendidikan Islam memandang bahwa masyarakat muslim itu satu ikatan dan satu kehidupan. Ini didasarkan pada hadis Rasulullah yang artinya:“engkau melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai dan menyayanginya seperti satu tubuh; jika salah satu anggotanya terserang penyakit maka seluruh tubuh akan tidak dapat tidun dan merasa deman[19]
Hadits ini mengabarkan kepada sesama umat muslim untuk saling membantu. Implikasi edukatifnya mewajibkan masyarakan untuk membantu saudara seagama yang miskin agar bisa mengenyam pendidikan juga. Bukan sebaliknya, malah melecehka mereka dan memandang mereka sebelah mata.
Disamping sabda Rasul, Allah berfirman di dalam al-qur’an: “… dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (Q.S al-Maidah: 2)
Berdasarkan ayat di atas, pendidikan Islam hendak mengenyampingkan rasa egois dan acuh terhadap kaum lemah. Pendidikan bukan hanya milik mereka yang kaya, yang ber IQ tinggi melainkan juga milik segenap manusia. Konsep pendidiakan Islam selanjutanya adalah tolong menologn antara sesama manusia. Mereka yang terpuruk pendidikan lantaran persoalan ekonomi harus diangkis bareng-bareng oleh masyarakat yang lebih mampu. Sesuai dengan ayat di atas pendidikan Islam hanya mengajarkan kebaikan kepada semua manusia tanpa memandang status sosial.
Konsep keterbukaan dan humanisasi dalam pendidikan Islam senada dengan nafas sosiologi profetik. Sosiologi profetik senapas dengan kecenderungan ilmu sosial kritis yang memberi pemihakan pada transformasi sosial dan pemberdayaan masyarakat. Transformasi dan humanisme teosentrisme yang mengangkat kembali martabat manusia. Dengan cara ini, manusia memusatkan perhatian pada Tuhan, tetapi tujuannya untuk kepentingan manusia.[20] Humanisasi diperlukan karena masyaraka sedang berada dalam tiga keadaan akut, yaitu dehumanisasi (obyektivasi teknologis, ekonomis, budaya, dan negara), agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas), dan loneliness (privatisasi, individualisasi).[21]
Kebiasaan hidup sendiri, kapitalisme pendidikan, kriminalitas sudah menjangkit lembaga pendidikan. Banyak lembaga pendidikan yang membuka jurasan baru dan menaikkan biaya pendidikan hanya menuruti kepentingan pasar dan ekonomi. Pendidikan Islam sangat membenci praktik seperti itu, masyarakat diharapkan mampu menjadi kontrol yang kuat terhadap lembaga pendidikan. Dalam proses penyadaran para praktisi pendidikan, masyarakat dapat membuka ruang dialekatika dengan mereka. Selain itu, jika terbuka oknum pendidikan sudah melupakan ajaran Islan, kemanusiaan maka harus disangsi secara moral sebagai cambukan agar tidak diulangi dan teruskan.

3.       Peran Sekolah Dalam Pendidikan Islam
Hasan Langgulung memandang bahwa pendidikan dewasa ini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Untuk itu, ia menawarkan bahwa tindakan yang perlu diambil ialah dengan memformat kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih integralistik dan bersifat universal. Hasan Langgulung menjabarkan beberapa aspek yang termasuk dalam dasar-dasar pokok pendidikan Islam, yaitu:
a.      Keutuhan (syumuliyah)
Pendidikan Islam haruslah bersifat utuh, artinya memperhatikan segala aspek manusia: badan, jiwa, akal dan rohnya. Pendidikan dalam rangka pengembangan SDM, ditemukan al-Qur.an, menghadapi peserta didiknya dengan seluruh totalitas unsur-unsurnya. Al-Qur.an tidak memisahkan unsur jasmani dan rohani tetapi merangkaikan pembinaan jiwa dan pembinaan akal, sekaligus tidak mengabaikan jasmaninya. Karena itu, seringkali ditemukan uraian-uraiannya disajikan dengan argumentasi logika, disertai sentuhan-sentuhan kepada kalbu. Hal ini merupakan salah satu prinsip utama dalam pengembangan kualitas.
Diharapkan dengan melaksanakan prinsip ini, bukan hanya kesucian jiwa yang diperoleh, tetapi juga pengetahuan yang merangsang kepada daya cipta, karena daya ini dapat lahir dari penyajian materi secara rasional, serta rangsangan pertanyaan-pertanyaan melalui diskusi timbal balik.[22]
b.      Kesinambungan / Keseimbangan
Pendidikan Islam haruslah bersifat kesinambungan dan tidak terpisah-pisah dengan memperhatikan aspek-aspek berikut: 1) Sistem pendidikan itu perlu memberi peluang belajar pada tiap tingkat umur, tingkat persekolahan dan setiap suasana. Dalam Islam tidak boleh ada halangan dari segi umur, pekerjaan, kedudukan, dan lain-lain. 2) Sistem pendidikan Islam itu selalu memperbaharui diri atau dinamis dengan perubahan yang terjadi. Sayyidina Ali r.a. pernah memberikan nasehat: .Ajarkan anak-anakmu ilmu lain dari yang kamu pelajari, sebab mereka diciptakan bagi zaman bukan zamanmu..
c.       Keaslian
Pendidikan Islam haruslah orisinil berdasarkan ajaran Islam seperti yang disimpulkan berikut ini: 1) Pendidikan Islam harus mengambil komponen-komponen, tujuan-tujuan, materi dan metode dalam kurikulumnya dari peninggalan Islam sendiri sebelum ia menyempurnakannya dengan unsur-unsur dari peradaban lain. 2) Haruslah memberi prioritas kepada pendidikan kerohanian yang diajarkan oleh Islam. 3) Pendidikan kerohanian Islam sejati menghendaki agar kita menguasai bahasa Arab, yaitu bahasa al-Qur.an dan Sunnah. 4) Keaslian ini menghendaki juga pengajaran sains dan seni modern dalam suasana perkembangan dimana yang menjadi pedoman adalah aqidah Islam.
d.      Bersifat Ilmiah
Pendidikan Islam haruslah memandang sains dan teknologi sebagai komponen terpenting dari peradaban modern, dan mempelajari sains dan teknologi itu merupakan suatu keniscayaan yang mendesak bagi dunia Islam jika tidak mau ketinggalan .kereta api.. Selanjutnya memberi perhatian khusus ke berbagai sains dan teknik modern dalam kurikulum dan berbagai aktivitas pendidikan, hanya ia harus sejalan dengan semangat Islam.
e.       Bersifat Praktikal
Kurikulum pendidikan Islam tidak hanya bisa bicara secara teoritis saja, namun ia harus bisa dipraktekkan. Karena ilmu tak akan berhasil jika tidak dipraktekkan atau realita. Pendidikan Islam hendaknya memperhitungkan bahwa kerja itu adalah komponen terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Kerja itu dianggap ibadah. Jadi pendidikan Islam itu membentuk manusia yang beriman kepada ajaran Islam, melaksanakan dan membelanya, dan agar ia membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi dan individu yang aktif di masyarakat
BAB III
KESIMPULAN


Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
1.      Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi anggotanya. Masyarakat adalah  kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama dan sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau “murid”) di bawah pengawasan guru
2.      Konsepsi tripusat pendidikan mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan sekolah
3.      Peningkatan kontribusi dalam perannya masing masing, Keluarga, sekolah, dan masyarakat terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkan pula keserasian kontribusi ini, serta kerjasama yang erat dan harmonis antar ketiga pusat pendidikan anak tersebut. Berbagai upaya harus dilakukan, program pendidikan dari setiap unsur sumber pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat diharapkan dapat saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan yang lainnya. Dengan masing masing peran yang dilakukan dengan baik oleh keluarga, sekolah maupun masyarakat dalam pendidikan, yang saling memperkuat dan saling melengkapi antara ketiga pusat itu, akan memberi peluang besar mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu dan insan shaleh




DAFTAR PUSTAKA

Adurrahman an-Nawawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam: Dalam Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat,(Bandung: CV. Dipenogoro,1989) cet. Pertama
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2004) , Cet, Kedua
Abd. Rachman Assegaf, Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi, dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I
Diktat Kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang diampuh oleh H. Maragustam Siregar, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:Grasindo,2007)
Heri Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam  (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1999)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah, jam, 08:00 tanggal 15 Juni 2012
Imam Barnadib, Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, (Yogyakarta:Penerbit Andi Offiset, 1983)
Kitab B. Marom yang dikutib oleh Zuhairi, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1992)
Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Nur Cahaya,1985)
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Aksara Baru,1980)
Musthafa. Fahri, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Bulan Bintang), jilid I
M. Quraish Shihab, .Prinsip-prinsip Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pandangan Islam., dalam Majalah Triwulan Mimbar Ilmiah, Universitas Islam Djakarta, Tahun IV No. 13, Januari 1994
Kuntowijoyom, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, (Bandugn: Mizan, 1991)
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transsindental, (Bandung: Mizan, 2001)
Pengantar editor pada Tim Peneliti, Potret Ujian Nasional di Indonesia: Antara Harapan dan Realita, (Yogyakarta:Program DPP Fak. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,2009)
Shahih Bukharim Vol.IV, p. 37, al-Mathba’ah al-Ustsmaniyah, Mesir, 1351 H
Soerjono Soekanro, Sosiologi Keluarga: Tantangan Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak, (Jakarta:PT Rineka Cipta,1992), Cet, kedua
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan,(Surabaya,Usaha Nasional, 2003)
Undang – Undang RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang Sisdiknas, (Jakarta:Depag,2006)


[1]Undang – Undang RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang Sisdiknas, (Jakarta:Depag,2006), hlm.46
[2]Pengantar editor pada Tim Peneliti, Potret Ujian Nasional di Indonesia: Antara Harapan dan Realita, (Yogyakarta:Program DPP Fak. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,2009), hlm. vii.
[3]Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:Grasindo,2007), hlm.  312
[4]Immanuel Kant, L’arte Di Educare, 2001, hlm. 312
[5]Abd. Rachman Assegaf, Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi, dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I, hlm. 8-9
[6]Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan,(Surabaya,Usaha Nasional, 2003), hlm. 13
[7]Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Nur Cahaya,1985), hlm. 10
[8]Diktat Kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang diampuh oleh H. Maragustam Siregar, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010, hlm. 154
[9]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2004) , Cet, Kedua, hlm. 108
[10]Soerjono Soekanro, Sosiologi Keluarga: Tantangan Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak, (Jakarta:PT Rineka Cipta,1992), Cet, kedua, hlm. 6-7
[11]Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Aksara Baru,1980), hlm. 149-152
[12]http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah, jam, 08:00 tanggal 15 Juni 2012
7Heri Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam  (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1999), hlm. 86-88
8Kitab B. Marom yang dikutib oleh Zuhairi, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), hlm. 177
9 Tim Dosen IAIN Malang, Dasar-dasar Kependidikan (Surabaya:Karya Aditama,1996), 202
10 Zuhairi,dkk, Filsafat Pendidikan, hlm. 179
11Tim Dosen IAIN Malang, Dasar-dasar Kependidikan ,….. hlm. 218
[13]Adurrahman an-Nawawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam: Dalam Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat,(Bandung: CV. Dipenogoro,1989) cet. Pertama, hlm. 201
[14]Musthafa. Fahri, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Bulan Bintang), jilid I. hlm, 54-66
[15]Imam Barnadib, Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, (Yogyakarta:Penerbit Andi Offiset, 1983), hlm. 129-130
[16]Proses bimbingan individu ke dalam dunia sosial disebut sosialisasi. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya, agai ia menjadi anggota masyarkat yang baik. Sosialisasi dianggap sama dengan pendidikan. Oleh karena itu, sosialisasi adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi, individu belajar tingkah laku, kebiasaan, serta pola-polakebudayaan lainnyaseperti keterampilan sosial yang mencakup berbahasa, berpakaian, bergaul, cara makan,dan sebagainya. Secara sadar, apa yang dipelajari oleh orang tua, saudara-saudara, anggota keluarga lainnya, dan di skolah yang diajarkan oleh guru merupakan proses sosialisasi. Dengan tidak sadar, ia belajar dengan mendapatkan informasi secara insidental dengan berbagai situasi, seperti sambil mengamati orang lai, membaca buku, menonton tv, mendengar percakapan orang lai, dan sebagainya. Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam interkasi individu dengan lingkungannya. S. Nasution,Sosiologi Pendidika, (Jakarta:Bumi Aksara, 1999), hlm. 126
[17]Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, ….., hlm. 176-179
[18]Ahmad Tafsir, Filsafat pendidikan, (Bandung, Rosda Karya, 1992), Lihat juga Agus salim Dkk, Indonesia Belajarlah (Yogyakarta, Tiara Wacana; 2007 ) memetakan secara lebih tegas ihwal peran pendidikan sebagai penguatan basis negara, pendidikan sebagai penguatan basis masyarakat, pendidikan sebagai penguatan basis agama, pendidikan sebagai penguatan basis ekonomi dan budaya
[19]Shahih Bukharim Vol.IV, p. 37, al-Mathba’ah al-Ustsmaniyah, Mesir, 1351 H
[20]Kuntowijoyom, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, (Bandugn: Mizan, 1991), hlm. 228-230
[21]Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transsindental, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 366-369
[22]M. Quraish Shihab, .Prinsip-prinsip Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pandangan Islam., dalam Majalah Triwulan Mimbar Ilmiah, Universitas Islam Djakarta, Tahun IV No. 13, Januari 1994, hlm. 5

Komentar

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Religius Pendidikan

PARADIGMA PENDIDIKAN

Teknik-teknik supervisi pendidikan