Beberapa Petunjuk Membantu Guru


BAB  I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Maju tidaknya sebuah bangsa ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan pada bangsa tersebut. Pendidikan adalah penentu sebuah bangsa menjadi maju, berkembang, dan berkualitas. Bangsa yang berkualitas adalah bangsa yang didalamnya manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas,  kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan yang dapat menjadikan bangsa yang berkualitas dan berakhlak karimah tidak dapat dilepaskan dari peran  serta seorang guru sebagai pemegang kunci keberhasilan sebuah pendidikan.[1]
Menjadi seorang guru ternyata tak sekedar berdiri di depan kelas, menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan jadwal mengajarnya. Pun tak sekedar pula mengejar target sertifikasi dan menjadi sosok yang pantas untuk di tiru dan di gugu. Guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mentranformasikan pengetahuan dan pengalamannya, memberikan ketauladanan, tetapi juga  diharapkan mampu menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlak yang baik.[2]
Menurut Djamarah bahwa seorang guru yang memiliki kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik.[3] Lebih jauh ia mengatakan bahwa sebagai pendidik, guru senantiasa meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.
Guru sebagai garda terdepan pendidikan tentu harus bekerja keras untuk menghasilkan dan membawa anak didik kepada gerbang kesuksesan dan keberhasilan.[4] Sehingga guru harus dituntut menjadi seorang yang professional. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Wardiman Djoyonegoro sebagaimana dikutip E. Mulyasa bahwa ada tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan yakni sarana gedung, buku yang berkualitas serta guru dan tenaga kependidikan yang professional.[5]
Akan tetapi, dalam realitasnya tak jarang kita jumpai guru dalam menjalani profesinya hanya sebatas terpenuhinya kewajiban  mengajar saja.[6]
Guru hidup dalam situasi yang selalu berubah. Pribadi manusia adalah keunikan yang sukar diduga. Sering terjadi faktor manusia yaitu ketidak mampuan manusia yang sebenarnya ia sadar bahwa sesuatu yang baik itu dapat ia kerjakan, tetapi justru yang ia inginkan itu tidak ia kerjakan tetapi kelemahan yang tidak ia inginkan itulah yang sering ia kerjakan. Semua guru mau memperbaiki profesi mengajarnya, tetapi seolah-olah ia mengalami banyak problema pribadi, problem jabatan dan problem-problem yang lain.
Untuk itulah diperlukan beberapa petunjuk untuk membantu guru dalam mengatasi problem-problemnya.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Jenis problema apa saja yang sering ditemukan supervisor?
2.      Petunjuk atau bantuan  apa yang akan diberikan oleh supervisor ?
C.    TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Untuk mengetahui problem guru  yang sering ditemukan supervisor
2.      Untuk memberi  petunjuk atau bantuan bagi guru yang mengalami problem dalam supervisi
BAB  II
PEMBAHASAN
A. Problema Guru dan Pemecahannya
Secara umum supervisi pendidikan merupakan proses pemberian bantuan untuk peningkatan mutu pendidikan. Supervisi biasanya juga diikuti pengawasan yang berarti pembinaan. Menurut Piet. A Sahertian peran seorang supervisor yaitu membantu (Assisting), dorongan (Supporting), dan mengikutsertakan (Sharing).[7]
Begitu pula Hendiyat Soetopo menyebutkan bahwa kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting yaitu sebagai berikut: Pertama, peran pembimbingan yaitu membimbing guru agar dapat memahami secara lebih jelas masalah atau persoalan-persoalan dan kebutuhan murid serta membantu guru dalam mengatasi persoalan, memberikan bimbingan yang bijaksana terhadap guru baru dengan sifat materinya. Kedua, peran memberi bantuan, yaitu membantu guru dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar, membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang sesuai dengan sifat materinya, membantu guru memperkaya pengalaman belajar sehingga suasana pengajaran bisa menggembirakan anak didik, dan membantu guru mengerti makna dari alat-alat pelajaran.[8]
Senada dengan itu, Made Pidarta menyatakan bahwa tanggungjawab supervisor yaitu mengorganisasi dan membina guru, diantaranya yaitu memotivasi guru, membangun hubungan yang harmonis dengan guru, mengembangkan profesi guru, memberi fasilitas dan kesempatan bagi guru agar kinerjanya meningkat.[9]
Oleh sebab itu, yang dibahas dalam bab ini adalah problema apa  yang ditemukan / diharapkan dalam pelayanan supervisor dan bagaimana teknik supervisi yang digunakan untuk memecahkan problema tersebut.
1.      Membantu Guru Yang Belum Berpengalaman/pemula.
Dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2010 yang dimaksud guru pemula adalah guru yang baru pertama kali ditugaskan melaksanakan proses pembelajaran/bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat[10].
Kebanyakan guru pemula belum berpengalaman. Hal ini merupakan tantangan bagi supervisor:
a.    Ciri-cirinya :  Pemalu, canggung dalam pergaulan dengan teman sejawat, tidak merasa aman dalam melaksanakan tugas.
b.      Apa yang mereka harapkan ?
Mereka perlu pelayanan dan pendekatan dari orang yang lebih berpengalaman.
c.       Bantuan yang dapat diberikan kepada guru tersebut antara lain :
-        Membantu memecahkan problema yang dihadapi dalam mengajar   dan merencanakan tugas-tugasnya.
-        Membantu mereka untuk mengenal murid-murid dan dapat mengidentifikasikan diri dengan murid. Identifikasi ini sering keliru. Sering guru baru menyangka mengidentifikasi dengan murid berarti bergaul seperti teman murid dan berelaku sebagai murid. Identifikasi seperti ini mengakibatkan pribadi guru lebur dan hilanglah wibawanya. Dilain pihak guru mencoba mengidentifikasikan diri sebagai pemimpin tiruan yang mengakibatkan ia bersikap sombong dan dibuat-buat.
-        Mengantarkan guru baru ke dalam suasana pergaulan antar guru.
d.  Tehnik yang paling tepat adalah : Program orientasi percakapan pribadi, atau mengikut sertakan dalam panitia kerja atau kelompok diskusi. Bimbingan dan pengarahan yang tepat akan sangat membantu pertumbuhan guru baru.[11]
2.      Membantu Guru-guru yang bersedia membantu guru yang tidak hadir.
Salah satu masalah yang sering dihadapi kepala sekolah adalah masalah guru yang tidak hadir pada jam pelajaran yang ditentukan. Sekarang ini biasanya sebab-sebab ketidak hadiran itu bermacam-macam misalnya karena sakit, halangan-halangan dirumah tangga, tugas-tugas tambahan diluar sekolah, cuti hamil dan sebagainya.
Dalam hal ini harus ada kesediaan dan kerelaan dari rekan guru lain untuk mengisi kekosongan itu. Sistem yang sering dipakai adalah sistem piket. Tetapi yang terpenting dalam hal ini ialah penciptaan sekolah yang menyenangkan dimana semua guru merasa saling membantu, tidak ada masalah mengenai waktu-waktu yang kosong.
3.      Membantu Guru-guru yang bekerja kurang efektif.
a.       Sebagaimana manusia biasa tentunya guru mempunyai kelemahan-kelemahan sendiri. Guru yang mempunyai kelemahan biasanya menutup kelemahannya bila ia bersifat introfet. Tetapi ada juga yang menutupi kelemahan dirinya dengan mengadakan manipulasi tingkah laku, misalnya menarik perhatian orang lain dan bertindak yang menyimpang. Itu terletak pada latihan kebiasaan dan disiplin yang kurang. Ada juga yang karena ia sendiri kurang pandai waktu belajar di pendidikan guru, kurang cakap mengajar, acuh tak acuh dalam membuat persiapan dan perencanaan tugas-tugas. Mungkin juga oleh karena sukar untuk menyesuaikan diri dirumah atau di masyarakat. Ada pula sebab-sebab yang bersumber pada emosi misalnya ketakutan akan kegagalan, merasa tidak aman, tertekan dalam pekerjaan atau terlalu banyak diberi tugas tambahan, terlalu mementingkan diri sendiri.
b.      Apa yang mereka harapkan. Semua reaksi jiwa yang tersebut diatas bersumber dari kebutuhan yang tak terpenuhi. Oleh sebab itu harapan untuk memenuhi kebutuhan itu adalah suatu permulaan yang berhasil dari perjalanan seorang supervisor.
c.       Bantuan yang dapat diberikan. Sifat tendensi manusia adalah selalu mengadakan rasionalisasi kelemahan dirinya. Oleh karena itu percakapan pribadi dapat membantu guru akan mengenal dirinya sendiri adalah suatu cara yang efektif. Ketrampilan supervisor untuk menganalisa kasus-kasus kelemahan guru berdasarkan data obyektif. Beradasarkan data obyektif itu guru dapat melihat dirinya sendiri dalam konteks relasi dengan orang lain.

Hindarkan Praktik-praktik tradisional misalnya :
a.       Memberi rekomendasi agar guru itu dipindahkan
b.      Memberi rekomendasi untuk mengurangi tugas-tugas pada waktu berikutnya.
c.       Memberi rekomendasi agar guru tersebut mencari pekerjaan lain
d.      Menghentikan usul-usul kenaikan pangkat atau memotong gaji dan sebagainya.
Metode yang terbaik untuk membantu guru-guru demikian ialah meletakkan hubungan kemanusiaan yang baik, dimana ada saling pecaya, saling mengakui, saling menghargai dan saling dapat bekerja sama. Dalam percakapan pribadi, supervisor dapat menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri. Orang harus dilatih untuk melihat self concept, konsep tentang dirinya sendiri, ide tentang dirinya.
Tugas supervisor adalah memberi kebebasan agar guru dapat menemukan dirinya sendiri, selain itu saling bekerja sama, saling membantu adalah cara yang diperlukan oleh para guru. Keberanian untuk menerima kenyataan sebagai adanya, adalah permulaan dari segala usaha perbaikan, disamping percakapan, pribadi, diskusi bersama, maka intersivitation juga merupakan salah satu tehnik yang dapat dilaksanakan bagi mereka yang sukar melihat kekurangan dirinya biasanya dapat belajar dari orang lain, orang yang lebih dari dirinya  sendiri.
4.      Membantu guru yang superior.
a. Siapakah guru-guru superior itu?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia superior diartikan sebagai orang atasan, pemimpin.[12] Sedangkan peter Salim menyatakan bahwa superior bermakna orang yang terbaik, tertinggi, teratas dan sebagainya dibandingkan orang lain.[13]
Lalu siapakah guru superior itu? Pertama, guru-guru yang sangat berhasil dalam belajarnya karena menggunakan cara-cara mengajar yang sesuai dengan kepribadiannya. Kedua, guru-guru yang menggunakan cara-cara  yang bermacam-macam secara baik atau berhasil.
Biasanya guru-guru yang berhasil baik ini dipilih sebagai contoh untuk ditiru. Dengan demikian mereka merasa superior.
b. Apakah guru-guru superior ini perlu mendapatkan penghagaan ?.
Sudah barang tentu/selayaknya penghargaan itu perlu tetapi hendaknya jangan secara langsung agar tidak merasa dipuji secara berlebih-lebihan atau ditonjolkan, sebagai model dari pekerjaan yang baik.
Ada juga cara lain yaitu memberi hadiah atau penghargaan khusus, misalnya memberi tambahan gaji extra. Untuk menghilangkan rasa iri ada baiknya hal itu dilakukan secara kooperatif, yaitu guru-guru ikut menilai dan memilih guru mana yang layak diberi penghargaan sebagai guru teladan.
c. Kunjungan kepada guru-guru yang superior akan sangat bernilai.
Keuntungannya ialah: Bahwa mereka merasa diperhatikan, dihargai, menghilangkan prasangka bahwa supervisor hanya mengunjungi guru-guru yang kurang mampu dan lebih dari itu kunjungan itu sendiri menjadi dorongan bagi mereka untuk lebih maju lagi. Supervisor sendiri dapat belajar dari guru-guru yang superior itu.
5.      Membantu guru-guru yang mempunyai kelemahan pribadi.
Salah satu sebab penting dari kelemahan mengajar adalah  kelemahan pada pribadi guru. Manifestasi kelemahan itu nampak pada :
a.       Gangguan suara pada saat berkata-kata misalnya menelan kata-kata, waktu bicara kurang jelas, suara yang terlalu lemah, terlalu cepat berbicara, kurang menguasai perbendaharaan kata-kata yang lancar, suka mengeluh dan suka marah-marah.
b.      Gangguan dalam gaya lahiriah dan inti pribadi misalnya  berpakaian terlalu menyolok dan bersolek berlebih-lebihan atau sebaliknya pakaian kurang rapi, ekspresi muka tidak pernah berubah-ubah, bau badan yang kurang enak, terlalu cerewet.
c.       Gangguan watak dan pribadi, misalnya lekas tersinggung, terlalu peka, tak percaya, selalu salah pengertian, ketakutan yang berlebih-lebihan, kurang tenang secara emosional.
Bagaimana cara menolong guru-guru yang tersebut diatas. Jangan sekali-kali membandingkan dengan guru-guru lain .[14]
1.      Kunjungan ke kelas oleh supervisor dapat menolong melihat kelemahan dirinya sendiri.
2.      Kerap kali berdiskusi secara berterus terang adalah cara pendekatan yang lebih baik, tapi supervisor harus yakin akan gangguan tersebut.
3.      Tape-recorder atau alat bantu lain sangat berguna untuk membantu  guru-guru untuk mengamati kelemahan-kelemahan mereka sendiri.
Tugas supervisor dalam hal ini adalah selalu belajar mengenal pribadi dari seluruh guru agar dapat memberikan diagnose dan pembinaan tentang pribadi guru-gurunya dengan cara yang simpatik dan untuk itu supervisor harus banyak mengadakan observasi kelas, berbicara dengan guru-guru dengan murid, atau mendengar keluhan-keluhan para orang tua. Oleh karena guru-guru secara individual berbeda-beda baik mengenai temperamen dan emosinya, maka supervisor selalu menyesuaikan dirinya dengan kepribadian guru dan waktu mengadakan observaasi terhadap guru terutama mengenai hal menilai dan mendiskusikan kelemahan-kelemahan mereka.
6.      Membantu guru-guru yang kurang rajin.
Sering guru-guru menunjukkan tanda-tanda kemalasan. Ada bermacam-macam sebab yang mempengaruhi.
a. Karena sikap Kepala sekolah :
    -  Tidak ada penghargaan dari kepala sekolah terhadap pekerjaannya
    -  Tidak diikutsertakan dalam segala kegiatan disekolah
    -  Tiadak ada kepercayaan dari pimpinan sekolah
    -  Tidak mendapat perlakuan yang layak dalam hal promosi.
b. Karena sikap dari guru sendiri.
Sikap ini dipengaruhi oleh karena berbagai masalah pribadi atau masalah keluarga yang memberikan beban berat, biasanya masalah ekonomi rumah tangga yang turut mempengaruhinya.
Ciri-cirinya adalah :
1.         Tidak tertarik pada hal-hal yang baru dalam bidang pendidikan
2.         Mudah sekali mengeluh
3.         Tidak pernah membuat catatan persiapan mengajar
4.         Tidak pernah mengoreksi pekerjaan murid
5.         Menghindari bekerja sama dengan orang lain
6.         Cepat-cepat pulang setelah pelajaran.
Bantuan yang diberikan adalah :
1.         Memberi tanggung jawab kepada guru-guru
2.         Memberi kesempatan untuk menghayati motivasi dan stimulasi
3.         Mengikut-sertakan dalam panitia-panitia kerja.
 7. Membantu guru-guru yang kurang bergairah / pudar.
      Ciri-cirinya :
a.       Jarang terseyum
b.      Kurang humor
c.       Kurang ramah tamah
d.      Kurang bergaul dengan orang lain
e.       Dan seterusnya.
Apakah yang  diperbuat untuk membantu mereka ?
a.       Dibawa dalam suasana kegiatan terus menerus
b.      Memberi penjelasan dan informasi tentang kebijakan sekolah
c.       Bila terjadi diskusi harus diambil kesimpulan agar tidak berlarut-larut.

8.  Membantu guru-guru yang kurang demokratis.
     Ciri-cirinya :
a.       Menolak tanggung jawab bersama
b.      Kurang senang pada orang yang bebas mengeluarkan pendapat
c.       Mengajar hanya bersifat memberitahukan dan rutin
d.      Terhadap pimpinan hanya meminta untuk menyetujui pendapatnya saja.
Apa yang harus dilakukan kepala sekolah ?
a.       Mengikut sertakan dalam penyusunan program kerja sekolah
b.      Menghargai pendapat para guru dan staf
c.       Mengajak mereka memecahkan masalah-masalah di sekolah
9. Membantu guru-guru yang selalu menentang.
Ada guru-guru yang selalu tidak setuju dan menentang ide dan kebijakan kepala    sekolah, baik secara langsung atau tidak langsung. Pertentangan  semacam ini disebabkan banyak hal. Kadang ada benarnya bila seorang guru tidak setuju dengan ide dan kebijakan kepala sekolah, hanya cara menyampaikan  pendapatnya yang kadang salah dan tidak wajar.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah yang berfungsi sebagai supervisor harus bertanya kepada dirinya, apakah guru-guru selalu tidak setuju dengan ide dan kebijakannya baik secara langsung atau tudak langsung. Menyadari akan dirinya sendiri kepala sekolah berusaha*untuk mengatasi masalah tersebut diatas :
a.       Menciptakan hubungan kerjasama dengan guru-guru tersebut dalam segala kegitan sekolah.
b.      Menciptakan suasana kerja sehingga orang merasa bahwa ia ikut menyumbangkan usaha kearah perbaikan.
c.       Mengakui bahwa diluar diri ada orang lain yang ingin bekerja dan mau membantu.
10. Membantu guru-guru yang terlalu lama bekerja rutin.
Kebanyakan guru yang sudah lama bekerja sudah merasa puas dengan pengalaman yang diperolehnya dan ini dianggap sebagai kelebihan. Manifestasi dari sikap ini ialah merasa dan selalu merasa “sudah cukup” dengan apa yang dikerjakan setiap hari walaupun cara itu sudah tidak sesuai lagi dengan zamannya.
Tidak ada usaha kearah perbaikan, ia berpendapat bahwa*masa kerjanya sudah mendekati selesai/akan pensiun. Selain itu mereka sering bersikap  sinis terhadap suatu perubahan, kurang terbuka dan sensitip terhadap perubahan-perubahan yang ada disekolah. Hal-hal semacam inilah yang akan mengahalangi kemajuan dan peningkatan mutu pelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu cara menatar guru-guru harus diubah agar dalam penataran itu guru merasa bahwa ia mengalami  perubahan tingkah laku atau ia merasa bahwa ia mendapatkan sesuatu untuk pertumbuhan profesinya.
11. Membantu guru-guru yang menghadapi keruwetan dalam masalah disiplin.
 Ada guru-guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan disiplin kelas, sehingga sebagian besar dari waktunya digunakan untuk memikirkan masalah disiplin murid. Akhirnya anak-anak menjadi jemu dengan keadaan itu dan mereka menentang. Guru-guru dalam mengatasi keadaan ini biasanya memarahi atau mengata-ngatai tidak sopan, kurang tau aturan atau dengan membanding-bandingkan dengan kelas-kelas sebelumnya. Pelajaran dimulai dengan pidato marah-marah dan kerap kali diakhiri dengan marah-marah pula. Keadan semacam ini hanya bias diatasi dengan mencari akar sebabnya. Umumnya hal semacam ini di karenakan guru kurang memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi dan mengkomunikasikan pengalaman belajar murid. Atau guru sendiri mempunyai masalah pribadi. Disiplin dalam arti ini berarti taat. Dan ketaatan adalah akar dari hubungan pengaruh guru atau kewibawaan. Jadi guru yang mengalami kesulitan dalam masalah  disiplin adalah guru yang mengalami kehilangan kepercayaan dan kewibawaan.
Dalam hal ini  guru  perlu dibantu dengan cara mengembalikan kepercayaan dan kewibawaan pada dirinya sendiri. Caranya ialah memberi tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu dengan bimbingan dan pembinaan yang bijaksana. Atau juga bisa melalui training, workshop, penataran, dinamika kelompok, sehingga ia mau berinteraksi dengan orang lain dan akhirnya bisa belajar berkarya.
B. Analisis
Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 dijelaskan bahwa Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan. Kemudian dijelaskan juga bahwa supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi[15].
Peraturan di atas merupakan landasan yang kuat yang bisa dijadikan pegangan oleh supervisor untuk melakukan kegiatan supervisinya. Hal ini diperkuat oleh semangat guru untuk menjadi pendidik yang professional di bidangnya. Sehingga kegiatan supervisi adalah merupakan agenda rutin yang harus dilakukan oleh seorang supervisor.
Dalam pengertian supervisi pembelajaran modern Neagley dan Evans menegaskan bahwa supervisi adalah untuk melayani dan membatu guru dalam hal; pengembangan pembelajaran, dan kurikulum[16].
Namun nampaknya supervisor masih banyak yang mengikuti pola lama dengan banyak melakukan koreksi atau mencari kesalahan guru. Padahal tidak semua guru melakukan kesalahan, melainkan ada guru yang perlu diberi dorongan dan penguatan agar ia terus berkembang dan bukan dihambat. Jika perlu mereka hendaknya diberikan kesempatan melakukan supervisi sesama teman guru, atau dalam istilah supervisi adalah supervisi kolegial atau supervisi kesejawatan.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, para supervisor kurang aktif melakukan supervisi secara teratur dan berkesinambungan. Padahal supervisor yang bersangkutan tetap punya tanggung jawab moral membina guru di sekolah tersebut. Apalagi dalam aturan, mereka diwajibkan melakukan supervisi awal (masa permulaan belajar), tengah (proses pembelajaran), dan akhir (evaluasi). Tambahan lagi, supervisor (pengawas) ada yang tidak memiliki latar belakang guru. Realitas ini menambah semakin tidak berbobotnya kualitas pelaku-pelaku pendidikan yang akhirnya membias pada rendahnya kualitas prestasi siswa di sekolah. Hal ini diperparah dengan adanya guru yang tidak siap untuk disupervisi atau bahkan tidak mengetahui bila dirinya mempunyai problem.
Dalam menyikapi hal tersebut sebenarnya pembinaan itu bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan, workshop, mengoptimalkan KKG maupun MGMP, ataupun melalui pendekatan-pendekatan yang telah dipaparkan di muka sehingga guru akan benar-benar berada dalam rel yang diharapkan sehingga juga akan berimbas pada kualitas pendidikan.
Untuk itu diharapkan adanya kesadaran internal supervisor, agar dapat memacu diri untuk meningkatkan peran supervisi yang lebih baik terutama supervisi pembelajaran yang sangat diperlukan oleh seorang guru, baik dalam memberikan pembinaan, bantuan, ketrampilan maupun penguatan dalam melaksanakan seluruh rangkaian proses belajar mengajar yang lebih baik, yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa.
Begitu juga dengan guru harus tetap memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan profesinya dengan baik, tanpa harus banyak berharap bantuan dan layanan dari pengawas. Artinya guru mutlak memiliki kepribadian yang kuat untuk meningkatkan kualitas profesionalismenya.



BAB  III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Setidaknya ada empat pendekatan yang dilakukan oleh supervisor dalam melakukan tugasnya yakni: pendekatan humanistik, pendekatan kompetensi, pendekatan klinis dan pendekatan professional.
2.      Bahwa dalam melaksanakan tugasnya ternyata  guru sering mengalami problem- problem yang sangat bervariasi satu dengan lainnya.
3.      Sering seorang guru tidak mengerti dan tidak tahu kalau mereka sebenarnya  punya  problem, sehingga diperlukan pihak lain untuk menunjukkan  dan bahkan membantu untuk menyelesaikannya.
4.      Seorang kepala sekolah sebagai supervisor berkewajiban untuk  mengawasi, mengevaluasi, memberi  petunjuk dan pengarahan-pengarahan terhadap para guru dengan cara yang bijaksana, sehingga diperlukan beberapa persiapan  agar apa yang dilakukannya tidak konyol,dan akhirnya  supervisi yang dilakukan tepat guna dan berdaya guna.
5.      Selain sebagai supervisor, seorang kepala sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana sekolah yang aman  dan  nyaman bagi semua penghuninya, sehingga masing- masing dapat melaksanakan tugas- tugasnya dengan sebaik-baiknya. Jika ada suatu masalah akan bisa dibicarakan dan diselesaikan dengan cara yanag bijaksana.
B.     Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, masih  perlu penyempurnan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Untuk itu  mohon kritik dan saran dari semua pembaca guna penyempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami tulis, semoga ada manfaatnya bagi para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

DAFTAR  PUSTAKA

Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2008
Acep Yunny-Sri Rahayu Yunus, Begini Cara Menjadi Guru Inspiratif dan Disenangi Siswa, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2011.
Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, Ar-ruzz Media, Jogjakarta, 2009.
Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar Cerdas dan Efektif Bukan Keras dan Melelahkan, Gara Ilmu, Jogjakarta, 2009.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001
Derek Wood, dkk., Kiat mengatasi Gangguan Belajar, Katahati, Yogyakarta, Cetakan ke IV, 2011.
Djamarah, Saiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Drs. Piet. A. Sahertian & Drs. Frans Mataheru Dip.  Ed.Ad., Prinsip & Tehnik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981.
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005
Neagley, Ross L. and Evans, N. Dean, Handbook for Effective Supervision of Instruction, Englewood Cliffs-Prentice Hall Inc, New York, 1980
Permendiknas No. 27 Tahun 2010 tentang Program Induksi Guru
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang  Standar Proses
Sahertian, Piet A., Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Salim, Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer


[1] Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2009, hal. 7
[2][2] Acep Yunni-Sri Rahayu Yunus, Begini Cara Menjadi Guru Inspiratif dan Disenangi Siswa, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2011, hal.3
[3] Djamarah, Saiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 240.
[4] Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2008, hal. 6
[5] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 3
[6] Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar Cerdas dan Efektif Bukan Keras dan Melelahkan, Gara Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal. 10
[7] Sahertian, Piet A., Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 25
[10] Permendiknas No. 27 Tahun 2010 tentang Program Induksi Guru
[11] Piet A. Sahertian & Frans Mataheru, Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hal 293
[12] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hal. 1107
[13] Salim, Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, hal. 1486
[14] Derek Wood, dkk., Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, Katahati, Yogyakarta, 2011, hal. 24
[15] Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang  Standar Proses
[16] Neagley, Ross L. and Evans, N. Dean, Handbook for Effective Supervision of Instruction, Englewood Cliffs-Prentice Hall Inc, New York, 1980, hal 24.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Religius Pendidikan

PARADIGMA PENDIDIKAN

Teknik-teknik supervisi pendidikan